Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Perawan 200 Juta: Chapter 61 - Chapter 70

101 Chapters

P 200 J Bab 61

"Ada apa?" Bara menghampiriku yang masih terisak dalam dekapan Santi. "Mereka ingin mengambil bayi Zanna," jelas Santi kemudian."Mereka siapa?""Keluarga suami Zanna," jawab Santi.Aku merasakan tangan pria itu mengusap kepalaku."Itu tak akan terjadi, Abang ada di sini. Kamu jangan takut." Aku menoleh ke Bara, dan berhambur dalam pelukannya. Pada siapa diri ini meminta perlindungan, kecuali pada kedua malaikatku ini. Hanya mereka yang aku miliki."Zanna, takut Bang," ucapku tersengal."Kamu percaya pada Abang kan, selama Abang ada, Abang tak akan pernah membiarkan satu orangpun menyakitimu. Apalagi sampai mengambil bayi ini darimu. Jangan menangis, ada Abang dan Santi disini untuk melindungimu."Tangisku semakin pecah, tak bisa aku bayangkan bagaimana nasibku tanpa mereka. Pelukanku semakin erat, aku butuh mereka, aku tak akan mampu tampa mereka."Apa kita cari tempat lain, untuk tempat tinggal Zanna. Supaya mereka tak menemukan Zanna," ucap Santi kemudian."Mereka mengancam kal
Read more

P 200 J Bab 62

Sama sepertiku, kedua wanita yang duduk di depanku itu tak dapat menahan tangisnya. Kisah pilu yang aku alami,bahkan masih berlanjut sampai sekarang. Santi memelukku, aku tak sanggup lagi menceritakan segala kemalanganku."Keluarga suami Zanna, menginginkan bayinya, mereka ingin mengambilnya." Santi menambahkan."Suaminya?" tanya Tante Fenny."Bukan! Suami Zanna tidak tau kalau Zanna hamil. Papa mertuanya yang ingin mengambil paksa bayi itu." Santi menjelaskan."Kenapa seperti itu?" tanya Oma kemudian.Aku menggelengkan kepala, sejatinya tak paham juga dengan maksud mereka sebenarnya. "Mereka orang kaya, bisa melakukan apa saja, untuk memaksa Zanna menyerahkan bayinya, Zanna tidak aman di sini. Apa Oma dan Tante bisa membantu Zanna. Maaf, saya lancang, hanya saja saya juga bingung bagaimana cara melindungi Zanna."Tidak aku ragukan, betapa sayangnya Santi kepadaku. Meski kami belum lama saling mengenal, hubungan kami melebihi saudara. Ah, aku tak mengerti hubungan saudara itu seperti
Read more

P 200 J Bab 63

"Kamu, mau nemuin dia?" tanya Santi Santi lagi, menggulang pertanyaannya.Dalam diam dadaku terasa begitu sesak. Perutku terasa mengencang. Entah sudah berapa ribu kali air mata ini tertumpah, ada rasa rindu dalam hatiku. Perasaan yang selama ini coba untuk aku tekan dan pudarkan. Kenapa takdir seolah sedang mempermainkanku.Aku mengikhlaskan semua yang telah terjadi padaku. Menerima semua kenyataan, sepahit apapun itu. Bagaimana mungkin aku bisa menemuinya, sedangkan sudah ada wanita baik di sisinya. Sebesar apapun rasa ingin bertemu, tetap saja aku tak akan mampu."Sakit banget rasanya," ucapku disela isak tangis yang melanda. Aku sudah berusaha menahan diri dan mengendalikan emosi, tapi, tetap saja aku tidak mampu.Santi memelukku dan tangan itu mengusap punggungku lembut untuk menenangkanku. Kerinduan ini sungguh sangat menyiksaku, sebuah rasa yang seharusnya tidak boleh hadir kembali dalam hatiku."Lihat aja dari cctv, mungkin sedikit mengobati rindu. Tapi, kalau saranku lebih b
Read more

P 200 J Bab 64

"Felicia, adik Kenzi."Bara berucap lirih, saat kami sudah kembali berada di ruang kerja. Santi baru saja keluar ruangan, selepas memberitahu akan kerjasama yang baru saja disepakati dengan keluarga Kenzi."Iya, dia sepertinya suka dengan Abang," ucapku kemudian."Bukan itu, Abang minta maaf. Abang sudah lancang, tanpa meminta persetujuanmu terlebih dahulu." Bara melanjutkan bicaranya. Aku menoleh ke arahnya."Abang, mengatakan kalau kamu istri Abang. Maafkan Abang." Bara menatapku, seolah ingin melihat reaksiku."Sudahlah, Bang. Biarkan mereka taunya seperti itu. Mungkin lebih baik seperti itu. Mereka sudah berbahagia, mereka orang baik," balasku kemudian."Kamu, masih mencintai pria itu?""Rasaku sudah tak penting lagi, tak akan mengubah apapun. Apa kita bisa membahas hal yang lain?"Bara tersenyum, meski tak memberi arti apapun."Apa, aku memiliki kesempatan, untuk selalu berada disampingmu, menjagamu, dan bayi ini?" Bara menatapku, sorot mata itu seolah mampu menembus ruang hati t
Read more

P 200 J Bab 65

"Em, laper nggak? Aku pengen Bakso di depan, udah buka kan, biasanya.""Depan minimarket?" Santi mengangguk. "Dari jam sembilanan bukanya, sekarang?""Iya, ayok. Ntar besok-besok, nggak bisa lagi kan?!"Aku mengangguk kemudian bangun dari duduk, dan berdiri. Santi mendorong kursinya ke belakang, menyahut dompet dan ponselnya yang Ia letakkan di samping monitor. Gadis itu berjalan menghampiriku, yang lebih dekat dengan pintu."Em …." Aku sengaja menggantung kalimat."Nggak," balas Santi seolah mengerti, maksudku. Aku ingin menambahkan sedikit sambal dalam baksoku nanti."Banyakan dikit." Rayuku sambil mengapit tangan kirinya."Nggak, dari pada aku kena marah Abang, kalau ada apa-apa. Kamu sih ekstrim banget, kalau nambah sambal." Santi beralasan."Iya … iya," ucapku sambil mengerucutkan bibir.Santi menarik gagang pintu, dengan tangan kanannya. Kami melangkah bersisian, menyapa beberapa pegawai yang kami lewati. Alhamdulillah toko, semakin hari semakin ramai. Tidak terlalu jauh dari
Read more

P 200 J Bab 66

"Sayang …." Sebuah sentuhan tangan terasa mengusap pipiku, lembut. Suara itu cukup aku kenal, perlahan aku membuka mataku."Sayang …."Panggilnya lagi, aku sejenak terhenyak, apakah aku sedang bermimpi. Kenapa ada dia? Aku menepis tangan itu dari wajahku. Apa yang terjadi, kepalaku masih sakit. Perutku juga terasa mengencang."Apa ini mimpi?" tanyaku lirih. Mataku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tangan itu meraih tanganku, dan menciumnya. "Sayang, aku minta maaf." Suaranya terdengar parau. Air matanya membasahi tanganku.Aku mengalihkan pandangan darinya, air mata meluncur begitu saja tanpa bisa ditahan. Tangisku semakin mengeras, aku berusaha menahannya dengan menggigit bibirku, percuma saja."Sayang, aku minta maaf," ucapnya lagi. " Jangan pernah pergi lagi dariku."Tangan itu mengusap pipi basahku. Dadaku semakin sesak terasa. Kenapa hidup, seolah sedang mempermainkanku. Disaat aku sudah ingin melupakannya, menepikan jauh rasa, memudarkan segala kerinduan yang selalu mend
Read more

P 200 J Bab 67

Bara dan Santi pasti sedang bingung mencariku, mereka pasti sedang mencemaskanku. Aku tak bisa melihat mereka seperti itu."Sayang, aku mohon." Kembali aku meminta pada Kenzi, dia sejenak terdiam. Sesaat kemudian, dia menarik ponsel dari saku, dan memberikan padaku."Pakai ini saja," ucapnya kemudian. Aku tak hafal nomor mereka. Hanya hafal nomor telepon toko. Akhirnya aku melakukan panggilan ke toko. Terdengar suara Mbak Lastri saat telepon di terima."Mbak Lastri, ini Zanna. Sambungkan ke Santi dan Abang, ya," ucapku kemudian."Mba Zanna? Mba kemana saja, ini semua nyari. Mereka masih di luar nyari Mak Zanna. Mbak dimana? Gimana keadaanya?"Suara panik Mbak Lastri terdengar di ujung telepon. Aku menjawab kalau aku baik-baik saja. Kemudian aku meminta Ia memberikan nomor hp Santi dan Abang Bara. Setelah menunggu beberapa saat, Mba Lastri membacakannya."Bisa tolong catatkan?" pintaku ke Kenzi, yang dia jawab dengan anggukan. Ia merogoh saku bajunya, dan mengambil sebuah ponsel di
Read more

P 200 J Bab 68

Wanita itu, apa pantas dia mendapatkan sebuah rasa sakit. Aku bisa merasakan dia wanita yang baik. Kenapa harus menciptakan banyak luka, hanya untuk dapat bersama. Tapi, apa yang salah dengan keinginan Kenzi untuk memperjuangkan cintanya. Semua benar, dan semua salah.Pikiranku masih kacau, belum bisa memikirkan jalan keluar atas yang aku hadapi sekarang. Ya Allah berikan petunjuk-MU, hamba berserah pada-MU. Semua begitu rumit, aku belum mampu. "Abang."Lirih aku panggil nama itu, disetiap aku dalam kesulitan, ada dia bersamaku. Dan, sekarang saat pikiran kacau seperti ini, aku benar-benar membutuhkannya.Terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki. Air mata yang membasahi pipi, aku usap dengan punggung tanganku. Bukan Bi Nur, sepertinya Kenzi yang datang."Sayang," panggil Kenzi padaku.Aku menoleh ke arahnya, memaksakan senyumku. Segera aku lepas mukena dan merapikannya. Aku berdiri dan berjalan menuju sofa, kemudian duduk menyandarkan tubuhku. Kenzi menghampiriku, ikut duduk d
Read more

P 200 J Bab 69

"Ayuk, aku juga sudah belikan susu buat kamu. Kalian harus sehat, kalian harus kuat. Bi Nur sudah masak spesial buat kamu dan jagoan kita." Kenzi menarik tanganku. "Kamu terlihat, tambah cantik,"ucap Kenzi kemudian, jemarinya menelusup di antara celah jariku."Kalau ganteng, itu kamu." Aku berusaha mengimbangi, yang dibicarakannya."Oh, ya. Masak?" Sambil berjalan Kenzi menoleh ke arahku. Aku mengangguk mengiyakan. "Makasih ya," ucapnya sambil mencium pipiku.Setelah keluar kamar, Kenzi mengajakku ke ruang makan. Bi Nur nampak sedang menyeduh teh saat kami sampai."Bibi sudah masak banyak, Tuan. Buat Non Zanna, yang enak dan bergizi," ucap Bi Nur saat melihat kami."Makasih, Bi." Kenzi tersenyum seraya berterima kasih."Bibi, tinggal dulu. Selamat makan." Bi Nur pamit pergi dengan secangkir teh di tangannya."Mau aku suapin?" tanya Kenzi kemudian. Dia menarikkan kursi untukku. Aku menggeleng pelan."Udah bisa sendiri," jawabku kemudian."Kalau gitu, kamu yang suapi aku!" Pria itu men
Read more

P 200 J Bab 70

Wajah Kenzi terlihat sangat tegang, selepas Ia menutup panggilan."Ada apa?" tanyaku kemudian."Kata Radit, Mama jatuh di kamar mandi," jawab Kenzi"Lalu, kondisinya?""Masih di IGD," jawab Kenzi."Kamu, mau kerumah sakit?" tanyaku kemudian."Ayah dan Om Bram, masih di Hongkong. Aku bingung, aku bilang ada meeting luar kota. Tak mungkin bisa langsung datang," jelas Kenzi."Lalu?""Aku juga, tak ingin meninggalkan dirimu. Entahlah, aku masih bingung." Kenzi terlihat bingung."Pergilah, mereka pasti membutuhkanmu.""Entahlah, Radit sedang mempersiapkan rencana untuk kita, sebelum Ayah dan Om Bram datang. Dalam dua hari ini, kita akan meninggalkan kota ini." Kenzi memberikan penjelasan."Kalau aku pulang, aku akan sulit untuk keluar. Apalagi, kalau Om Bram sampai tau, dia pasti segera bertindak. Aku tak mau sesuatu terjadi padamu," lanjut Kenzi.Aku tak bisa berkata-kata lagi, yang pasti aku tak ingin dipisahkan dengan anakku Siapapun yang memberikan jaminan untuk itu, padanya lah aku
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status