"Dijeda, nih?" Ketika Lucer terlihat kesal, aku malah fokus ke seorang siswi yang berjalan di belakang tubuhnya.Aku berdesis, "Sttt! Bentar, ada orangnya," lalu berbicara dengan nada pelan. Lucer menoleh, dan dengan cepat kembali memandang ke depan–ke arahku. "Ngapain dia ke sini?" "Aku nggak tahu." Kami berdua sengaja saling mendiamkan mulut, agar percakapan antara Bi Dessy dengan Chel dapat terdengar jelas. "Bakwan jagungnya sepuluh, coco-colanya lima, soto ayam dua, sama bubur ayamnya tujuh, Bi." Dia nampak memberikan uang kes. Mungkin guru piket yang memintanya pergi ke kantin, atau dia sendiri yang menawarkan diri.Jarak kami dengan Chel sekitar lima meter. Suaranya yang cempreng membuat telingaku berdenging. Entah sengaja atau tidak, dia tiba-tiba berkata dengan keras,"Di sini kayaknya ada orang yang kena hukuman, ya, Bi!?"Bi Dessy terkekeh, "Hehehe. Bibi nggak tahu kalo mereka kena hukum, Neng. Biasanya anak-anak yang sering ke sini itu, yang suka bolos jam pelajaran."A
Baca selengkapnya