Home / Pernikahan / Prahara Cinta Ustadz Tampan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Prahara Cinta Ustadz Tampan : Chapter 51 - Chapter 60

70 Chapters

Fakta yang sebenarnya

"Sejak tadi Qiara terus-terusan bingung melihat sikap kamu yang tiba-tiba berubah. Dia merasa kalau kamu tengah menyimpan dendam kesumat kepadanya." Bu Budi menoleh ke arah Zaydan dan suaminya dengan tatapan cemas."Apa benar kamu menyimpan dendam kesumat pada Qiara?" Bu Budi terus menatap tajam pada Zaydan meminta jawaban pada lelaki itu."Jika setiap orang yang berada di posisi saya pasti akan mengambil sikap yang sama. Bagaimana mungkin saya bisa memaafkan Qiara, sementara dia sudah menutupi tentang jati diri Bu Jamilah selama ini." Zaydan menyahut sambil mengusap kasar wajahnya."Jadi kamu tahu tentang Bu Jamilah?" Pak Budi dan istrinya bertanya kepada Zaydan secara bersamaan. Hal itu tentu saja membuat Zaydan terbelalak dan menatap keduanya tidak percaya."Maksud kalian? Kalian tahu kalau selama ini Bu Jamilah adalah ibu kandung saya?" "Tentu saja kami tahu. Bahkan kami sudah lama memaksa Bu Jamilah untuk memberitahukan kepadamu tentang jati dirinya, tapi Bu Jamilah tidak ingin
Read more

Qiara tak bisa diselamatkan

"Maaf Pak, apakah kalian sudah mendapatkan donor darah untuk Nyonya Qiara? Saat ini Nyonya Qiara sedang kritis dan benar-benar membutuhkan donor darah secepatnya." Perawat tersebut menatap Pak Bustomi dan Zaydan dengan wajah sendu.Zaydan yang baru saja meminta bantuan kepada pihak kampus untuk mencarikan donor darah kepada ibunya, akhirnya memilih untuk meminta kembali bantuan kepada pihak kampus agar mencarikan donor darah yang sesuai dengan Qiara.Tangan lelaki berwajah Tampan itu begitu gemetar mengetik huruf demi huruf di layar ponselnya. Terlebih Dokter mengatakan bahwa Qiara saat ini sedang kritis dan benar-benar tengah berjuang melawan maut."Maafin aku, Sayang. Maafin aku karena terlalu gegabah mengambil keputusan tanpa mendengarkan perkataanmu." Zaydan berkata sambil menghubungi setiap orang yang dia yakini bisa mendonorkan darah untuknya.Pesan demi pesan permintaan donor darah Zaydan kirimkan ke beberapa grup dan beberapa temannya. Beruntungnya Ahmad dan Ammar juga ikut me
Read more

Pemaksaan dari Pak Bustomi

Tubuh Zaydan seketika menggigil membayangkan Qiara yang saat ini tidak bisa diselamatkan. Lelaki itu berhambur menerobos pintu ruang operasi meskipun ditahan oleh dua orang perawat jaga.Hancur hati Zaydan karena dia akan kehilangan Qiara untuk selamanya. Qiara yang sangat dicintainya dan belahan jiwanya yang selama ini telah banyak memberikan kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu hanya perlahan saja berjalan karena Zaydan terlalu egois memikirkan tentang Bu Jamilah."Anda tidak boleh masuk, Pak. Dokter sedang menangani Nyonya Qiara." Perawat terus menahan Zaydan yang hendak menerobos masuk ke dalam ruangan."Istri saya tidak boleh pergi. Biarkan cinta saya membawanya kembali." Zaydan terus memberontak agar Dokter mengizinkannya masuk ke dalam ruang operasi.Namun ia tidak berhasil karena beberapa orang perawat dari dalam ikut mencegah keinginan Zaydan. Sedangkan Pak Bustomi terus memukuli kepalanya karena membayangkan hidup tanpa Putri kesayangannya."Bawa Nyonya Qiara ke ruang ICU. Det
Read more

Zaydan emosi

"Saya mengakui melakukan kesalahan kali ini. Tapi itu karena saya tidak tahu cerita yang sebenarnya." Ucap Zaydan lirih."Dan itu adalah kesalahanmu yang paling terbesar. Gara-gara kamu tidak mau mendengarkan penjelasan Qiara, kondisi Qiara jadi sekarat seperti ini." Pak Bustomi menatap tajam pada Zaydan dengan wajah yang begitu marah."Yah, saya sudah terpisah dengan ibu saya selama puluhan tahun. Selama ini saya selalu bercerita kepada Qiara tentang kerinduan saya pada ibu. Bagaimana saya tidak merasa sakit hati setelah tahu bahwa Qiara menyimpan rahasia besar ini dari saya?""Ini semua karena kesalahan ibumu. Ibumu yang sudah membawa musibah dalam keluarga kalian. Kalau saja ibumu tidak memaksa Qiara untuk menyimpan rahasia ini, maka Qiara pasti sudah membeberkan semuanya." Darah Zaydan mendidih mendengar Pak Bustomi yang mengatakan bahwa ibunya membawa musibah dalam keluarganya. Lelaki itu mengepalkan tangannya dengan begitu kuat hingga buku-buku tangannya memutih."Ayah tidak be
Read more

Tenang

Buya Rahman menghela napas panjang. Dia memang sangat jarang berkomunikasi dengan Qiara karena hanya beberapa kali saja Qiara ikut serta datang ke pondok pesantren. Itupun dia tidak sempat berbincang-bincang dengan Qiara karena sepertinya Qiara lebih tertarik untuk berbincang-bincang dengan para santriwati atau para ustadzah di pondok pesantren.Namun Buya Rahman sangat yakin bahwa Qiara adalah seorang gadis yang baik yang tentu saja bisa berpikir jernih."Kamu pasti mengenal Qiara dengan baik. Kamu pasti tahu sebesar apa kadar cintanya padamu. Kamu juga pasti sudah menanamkan moral moral dan segala pendidikan tentang agama pada Qiara. Jadi jangan pernah mencemaskan hal-hal yang seperti itu sehingga membuat kamu dan Pak Bustomi ribut seperti tadi," tambah Buya Rahman lagi.Zaydan menatap lekat-lekat manik mata Buya Rahman. Lelaki yang memiliki pengetahuan serta wawasan tentang ilmu agama yang teramat sangat luas itu selalu memiliki sorot mata yang teduh dan bisa menenangkan hati Zayda
Read more

Nama untuk bayi Qiara

"Qiara ...!" Tubuh Zaydan bersimbah keringat. Lelaki itu segera membuka mata dan terkejut mendapati dirinya yang sedang tertidur di bangku ruang tunggu di ruang ICU.Zaydan mengusap dadanya dengan perlahan. Ada rasa lega karena ternyata semua yang terjadi tadi hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang sangat dikhawatirkan jika akan menjadi nyata.Zaydan tidak akan sanggup kehilangan Qiara. Perempuan yang teramat sangat dicintainya bahkan menjadi tumpuan hidupnya."Sebaiknya aku salat tahajud saja. Sepertinya aku benar-benar lelah." Zaydan memulai mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah salat tahajud untuk menenangkan hatinya.Cukup lama lelaki itu bermunajat kepada Tuhan, meminta ampunan atas segala kesalahan yang dilakukannya kepada Qiara dan bayi yang berada dalam kandungan Qiara."Aku tahu hanya Qiara yang bisa memaafkan kesalahanku, tapi aku tetap memohon ampunan padaMu ya, Robb." Zaydan menangis di dalam sujudnya.Wajah Zaydan begitu teramat sangat lelah. Lingkaran hitam di sekitar wa
Read more

Qiara siuman

Zaydan bergegas membawa kembali bayinya ke dalam ruangan dan memberikan kepada perawat jaga. Ia setengah berlari menuju ruang ICU untuk memastikan apa yang terjadi pada Qiara. Bisa Zaydan lihat beberapa orang Dokter yang bekerja keras dengan segala peralatan medis untuk menangani Qiara."Jangan tinggalkan aku, Sayang. Kamu boleh hukum aku dengan cara apapun. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku dengan cara seperti ini." Zaydan menempelkan telapak tangannya di kaca ruang ICU.Hati Zaydan lega ketika melihat beberapa orang Dokter sudah kembali melakukan aktivitas dengan normal di dalam sana. Ia segera menghampiri seorang Dokter yang keluar dari ruangan Qiara dan mempertanyakan bagaimana keadaan istrinya."Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Dia baik-baik saja kan, Dokter?" Zaydan memberondong Sang Dokter dengan pertanyaan."Tadinya kami sangat cemas karena Nyonya Qiara tiba-tiba kejang-kejang. Tapi sepertinya dia memperlihatkan perkembangan yang sangat baik. Nyonya Qiara sudah mampu mel
Read more

Ditantang

"Ayah?" Qiara dan Zaydan langsung menoleh ke arah Pak Bustomi bersamaan."Saya ingin anak saya mendapat perawatan yang terbaik. Begitu juga dengan bayinya. Bukankah hari ini bayi Qiara sudah boleh keluar dari ruang inkubator?" Pak Bustomi masih menoleh ke arah Dokter tanpa sedikitpun memperhatikan Zaydan."Tentu saja. Kami akan segera memindahkan bayi mungil itu ke ruangan yang bapak pesan." Dokter pun meminta bantuan kepada beberapa orang perawat untuk mengurus administrasi perpindahan Qiara menuju ruang VVIP."Zaydan, sebaiknya kamu temui saja ibumu di rumah sakit. Kamu jaga saja dia sepanjang hari. Kamu tidak perlu merawat Qiara di sini." Pak Bustomi memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana yang dikenakannya."Maksud Ayah apa?" Qiara sedikit mendelik melihat ekspresi ayahnya yang sejak tadi tidak bersahabat dengan Zaydan."Zaydan sudah memutuskan untuk lebih memilih ibunya daripada kamu. Dia sudah meninggalkan kamu dalam keadaan menderita di rumah. Bahkan dia tidak t
Read more

ASI untuk Zahwa

"Ayah nggak bisa ngomong seperti itu. Qiara adalah tanggung jawab Zaydan. Zaydan berhak atas Qiara. Dan bagaimanapun juga ayah tidak punya hak lagi untuk mengurusi Qiara." Zaydan yang begitu takut jika ayah mertuanya sampai memisahkannya dengan Qiara merasa emosi mendengar ucapan lelaki itu.Zaydan sangat khawatir jika sampai Pak Bustomi memang memisahkannya dengan Qiara."Setiap orang tua pasti tidak terima jika anaknya diperlakukan tidak baik oleh suaminya. Saya melakukan semua ini demi melindungi Qiara dari lelaki yang tidak bertanggung jawab sepertimu." Pak Bustomi menunjuk wajah Zaydan dengan jari telunjuk kirinya."Saya sudah meminta maaf. Allah saja memaafkan dosa-dosa setiap hambanya. Mengapa ayah tidak mau memaafkan kesalahan saya?"Plakkk "Jangan pernah kamu bawa nama Allah dalam masalah ini. Allah sungguh membenci laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti kamu. Pokoknya aku tidak akan pernah memaafkan kamu sampai kamu bisa membayar biaya rumah sakit ini." Pak Bustomi
Read more

Berjuang mendapatkan Qiara dan Zahwa

"Caranya seperti ini, Sayang." Zaydan kemudian membantu Qiara dari belakang untuk memangku bayi mungil itu sehingga mendapatkan posisinya nyaman. Lalu Zaydan coba arahkan payudara Qiara dengan cara menopangnya dengan tangan kanan."Ditopang seperti ini. Lalu dimasukkan perlahan seperti ini." Zaydan membantu Qiara untuk mengarahkan kepala bayi agar mendekati payudaranya.Dengan begitu telaten Zaydan berusaha mengajarkan Qiara cara menyusui bayi. Lelaki itu memang mempelajari segala sesuatu yang berurusan dengan bayi selama Qiara mengandung.Berbeda dengan Qiara yang sibuk melihat pakaian-pakaian yang berada di toko online. Qiara juga terlalu sibuk membuat makanan-makanan anak untuk memenuhi keinginan bayi yang berada di dalam kandungannya."Nanti kalau payudara sebelah sini sudah terasa kosong, kamu pindahkan ke sini lagi ya. Kasih tahu saja sama Mas." Zaydan berkata sambil memeluk Qiara dari belakang.Pemandangan yang begitu indah dilihat oleh Pak Bustomi jika saja hatinya tidak dila
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status