Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perawan 200 Juta: Chapter 21 - Chapter 30

101 Chapters

P 200 J Bab 21

Aku menoleh ke arah Kenzi yang masih tidur di sofa, di atasku berbalut selimut. Pria muda itu membuka matanya melihat ke arahku juga. Dia membuka selimutnya dan kemudian ikut duduk di sampingku."Aku sudah siapkan kegiatan untukmu," ucap Kenzi kumdian, sebuah senyum manis terukir di bibir itu."Oh, ya?" tanyaku, Kenzi mengangguk cepat."Kamu akan mengikuti beberapa kursus, jadi aku pastikan kamu tak akan bosan seharian." Kenzi memberi penjelasan padaku."Kursus?" tanyaku kemudian belem mengerti dengan apa yang Kenzi maksudkan."Iya, aku sudah meminta Om Bram mengaturnya. Jadi kamu tidak perlu khawatir akan merasa bosan atau apa selama aku tidak berada di rumah," ucap Kenzi lagi.Aku tersenyum mendengarnya, merasa senang dia memikirkan aku juga. Paling tidak dengan kegiatan seperti itu aku tidak merasa jenuh. Aku juga akan bisa belajar lebih banyal lagi hal hal yang tidak aku pahami."Kamu mau apa?" itu pertanyaan yang selalu terlontar saat aku mendekati Kenzi, pria mudah itu terlihat g
Read more

P 200 J Bab 22

Sudah seminggu lebih, tak banyak kemajuan, Kenzi masih menutup diri, dia tidur di sofa, aku tidur di ranjang. Mulai besok kursusku di mulai, tak terlalu paham dengan yang pria itu sampaikan, aku hanya mengiyakan."Mulai besok kamu tak akan bosan lagi," ucap Kenzi malam itu. Kami baru saja menyelesaikan makan malam. Sebenarnya aku tak terlalu bosan, banyak hal yang bisa kulakukan di dalam kamar, mulai dari menonton drama sampai senam. Aku sudah sangat terbiasa terkurung, jadi bukan masalah sebenarnya.Yang jadi masalah, aku bisa berinteraksi dengan orang, dan selama di sini hanya bicara dengan Bi Nur yang pendiam itu, serta Kenzi."Apakah itu seperti sekolah?" tanyaku kemudian."Bisa jadi.""Aku tak punya alat tulis," ucapku."Sudah disiapkan," kata Kenzi, aku tersenyum. "Tidurlah!""Kau tak ingin mencoba kembali malam ini?" tanyaku padanya. Raut wajah itu berubah tegang seperti biasa. Pria itu mengangguk pelan. Dia tak menolakku, namun tetap dingin seperti biasanya."Maafkan aku," uc
Read more

P 200 J Bab 23

"Apa perlu aku menjawabnya?" Aku bertanya dengan suara pelan pada Kenzi.Kenzi menggelengkan kepala, dia kembali memelukku, mendekapku erat. Kami terlarut dalam suasana haru yang tak bisa aku gambarkan. Aku benar-benar merasa bahagia bisa memberikan apa yang aku jaga selama ini pada pria yang seharusnya."Terima kasih," ucapnya padaku."Untuk apa?" tanyaku tak tau maksudnya."Untuk semuanya, untuk keberhasilanmu merubahku dan hadiah juga manis darimu." Kecupan kembali dia daratkan di keningku.Aku mengangguk pelan.•••"Bi, jaga rahasia ini," ucap Kenzi pada Bi Nur, selepas wanita itu membereskan kamar. Wanita separuh baya itu mengangguk, sekilas melihat dan tersenyum ke arahku. Aku tak mengerti arti senyumnya, namun aku tetap membalasnya."Kamu akan terlambat?"Pertemuanku jam setengah sebelas, kamu yang terlambat sepertinya," jawab Kenzi, aku merapikan kemeja yang dikenakannya."Aku bolos hari ini," jawabku, senyum terkulum. "Siang ada kursus kepribadian jam sebelas," ucapku kemudi
Read more

P 200 J Bab 24

Kenzi tersenyum, mengambil sendok di samping piring saji. Di sendoknya es krim rasa stroberi itu, sendok berisi es es krim itu sudah di depan bibirku, dia sengaja menggodaku, menggerakkan ke kanan dan ke kiri, kemudian dimasukan ke mulutnya sendiri.Aku memukul gemas paha suamiku itu, puas sekali dia mengerjaiku, tawanya terdengar kencang. "Iya, iya sorry. Em … ini serius," ucapnya, kembali menyodorkan sendok ke arahku, tapi wajah itu juga ikut mendekat. Baru saja sendok itu menempel, dia sudah menurunkannya, dan mengganti dengan bibir dinginnya."Enakan mana?" tanyanya kemudian. Aku terdiam, masih menikmati sisa sensasi dingin di bibirku."Modus," ucapku kemudian, Kenzi kembali tertawa. Melihat wajah itu begitu ceria, ada kebahagiaan menyapa hati, aku suka melihat senyum itu, mendengar tawa itu, aku menyukai semua yang ada pada dirinya … suka."Tapi, aku suka dimodusin," lanjutku. Tawanya kembali terdengar, tangan itu merangkulku, Kenzie mencium gemas pipiku.Hanya cinta, cinta dan
Read more

P 200 J Bab 25

Bukankah aku sudah cukup biasa dengan sebuah luka, kesakitan bukan hal baru yang perlu aku takuti, diri ini sudah berulang kali. Justru kebahagiaan seperti sekarang yang harus aku nikmati, karena bisa saja aku tak akan pernah bisa merasakannya lagi."Langsung pulang, Non?" tanya Pak Iwan, biasanya aku suka mampir ke minimarket untuk membeli coklat, kesukaanku pada makanan itu memang sulit aku kendalikan. "Iya, Pak Iwan, langsung pulang aja, oh ya, Zanna minta tolong lagi ya buat kirim uang sama sembako ke rumah, minggu besok bisa kan ya?" "Bisa, Non, nanti seperti biasa saya kirim pesan kalau sudah di rumah, kalo Non mau bicara dengan Ibu Non."Tiga bulan lebih aku berada di rumah besar itu, setiap bulan aku berusaha mengirim uang pada Mama Ella, aku memakai uang tabungan sendiri. Pak Iwan cukup mengambil resiko membantuku,karena aku tak boleh berhubungan dengan keluargaku. Kenzi pun tak tau hal ini, hanya Pak Iwan saja yang mengetahuinya."Makasih banyak, Pak. Bapak udah baik bang
Read more

P 200 J Bab 26

Aku kembali hanyut dalam syahdunya sebuah hasrat yang tak bertepi. Petikan dawai asmara mengalun indah mengiringi dua insan yang sedang menikmati syurga dunia. Nafas yang berhembus seolah membawa aroma berbeda, menarik raga dalam sebuah sensasi rasa yang mengetarkan jiwa. Jatuh … aku semakin jatuh, dalam sebuah dekap hangat yang sempurna. Sebuah cinta yang sebenarnya tak seharusnya ada, mulai mengikat erat jiwa, membelenggu sukma. Ini bukan hanya soal hasrat yang harus berbalas, bukan juga nafsu yang harus terpuaskan. Ini lebih dari itu, dengan sadar aku membawa jauh hatiku masuk ke dalam sebuah situasi rumit, mengatasnamakan cinta.Sebuah kecupan di kening mengakhiri pertautan hangat nan nikmat. Sensasi rasanya masih belum hilang, dan membuatku kembali meremang saat kulit kembali bersentuhan langsung tanpa batasan. "Aku bahagia," ucap Kenzi malam itu. Aku rebahkan kepalaku beralaskan dada terbuka itu. Menikmati detak jantungnya yang masih belum berirama dengan normal. "Aku juga,"
Read more

P 200 J Bab 27

Kelas kepribadian aku lewatkan, karena harus memberi sarapan singa yang lapar tadi pagi. Kepalaku sedikit pening ketika harus keramas lagi. Kenzi berubah luar biasa, dan jujur aku suka, serta menikmati semua."Jadi ambil kursus bikin kuenya, mba Zan?" tanya Andini salah satu karyawan di tempat kursus itu. "Mumpung lepas ini ada kelas, bisa liat-liat dulu," ucapnya lagi."Boleh, sampai jam berapa?" tanyaku kemudian."Jam satu sampai selesai, mbak." Andini menjawabku sambil merapikan perlatan makan di depannya.Hari ini ada extra plating makanan. Makanan yang selesai kami masak, di sajikan dengan penataan yang cantik. Peralatan makan yang indah, dan juga aneka garnis, membuat makanan yang sederhana terliat berkelas.Ada penilaian juga hari ini, dan setelahnya kami bisa menikmati hasil masakan kami sendiri. Aku peserta kursus termuda, disini. Mereka lebih suka memanggilku dengan pangilan mba model, katanya aku cantik seperti model.Aku memang tak terlalu banyak bicara, namun aku tetap be
Read more

P 200 J Bab 28

Tak seperti biasanya, aku merasa bosan malam ini. Sampai jam tujuh malam, Kenzi belum juga datang. Aku membuka tirai kamar, rasanya ingin sekali jalan ke taman, mungkin aku bisa menemukan bintang di balik awan.Bosan mendera, ini tak biasa, drama korea tak mampu membunuh bosanku. Rasa jenuh itu datang tiba-tiba, entah mengapa ingin sekali berjalan-jalan di malam hari, menikmati cahaya lampu dan semilir angin malam.Aku berdiam duduk bersila di atas sofa. Menunggu kedatangan Kenzi selepas bekerja. Tak berapa lama terlihat pintu terbuka mengiringi suara derit yang tercipta.Kenzi melihatku, kemudian melihat ke arah layar tv yang gelap, karena memang tak kunyalakan. Pria itu mendekat dan duduk dibawah sambil melonggarkan dasinya."Ada apa?" tanyanya kemudian."Bosan," jawabku."Bosan?" Ulangnya, meletakkan dagu di atas pangkuanku. "Mau jalan-jalan?"Mataku langsung berbinar, mendengar kata jalan-jalan. Senyum aku ulas manis."Mau," jawabku cepat."Ok, aku mandi dulu ya.""Sayang, nggak
Read more

P 200 J Bab 29

"Mau kemana?" tanyanya menoleh padaku, yang duduk di sampingnya. Aku mengangkat bahuku. "Pengen makan apa?""Nasi goreng," jawabku."Boleh, aku ada langganan nasi goreng enak, tapi di pinggir jalan. Bukan restoran tapi, tapi aki jamin rasanya mantap," promo Kenzi."Aku udah biasa, makan di pinggir jalan. Kamunya nggak apa-apa?" tanyaku kemudianKenzi malah tertawa."Aku bukan pemilih makanan sayang, ini beneran enak. Dulu pas masih kuliah suka nongkrong di sama temen-temen," cerita Kenzi lagi."Enak yah, bisa sekolah, kuliah." Bibirku tersenyum, membayangkan tubuhku dalam balutan seragam sekolah. Pasti menyenangkan sekali. Kenzi menoleh ke arahku, mengusap lembut kepalaku.Harusnya di usiaku yang tujuh belas tahun, aku masih sibuk dengan buku-buku. Tapi nasib membawa diriku ke jalan lainnya, bukan sibuk sekolah dan belajar. "Kamu mau sekolah?" tanya Kenzi padaku. "Memangnya bisa?" tanyaku."Bisa, tapi bukan yang pergi pagi tiap hari. Bukan di sekolah, tapi gurunya yang datang ke ru
Read more

P 200 J Bab 30

"Hii, ntar ada yang liat kan malu," ucapku kemudian."Tuh, kan sengaja menggoda aku lagi," ucapnya. Aku segera mengatupkan bibir ku, melihatnya Kenzi kembali tertawa."Tunggu sampai di rumah, aku lumat habis itu," bisiknya. Aku mencubit perut pria itu gemas. Ah, dia berubah semakin mesum, tapi kenapa aku malah semakin suka.Tatapan mata kami beradu untuk sesaat, senyum lebar menghias bibir manis itu, sementara aku masih mengatupkan bibir, menahan senyumku. Ini kisah cinta yang sempurna, mengalir apa adanya, menikmati setiap jengkal rasa, mendekap hati yang hangat, merengkuh panasnya hasrat.Sekarang, ya sekarang. Esok biarlah milik hari esok. Tak ingin hati yang berbunga ini, layu oleh duga akan apa yang terjadi selanjutnya. Biarkan kukecap bahagia, ditemani indahnya tawa, dan berselimut suka.Mobil Kenzi keluar dari area taman, dan kembali membelah jalanan. Suasana sekitar masih tampak ramai oleh manusia dengan segala kesibukannya, jalan pun masih padat roda empat, dan roda dua terl
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status