Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Perawan 200 Juta: Chapter 51 - Chapter 60

101 Chapters

P 200 J Bab 51

Tanganku meremas ujung baju yang aku kenakan. Dadaku sesak seketika, perut pun terasa kaku. Sudah aku coba mengubur dalam rasa ini, dan ternyata belum mampu. Tetap saja begitu sakit dan perih.Aku masih terdiam di samping pagar pembatas, hanya mampu menatapnya sampai tak terlihat, tergulung ramainya pengunjung lainnya. Apa yang aku pikirkan, itu sudah tak mungkin lagi, Kenzi sudah bahagia sekarang seperti apa yang aku harapkan, lalu untuk apa air mata ini.Tetap saja sakit, meski sisi hati lain mencoba mengerti dan memahami, menerima semua sebagai bagian dari sebuah takdir yang harus aku jalani. Aku hanya manusia biasa, bisa merasakan perih saat aku terluka. Bukan terluka olehnya, ini semua bukan salahnya, kami berbeda dan tak mungkin menyatukan bumi dan langit, menyatukan siang dan malam. Itu tak mungkin, dia sudah berbahagia dengan wanita itu, apalagi yang aku khawatirkan."Aku mencarimu dari tadi, eh ... kamu kenapa?" Bara sudah berada di sampingku, tangannya memegang lenganku saat
Read more

P 200 J Bab 52

"Bang, masukin motornya biar nggak ganggu orang lewat," terdengar suara motor berhenti, di susul suara Santi."Wah, keren Bang motornya." Suara Yudha terdengar.Aku beranjak keluar, Bang Bara yang datang dengan motor besar warna merah."Assalamualaikum," salamnya sesaat setelah memasukkan motornya ke halaman. Kami hampir bersamaan menjawabnya.Semua kembali masuk, berkumpul di ruang tamu, seperti biasanya."Gue jual, sapa tau ada temen kamu mau beli," ucap Bang Bara pada Yudha. Santi sedang didapur membuat kopi."Minta berapa Bang?""Tawarlah, lumayan bisa buat biaya persalinan." Goda Bang Bara melirik ke arahku, Yudha tertawa."Seratus lima puluh, masih ngangkat lah Bang, untuk tipe itu," ucap Yudha.Aku memilih diam, tak mengerti juga dengan yang mereka bicarakan."Wah, mayan ruginya," ucap Bang Bara."Masih, bisalah di atas itu, aku cek nanti Bang, Spek nya." Yudha kembali membalas."Ngomongin apa sih?" Tanya Santi yang datang dengan nampan berisi empat buah cangkir."Abang dah
Read more

P 200 J Bab 53

Santi libur hari ini dan kami sudah berencana untuk jalan-jalan ke toko perlengkapan bayi. Gadis itu memaksa untuk pergi, aku yang hamil tapi dia yang sangat bersemangat dan antusias untuk berbelanja. Padahal jenis kelamin bayiku saja aku sendiri belum tau, apakah laki laki atau perempuan."Feelingku sih sama kek Abang jenis kelamin dedek bayinya, cowok," tebaknya pagi itu."Masak? kenapa?" tanyaku ingin tau alasannya."Soalnya suka tendang-tendang kek maen bola di dalam.""Ihh, asal," ucapku, Santi tertawa terbahak.Namun, perasaanku mengatakan hal yang sama. Berdasarkan apa? aku sendiri juga tidak tau. Hanya saja aku merasa bayi dalam rahimku seorang anak laki-laki. Tapi, mau anak laki-laki atau perempuan bagiku sama saja."Sama Abang juga kan?" Tanya Santi yang duduk di sofa depan tv. Aku sedang menyetrika baju di dekatnya."Iya, sama Abang. Tapi cuma anter sama jemput aja. Ada urusan, nggak bisa nemenin belanja," jawabku."Dah dapet mobil lagi?""Sudah, katanya.""Sampe segituny
Read more

P 200 J Bab 54

Senyum masih terkembang di bibir wanita muda, yang masih jelas ku ingat namanya. Carla, aku ingat Kenzi menyebut nama itu, sebagai wanita yang telah dijodohkan dengannya. Ada sedikit perih menyapa hatiku dan aku berusaha untuk menepisnya." Kalian sudah saling kenal?" Aku yang masih menatap kaku dengan sesak di dada menoleh ke wanita setengah baya yang tetap terlihat angun dan cantik itu. Apa dia Mamanya Kenzi, aku menatapnya lekat. Berarti dia nenek dari bayi yang sekarang aku kandung.Sekuat tenaga aku tahan sesak dalam dadaku. Air mataku sudah siap meluncur. Bibir bawah aku gigit kuat-kuat agar air mata itu tak menyeruak menampakkan bulirnya."Belum sih Ma, pernah ketemu di Mall, beberapa waktu yang lalu." Wanita muda itu menjawab pertanyaan sang wanita setengah baya."Aku, Carla." Tangan terulur, aku menyambutnya ragu. Ini Mama Mila, Mama mertuaku." Semua seperti yang aku pikirkan dan sesuai dengan dugaanku."Za … Zanna," jawabku sedikit tergagap aku menarik napas dan kemudian
Read more

P 200 J Bab 55

"Sudah telepon Abang?" tanya Santi saat kami keluar dari toko.Akhirnya kami selesai dengan acara belanja ini, bukan kami sebenarnya. Lebih tepatnya Santi yang berbelanja karena dia yang banyak belanja dibanding denganku.Aku hanya menggeleng menjawab pertanyaan Santi karena aku sedang sibuk dengan pikiranku sendiri."Eh ... nongkrong dulu di sana yuk?" Santi menunjuk sebuah Cafe yang berada tidak jauh dari toko. "Sambil nunggu Abang," tambah Santi lagi, aku kembali mengangguk menuruti keinginannya. Tidak ada sepatah katapun keluar dari bibirku.Kami berjalan pelan, bersisian. Sebuah cafe dengan gaya retro menjadi tujuan. Sengaja memilih tempat duduk di luar, karena lebih nyaman. Bagian luar di desain menyerupai taman, dengan beberapa pohon ukuran sedang yang sengaja di tanam.Seorang pelayan dengan balutan baju berwarna krem datang menghampiri meja, dengan buku menu di tangannya. Senyum ramah terkembang saat sampai di samping meja."Selamat siang kakak, mau pesan apa? Silahkan,"
Read more

P 200 J Bab 56

"I … iya, saya." Jawabanku sedikit tergagap.Sejenak pria muda itu terdiam, mengamatiku. Keningnya sedikit berkerut saat melihat ke arah perutku. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan tentangku."Siapa?" tanya Santi tanpa memelankan suaranya. Aku mengangkat sedikit bahu, kemudian kembali menurunkannya. Karena memang aku tidak mengenalnya. Hanya saja aku merasa tidak begitu asing dengan wajahnya.Pria muda itu juga terlihat canggung, dia menggaruk tengkuknya. Wajahnya terlihat bingung untuk beberapa saat kemudian. Terlihat antara ragu atau apa entahlah."Ada apa ya Mas ya?" tanya Santi kemudian dengan sedikit mendelik."Em, maaf, mu … mungkin saya salah orang," ucapnya kemudian, tetapi, sekarang wajahnya malah terlihat gelisah."Kok, bisa bener sebut nama kalau salah orang," celetuk Santi kemudian penuh selidik.Pria itu semakin terlihat gusar, entah apa yang terjadi padanya. Terlihat dia bingung dan sesekali memijat tengkuknya."Mas, Radit kan?" tanyaku sambil menatapnya. Dia terl
Read more

P 200 J Bab 57

"Katanya tadi mau cerita," ucap Bara sesampainya kami dirumah. "Cerita apa?" tanyaku pura-pura lupa."Dah, nggak usah pura-pura."Aku tertawa kecil, pria itu tau aku sedang berpura-pura.."Em, iya. Zanna mana bisa bohong ke Abang," ucapku manyun. Pria itu tertawa."Zanna tadi ketemu dengan Istri Kenzi, Mama dan Kakaknya," ceritaku kemudian.'Lalu?"Aku mulai bercerita tentang kejadian tadi siang. Tentang perasaanku, tentang sakit yang aku rasakan. Tentang pertemuanku dengan orang-orang terdekat dari Kenzi. Tentang kecantikan Carla, keakrabannya dengan Mama Kenzi dan segalanya.Sesak, pasti. Aku menahan agar tak ada lagi air mata yang terjatuh, hanya untuk merasa sakit atas keadaan yang terjadi padaku."Abang tau, kamu kuat," ucap Bara kemudian menanggapi semua ceritaku. Aku mengangguk pelan.Bara terdiam, entah apa yang dia rasakan saat aku menceritakan kesedihanku, atas rasaku pada Kenzi. Tapi, aku percaya Bara jauh lebih bijaksana. Pria ini berhati seluas samudra, sebenarnya aku e
Read more

P 200 J Bab 58

“Nama kamu siapa, Nak?” Wanita setengah baya itu mengulurkan tangannya. Aku pun langsung menyambut tangan yang terulur itu.“Zanna,” jawabku kemudian dengan menyebut namaku.“Berapa umurmu? Masih dibawah dua puluh tahun?” lanjut wanita itu, aku mengangguk.“Delapan belas tahun.” Aku menegaskan.Wanita itu kembali terdiam, kenapa aku jadi penasaran dengan apa yang dipikirkannya. Sesaat kami saling diam, Bara melihat kearahku, demikian juga sebaliknya. Perutku, tiba-tiba kaku, aku mengusapnya pelan, apa karena tegang.“Bisa kita bicara?” wanita itu bertanya. Aku mengangguk.“Mari,” ucap Bara dengan cepat membawa kami ke sebuah ruangan yang digunakan untuk kantor.“Kok, boleh masuk?” tanya wanita itu kembali, Ia terlihat bingung.“Em Iya, ini toko kami, silahkan di lanjutkan,” ucap Bara.“Oh, kalau tidak keberatan bisa titip cucu saya, Clarissa sebentar,” pinta wanita itu pada Bara.“Oh, tentu. Ayok main sama Kakak,” Ajak Bara pada Clarissa yang langsung menurut.Aku mempersilahkan wanit
Read more

P 200 J Bab 59

Acara hari itu berlangsung dengan lancar, sedih dan bahagia, bercampur menjadi satu. Sedih karena Nyonya Flora tak akan bersama kami lagi, bahagia karena masih tetap bisa meneruskan usaha ini demi semua karyawan di toko kue ini."Ada titipan terima kasih dari semua tetangga," ucap Uti, Ibu pemilik rumah yang aku tinggali. Dia memintaku memanggilnya Uti, yang berarti Nenek. "Kembali kasih Uti, ntar Uti ajakin emak-emak di sini, buat borong roti, mumpung besok ada promo Uti," ucap Santi.Semua karyawan sudah pulang, hanya tinggal penjaga. Sementara aku dan Santi masih membereskan sisa acara, di bantu Uti. Bara dan Yudha masih keluar untuk membagikan makanan gratis."Kamu sama Uti istirahat saja. Duduk, temani Uti sana, biar aku yang urus." Santi mendorongku saat akan membereskan meja."Masih kuat aku," jawabku."Udah, dah kelar juga," balas Santi kemudian. Akhirnya aku menurut juga, beringsut pergi, duduk di samping Uti. Melihat Santi yang dengan cekatan memasukkan kardus bekas makana
Read more

P 200 J Bab 60

Aku berjalan pelan, keluar dari toko setelah seperti biasa menyapa teman lainnya. Alhamdulillah, toko selalu ramai seperti biasanya. Belum sampai aku keluar dari area parkir, sebuah mobil masuk dan berhenti di depanku. Sepertinya aku tidak asing dengan mobil ini.Benar saja, pria itu keluar dari mobil lewat pintu tengah, disusul seorang pria yang aku juga kenal. Aku melangkah mundur, seorang perempuan keluar juga dari mobil itu, hanya saja aku tak mengenalnya."Zanna, apa kabar?" tanya Pria berbadan tegap itu, berjalan mendekat."Baik, Tuan," jawabku.Mau apa mereka, ini bukan sebuah pertemuan yang tidak di sengaja. Mereka sengaja menemuiku, tapi kenapa. Apalagi yang mereka inginkan dariku."Bisa kita bicara sebentar saja?" pintanya kemudian."Tentang apa?" "Ikut dengan kami, kita bicarakan di tempat lain," jawab pria itu."Di sini saja," jawabku. Aku memiliki perasaan yang tak nyaman atas hal ini."Ikutlah, sebentar saja. Kami akan mengantarmu setelahnya." Perempuan muda itu ikut bi
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status