Semua Bab My Boyfie is Wolf Alpha : Bab 31 - Bab 40

100 Bab

Kembali Ke Masa Lalu

Ia memilih pergi meninggalkanku, yang menjerit ingin dirinya membebaskan raga. Pintu yang di tengahnya ada jeruji besi, sepertinya sudah menjadi bagian dari kepayahan hidup.Saat itu, Necia yang telah mengkhianati bangsanya sendiri–bangsa manusia serigala, berkata sedemikian kejamnya padaku, "Hanya menunggu waktu sebentar lagi, dan kamu akan menjadi bagian dari seorang Geofrey Zayden. Ternyata, aku memang mengambil pilihan yang tepat."Menyakitkan sekali rasanya, karena dia berhasil menuntaskan misi–untuk mengambil Lucer dari tangan kecilku. Aku harus apa? Hanya bisa menangisi diri, di balik pilihan yang tidak mampu kusesali lagi."Ratuku, kita akan segera melaksanakan upacara bulan merah permanen," ucap seorang pria yang memakai sweater tebal. Rambutnya dipotong ala-ala mafia macho–Rionzen Moonlight–yang sering menjadi peran antagonis, di dalam cerita film-film bad boy.Ikatan tangan, dan kakiku tiba-tiba dilepaskan. Dua orang gadis kecil datang sembari membawa bunga-bunga, yang dil
Baca selengkapnya

Keceplosan

Pakaianku sudah disemprot dengan ribuan parfum, yang keharumannya tiada banding di Kota Aluna. Seisi ruangan berinterior klasik itu hampir setengahnya dipenuhi dengan lebarnya gaunku. Aku merasakan sesak yang teramat."Wow, Anda terlihat sangat cantik, Yang Mulia! Sejujurnya, ini adalah gaun pertama semekar bunga-bunga di musim semi. Luar biasa!" Desainer Kerajaan Swifolges yang pernah kubaca di sejarah–Nyonya Fia, memuja karynya.Andai dulunya aku tidak bolos pelajaran sejarah Aluna, mungkin nama-nama orang yang ada di dekatku sudah mampu kuhafal. Begitulah yang terjadi, jika kembali ke masa lalu, tetapi tidak punya bekal ilmu pengetahuan yang memadai."Jadi, siapa yang Anda pilih, Yang Mulia?" tanyanya kemudian.Aku canggung, mau menjawab dengan apa. Lagian, aku hampir selalu absen setiap mapel kelas Mr. Nico dimulai. Aku benar-benar naif!Karena tidak ingin dicurigai, aku pun bertanya balik, pada wanita dengan sanggul setinggi harapan itu, "Menurut Anda siapa yang akan aku pilih?"
Baca selengkapnya

Telaga Tiga Kehidupan

Aku berlarian di sebuah jalan menuju ke mata air telaga tiga kehidupan: dunia, jembatan Surga-Neraka, dan tujuh tingkat hukuman, serta timpalan dari perbuatan (gerbang kematian). Nyonya Fia bilang,"Mereka yang meminum air itu tanpa menggunakan gayung, atau penadah air dapat melihat masa depan. Tapi hanya sebagian kecil saja yang bisa, karena jika tidak berhasil ... kematianlah sebagai jalan terakhir orang itu, Tuan Putri Zahra."Gaun panjang hingga menyentuh tanah menghambat pergerakanku. Tanpa membuang waktu, aku menyobek setengah pakaian khas Kerajaan Swifolges, untuk mempercepat langkah kaki."Jika kamu memang Putri Zahra Clover, coba tunjukkan sihir yang dia punya, Nona!" Sebuah pedang menghujam tepat di dinding samping kanan wajahku, kala itu.Memikirkan wajah Arsenio yang merah padam, membuat pikiranku kacau-balau. Bagaimana caranya membuat dua lelaki itu percaya padaku? Aku bukanlah putri yang cantik jelita seperti di dalam sejarah Aluna. Terjebak di dunia yang aku sendiri ti
Baca selengkapnya

Melawan Raja Iblis

Aku dipinta bersembunyi pada sebuah gelembung sihir. Tuan Liu bertarung seorang diri, dan enggan untuk meminta pertolongan. Aku bisa saja membantu, tetapi gaun yang kukenakan sungguh menghambat.Pasukan black devil (iblis tameng hitam) seakan tiada habisnya bermunculan. Mereka berdatangan dari dalam jurang, dan jumlahnya lebih dari banyak. Dari awal pertarungan, aku tidak melihat sosok raja iblis. Mudah membedakannya, karena ia sangat besar juga berwarna merah menyala. Kurasa ia akan muncul, ketika Tuan Liu lengah.Telaga yang selalu bercahaya di sampingku, membuat kekhawatiran kembali muncul. Menurut sejarah Kota Aluna, para iblis bawah akan naik ke permukaan, ketika sang putri telah meminum air dari telaga.Aku memekik, tatkala sebuah bayangan merah besar muncul di hadapan, "Pendekar Liu! Tolong aku!"Dia menerjang tubuh Raja Iblis. "Musnahlah kau, Oise!"Dar!Ledakan besar terjadi. Aku terpelanting ke belakang gelembung pelindung. Tubuhku rasanya sakit sekali. Tulang-tulangku seak
Baca selengkapnya

Rahasia Guardian

Esok harinya, aku bangun siang-siang sekali. Matahari di luar sana sudah tersenyum manis. Huh! Kebiasaan buruk yang menjadi bagian dalam keseharian, sepertinya begitu susah diubah.Teringat Nona Kim yang biasanya menjadi alarm bangunku. Aku semakin merindukan masa, di mana aku hanya perlu mengerjakan bisnis, daripada memikirkan bagaimana caranya agar tetap bertahan hidup.Tidak ada jam atau penunjuk waktu di masa Swifolges. Orang-orang di zaman itu mengukur satuan masa menggunakan pantauan gerakan matahari.Kehidupan modern, penuh dengan bantuan robot-robot ciptaan manusia, dan juga kemudahan digenggaman tangan. Aku sangat merindukan ketergantungan itu.Andai aku bisa kembali secepatnya, mungkin sudah kudekap erat tubuh Nona Kim. Benar apa yang selalu diingatkannya padaku,"Jika Anda terus melakukan kegiatan yang Anda sukai–tidur dan bermalas-malasan, Anda akan menyesal kelas, Nona Phire."Prang!Suara benda jatuh membuatku cepat-cepat menyingkirkan selimut. Aku membuka pintu dengan p
Baca selengkapnya

Berita Duka

Sebuah bak yang terbuat dari emas diisi air hangat. Nyonya Fia nampak lega, karena kami sampai tepat waktu–sehari sebelum acara pemilihan dua pangeran dimulai.Rambut hitam panjangku dikepang satu, dengan bunga-bunga warna-warni yang menjadi penghiasnya. Mahkota emas yang tiga sudut-sudutnya dipasangi batu intan berwarna oranye, memperindah kecantikanku.Aku duduk sambil menunggu kedatangan dua pangeran tampan. Kakiku merasa lumayan membaik, karena direndam dengan air setengah masak. Kehidupan Putri Zahra kuberi voting lima sempurna. Berbeda jauh dengan reinkarnasinya–aku, yang hidup dengan masa lalu buruk.Segelas air yang sudah kuhabiskan setengahnya, terlihat bergetar. Aku menoleh ke arah Nyonya Fia, yang sibuk mencampurkan warna lipstik alami; antara warna merah dan merah muda yang sama-sama cantik."Siapa yang membuat getaran ini?" Aku mengeluarkan kakiku dari dalam bak. "Apakah itu adalah suara sambutan pesta?""Saya rasa bukan, Yang Mulia. Seingat saya, penyambutannya memang mu
Baca selengkapnya

Serangan Tiba-tiba

Keadaan yang sama pernah juga terjadi sebelumnya. Lucer mungkin tidak sengaja melakukan pembantaian di malam itu. Aku mengerti bagaimana rasanya dicap pembunuh, padahal tidak pernah merencanakan tindakan kriminal seperti itu–pembunuhan tidak sengaja.Karena berita duka yang sudah tersebar, hingga ke pelosok Negeri Swifolges, aku sebagai pemimpin utama terpaksa membatalkan acara pemilihan. Hal itu harus dilakukan, agar Tuan Liu dikenang sebagai pahlawan–walaupun gelarnya adalah pendekar.Para menteri, dan penduduk mengubah bendera penyambutan, menjadi bendera duka. Sebegitu terkenalnya Tuan Liu, hingga se-pelosok Swifolges berbondong-bondong datang ke kerajaan, untuk mengikuti ucapara perpisahan roh.Hujan gerimis menemani ritual kami. Aku meletakkan dua tangkai bunga mawar hitam–pertanda kemurungan, di dekat patung Tuan Liu. Tempat yang menjadi pertapaan Tuan Liu dihormati sebagai tugu kepahlawanan.Beberapa petinggi bertanya-tanya padaku, kenapa gua telaga tiga kehidupan hancur? Namu
Baca selengkapnya

Pengakuan Nyonya Fia

Air mata yang mengalir deras sudah membasahi gaunku. Enggan rasanya membuka pintu, jika itu bukanlah Nyonya Fia. Aku hanya dapat menyembunyikan wajah di balik bantal empuk, ketika wanita muda itu datang ke kamar."Saya tahu, Anda mungkin tertekan, karena mereka tidak kunjung kembali, iya, kan, Yang Mulia?" Tangannya mengelus pelan puncak rambutku. Hangat seperti sentuhan mendiang ibu."A aku hanya ingin menolong mereka," ucapku masih dengan isak tangis, yang menghambat intonasi."Anda tidak pernah berubah. Saya pikir, setelah Anda pergi ke gua telaga tiga kehidupan, Anda tidak dapat kembali dengan selamat.""Ma maksud Anda?" Aku melihatnya dengan sebelah mata, yang satunya–bagian kiri, masih tertutup bantal. Wanita yang rambutnya dibiarkan mengurai indah itu tersenyum, mungkin bahagia lantaran aku sudah mau menjawabnya."A aku pernah ke sana? Ka kapan?" Aku bangkit, lalu duduk bersila di dekatnya."Saya tahu bahwa, Anda bukanlah Nona Zahra sejak awal bertemu." Tangannya mengeluarkan
Baca selengkapnya

Mereka Masih Hidup?

Kehancuran yang terjadi di dekat Sungai Caste menimbulkan banyak kontra. Lingkungan luar istana yang rawan akan serangan, membuat para menteri menciptakan undang-undang aneh.Menurut penuturan Nyonya Fia, wilayah Swifolges sudah hampir dikuasai oleh Raja Oise. Aku panik, setelah mendengar kabar bahwa, Pangeran Arsenio, dan Pangeran Ergo tidak dapat diselamatkan lagi.Sambil mondar-mandir di depan para pengawal kerajaan, isi otakku seakan ingin meledak. Mengatur cara agar dapat keluar dari istana itu adalah satu-satunya soal yang begitu sulit dipecahkan."Bagaimana jika lewat gerbang belakang? Tidak! Kalau lewat sana aku bisa ketahuan, dan tertangkap basah. Mereka akan menaruh rasa curiga lagi," ucapku dalam hati.Madu yang ada di dalam teko sudah kuhabiskan. Gelas terakhir kuminum dalam sekali tegukan. Dayang-dayang silih berganti, karena aku tak kunjung puas dengan makanan di atas meja.Mungkin bagi bawahan–para pengawal dan pembantu wanita, aku adalah orang yang paling banyak tingka
Baca selengkapnya

Identitas Asli Elf

Aku memakai jubah hitam yang sebelumnya diberikan oleh Nyonya Fia. Mendengar penolakan begitu memilukan hati. Aku sudah tidak sanggup meminta bantuan orang-orang di Swifolges.Beragam alasan seperti: takut akan kematian, ia begitu kuat dan belum ada yang bisa mengalahkan, bahkan tidak mau berkorban lebih dari sebelumnya, membuat telingaku memanas. Sejarah Kota Aluna tidak menjelaskan tentang, bagaimana respon penduduk untuk melindungi pemimpinnya. Ya, meskipun Pangeran Ergo, dan Pangeran Arsenio bukanlah orang asli sana. Namun setidaknya, mengorbankan bantuan jiwa-raga adalah bagian dari kebaikan, bukan?"Tangan yang memberi lebih baik dari yang meminta". Mungkin kalimat seperti itu tidak berpengaruh pada penduduk Swifolges. Yang ada malah makan hati, jika memaksakan kehendak. Aku pun memilih untuk mengalah, dan berhenti menasehati mereka soal kebaikan. Publik speaking di depan orang-orang itu hanya membuang waktu, tenaga, suara, dan banyak hal lain. Aku enggan untuk memerintah oran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status