Semua Bab My Boyfie is Wolf Alpha : Bab 51 - Bab 60

100 Bab

Perang Dua Golongan Besar

Pelupuk mataku terbuka. Perasaan yang semakin dekat dengan tujuan, membangkitkan gelora api semangat di dalam nadi. Aku segera menuju tempat yang disebut sebagai tanah subur Valerie–arah Utara hutan. Di sana terdapat rerumputan magis, yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit langka. Legenda Kerajaan Swifolges mengatakan bahwa, tempat itu dulunya merupakan tanah singgah para dewa dan juga Dewi. Makanya terkesan suci. Kenapa mereka memilih tanah subur Valerie? Hanya ada dua alasan yang berkemungkinan besar bisa menjawabnya. Pertama, jika berperang di sana, tidak akan mudah terjangkau manusia–letak daerah yang sangat jauh dari Kota Aluna.Kedua, salah satu golongan tahu sebab-akibat yang ditimbulkan. Di sana sudah tahu, jika tidak diperbolehkan melakukan pertumpahan darah, tetapi masih saja dilakukan.Apakah mereka mencoba membunuh satu sama lain? Jika dipikir-pikir, salah satu dari mereka akan kalah, dan pihak yang lainnya akan menjadi pemenang. Nah, sang pelanggar di tanah subur Va
Baca selengkapnya

Duka Berselimutkan Kemenangan

Perang menyisakan banyak luka, serta korban jiwa. Kerugian yang ditimbulkan pun tidak main-main–bisa sampai jutaan hingga milyaran, bahkan mungkin bisa lebih dari sana.Hanya ada sebuah perjanjian damai, bukan perang yang terus dilakukan. Tawuran antar kelompok, mungkin lebih cocok jika disematkan pada jenis pertarungan mereka.Akan tetapi, tawuran hanya melibatkan dua atau lebih kelompok kecil; jumlahnya terkadang sangat sedikit–mencakup suatu kelompok–terdiri dari satu atau beberapa orang. Makanya, aku menyebutnya sebagai perang antara dua golongan besar.Tanah subur Valarie dijadikan sebagai tempat melakukan perdamaian selanjutnya. Pak Aiden meminta perwakilan dari golongan manusia serigala untuk dapat hadir. Aku menyampaikan pesan dari penyihir itu untuk Lucer. Pria yang dua hari sebelumnya baru kehilangan sang ayah, hanya diam tak berbicara. "Pak Aiden memintamu untuk datang, Cer." Aku tersenyum pahit, ketika respon pria bersetelan serba dark itu hanya berdehem.Sosok seorang Lu
Baca selengkapnya

Mengunjungi Tuan Robert

Aku terbangun di sebuah kamar terang berwarna abu-abu. Karena tidak ingin mereka menunggu, aku pun langsung bergegas mandi, dan mencuci pakaian dengan cepat.Tinggal di kamar yang dicat oleh Lucer, senantiasa membuat hatiku girang bukan main. Aku merasa dunia yang sebelumnya tidak adil, mulai perlahan-lahan kembali ke arah beruntung.Kehilangan banyak orang tersayang sudah menjadi jalan hidup. Aku hanya bisa berharap, berpikir, lalu berubah. Progresif di dalam hidup memang banyak mempengaruhi pusat pikiran. Di mana yang lebih terampil, rajin, dan suka menolong akan lebih disukai.Beberapa buket titipan dari Frey, Necia, Gio, dan juga Lucer kugabungkan menjadi satu. Hanya dengan sekali angkat ke bagasi mobil, makanan, bingkisan, dan pakaian Tuan Robert siap diantar.Aku punya banyak kesibukan di Perusahaan Phireec, setelah perang besar usai. Nona Kim yang menggantikan rapat di hari itu menitipkan sebuah kado kecil, entah apa isinya."Huft! Akhirnya udah juga semuanya. Sekarang tinggal
Baca selengkapnya

Rahasia Chel

Ada banyak sekali buku yang tertumpuk di bawah tempat tidur Lucer. Sejak lima belas menit sebelumnya, dia hanya molor di atas sofa panjang. Hidupnya sudah benar-benar di luar kendali. Aku pikir setelah mendatangi rapat untuk batas-batas wilayah dia akan berubah, nyatanya tidak."Aduh, gimana, ya!?" Aku berusaha berpikir lebih keras untuk mempermudah pekerjaanku. Hanya dalam sekali percobaan, aku sudah gagal. Tuas yang kubuat takkunjung berhasil, dan lagi-lagi terus begitu."Lucer, ayo, bangunlah!" aku berteriak-teriak seperti orang yang sedang kerasukan setan. Jika dia bukan pria yang kusukai, mana mungkin aku mau mencarikannya buku sejarah tentang Swifolges."Hum, iya?" Pria yang mengenakan pakaian tidur bermotif biru polos itu mengucek-ucek matanya. Aku melemparkan boneka Boba di depannya. "Hei! Bangun dong! Ini udah jam berapa?" Jari telunjukku menunjuk ke arah jam dinding di dekat cermin.Hari sudah semakin siang, bukan bertambah pagi. Kalau saja aku tidak datang untuk mengajakny
Baca selengkapnya

Pertemuan Pertama Dengan Chel

"Dijeda, nih?" Ketika Lucer terlihat kesal, aku malah fokus ke seorang siswi yang berjalan di belakang tubuhnya.Aku berdesis, "Sttt! Bentar, ada orangnya," lalu berbicara dengan nada pelan. Lucer menoleh, dan dengan cepat kembali memandang ke depan–ke arahku. "Ngapain dia ke sini?" "Aku nggak tahu." Kami berdua sengaja saling mendiamkan mulut, agar percakapan antara Bi Dessy dengan Chel dapat terdengar jelas. "Bakwan jagungnya sepuluh, coco-colanya lima, soto ayam dua, sama bubur ayamnya tujuh, Bi." Dia nampak memberikan uang kes. Mungkin guru piket yang memintanya pergi ke kantin, atau dia sendiri yang menawarkan diri.Jarak kami dengan Chel sekitar lima meter. Suaranya yang cempreng membuat telingaku berdenging. Entah sengaja atau tidak, dia tiba-tiba berkata dengan keras,"Di sini kayaknya ada orang yang kena hukuman, ya, Bi!?"Bi Dessy terkekeh, "Hehehe. Bibi nggak tahu kalo mereka kena hukum, Neng. Biasanya anak-anak yang sering ke sini itu, yang suka bolos jam pelajaran."A
Baca selengkapnya

Igniting Conflict

Aku berdehem, hingga tenggelam dalam sebuah peran. Gadis yang duduk di seberang sana hanya melirik sebentar, lalu kembali fokus dengan gadget di tangannya.Sudah setengah jam, tetapi belum juga ada kemajuan. Kami berada di dalam ruangan yang sama. Ruang refreshing diri Onzer merupakan kelas khusus, yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para siswa-siswinya–keadaan mental.Ada banyak permainan, serta fasilitas memadai untuk menyalurkan kreativitas. Adik-adik kelas nampak duduk bersila, seraya mengikuti tutorial melukis menggunakan cat air. Suasana di sekelilingku ramai. Hanya ruangan berpintu cokelat yang membisu; tidak ada suara bising.Aku ingin menyapanya kembali, hingga ia lelah karena jenuh bertemu. Hubungan yang tiba-tiba menghilang, membuat hatiku resah. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangunnya. Aku belum siap mendapatkan satu musuh lagi."Aku harus gimana, nih? Samperin aja apa, ya?" ucapku membatin.Di samping Chel terdapat seorang remaja laki-laki, yang juga sedang sibuk b
Baca selengkapnya

Penuturan Jerome

Cekalan pria bermata amber itu semakin menguat. Aku hampir tidak bisa bergerak, ataupun berlari lagi. Mataku mengeluarkan tangis yang membahana. Tidak lagi kuperlihatkan rasa menghargai di antara kami.Sahabat makan sahabat. Kenapa harus aku yang menjadi sasaran selanjutnya? Hatiku sakit. Sudah kucoba untuk menahan luka, tetapi tidak kuat.Pelukan hangat yang harusnya untukku, malah diberikannya untuk perempuan lain. Jika itu bukanlah Chel, aku tidak akan membiarkannya hidup. "Biarkan mereka, Margaret! Sekarang ikut aku!" Jerome menjauhkanku dari sana. Bahkan, sebelum aku mencapai tempat di mana mereka berdua bermesraan.Di sebuah lorong menuju bekas taman belakang Onzer, kami berdua saling menguatkan. Jerome baru diputuskan secara sepihak oleh Chel. Aku yang awalnya mengira hanya tersakiti seorang diri, tenyata salah."Kenapa dia jadi gini, ya, Jerome?" Aku membayangi dinding.Pria yang berjongkok sambil menghisap rokok itu berkata, "Setelah seorang wanita mendapatkan cinta, ia akan
Baca selengkapnya

Salah Paham

Orang yang dicintai adalah bagian berharga di dalam hidupku. Aku adalah orang yang tidak suka, jika milikku diganggu gugat. Ya walaupun, aku dengan Lucer belum memiliki status yang jelas, tetapi kami sudah saling menyatakan cinta–kurasa aku punya hak.Hal yang pernah dirasakan Necia akhirnya menjadi karmaku. Ternyata begitu rupanya, jikalau cinta ditikung teman sendiri. Menyakitkan!Tepian pekarangan rumah itu dipenuhi dengan bunga warna-warni. Aku belum mendapati sosok Chel, ataupun pria yang kusukai–Lucer. Mereka seakan lenyap, tatkala kami sampai di sana."Rumahnya udah banyak berubah. Dulu pas aku ke sini, pekarangannya cuma ada batu-bata, dan tanah yang tandus." Aku berhenti di depan pintu berukiran gaya hidup modern.Keluarga Chel adalah pribadi yang lebih memprioritaskan pemimpin. Pak Koo membangun semacam ajaran disiplin, sehingga Chel jarang sekali mendapatkan kebebasan.Jika tipe orang tua sering memaksakan kehendak pada anaknya, suatu saat akan dilawan. Jiwa buah hati bukan
Baca selengkapnya

Moderator

Sebelum jam makan siang dimulai, aku berkumpul bersama Dona dan Lionel. Kami menikmati obrolan santai, sebelum berpisah untuk menyelesaikan urusan masing-masing. Aku mendengarkan banyak masalah dari penuturan Dona. Dia bilang, "Keluargaku selalu ingin menjadikanku anak gadis yang sempurna. Ibuku setiap hari menghiasku, agar aku tetap tampil dengan cantik. Pun, ayahku juga selalu meminta setoran nilai setiap akhir pekan. Rasanya lelah punya keluarga yang begini, Ret, Lio."Lionel mengadu nasib. "Ayahku juga suka gitu, Na. Kalian yang ngelihat mungkin nggak ngerasa ada perbedaan. Tapi bagiku banyak."Mereka punya segudang masalah. Aku yang sering melihat mereka senyum-senyum, dan bergaul layaknya orang tanpa adanya beban hidup, nyatanya mereka terlalu rapi bermain peran.Aku tidak ingin mengumbar lika-liku konflik. Biarlah hanya menjadi pendengar yang baik, untuk kisah tragis mereka berdua."Enaknya jadi Margaret. Kalo aku nggak ada orang tua, aku pasti bahagia," tutur Lionel. Pria it
Baca selengkapnya

Kejujuran

Aku sangat lelah membujuk seorang Renata Elga. Gadis bermata biru sedikit gelap itu hanya menggerutu, dan tidak berpindah tempat; mematung sambil menyilangkan tangannya.Siswa-siswi yang melihat ke arah kami, seraya berbisik-bisik, membuatku tidak suka. Kalau dipikir-pikir, aku lebih mirip pengemis pertolongan daripada seorang teman."Yaelah, Ta. Kamu kok gini amat, sih, sama temen sendiri padahal." Aku melepaskan jas almamater, lalu berjalan meninggalkan gadis yang berlagak seperti orang bisu itu.Beragam rayuan sudah kuberikan padanya, tetapi takmampu meluluhkan pertahanan yang dibangun oleh Renata. Aku perlu mencari moderator lain, yang pasti, bukan dia. Masa bodoh dengan rombongan Lucer yang akan marah, karena aku tidak berhasil membujuk Renata."Tunggu, Ret!" Suara yang kutunggu-tunggu, akhirnya terdengar.Aku berbalik. "Loh, katanya tadi nggak mau jadi moderator, Ta. Kok sekarang manggil-manggil namaku?""Gue tadi lagi berfikir doang. Sekarang mah gue udah nentuin keputusan yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status