Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Kabanata 81 - Kabanata 90

Lahat ng Kabanata ng Perawan 200 Juta: Kabanata 81 - Kabanata 90

101 Kabanata

P 200 J Bab 81

"Oma Mayang dalam perjalanan," ucapku ke Bara yang duduk di samping ranjang."Iya, Santi udah kasih tau abang juga, barusan." Bara menjawab sambil berdiri membuka kulit jeruk yang baru di bukanya ke tempat sampah. "Semoga, Oma juga bisa membantu masalah Zanna." Aku berharap cukup besar pada bantuan Oma Mayang. Aku dan bara tak cukup kuat, kami sadar sepenuhnya itu."Abang yakin, Oma pasti membantu. Siapapun dirimu ternyata." Sepotong jeruk Bara sodorkan ke depan mulutku. Segera aku membuka mulutku."Semoga seperti itu," balasku."Sudah ada nama untuk jagoan kecil kita?" tanya Bara lagi. Aku menggeleng."Belum Zanna pikirkan," balasku.Santi dan Bi Nur, sedang keluar mencari makan. Bayiku juga dibawa kembali keruangan bayi. Tinggal aku dan Bara berdua dikamar."Sore Bunda, ini makan malamnya, yah. Ini juga ada parcel buah dari rumah sakit. Makan yang banyak agar ASI-nya banyak." Dua orang perawat datang ke kamar. Meletakkan nampan di atas nakas sebelah ranjang."Terima kasih," ucapku
Magbasa pa

P 200 J Bab 82

"Oma minta maaf, harusnya …." Tante Fenny memeluk Oma, yang tak mampu meneruskan kata - katanya. Tubuh Oma bergetar, akupun sama. Dadaku terasa semakin sesak rasanya, nyeri dan sakit meski lega.Umurku baru delapan belas tahun. Usia yang masih amat muda, aku dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Aku melewati hari - hari yang begitu berat. Tak ada kenangan masa kecil yang indah yang bisa aku ceritakan. Aku kehilangan masa kecil dan masa remaja. Air mata seolah menjadi teman setia, di setiap hariku."Zanna … maafkan Oma," ucap Oma Mayang masih dalam pelukan Tante Fenny."Bukan salah Oma." Aku menjawab di sela isakku. Bukan waktunya mencari siapa yang benar, siapa yang salah. Semua sudah terjadi, dan memang harus seperti itu jalannya. Setiap kisah membawa takdirnya sendiri - sendiri. Demikian juga dengan kisahku.Oma berhambur memelukku, Tante Fenny juga. Kami semua menangis untuk banyak alasan. Sedih dan bahagia, sesak dan kelegaan, berpadu dalam sebuah rasa. "Kamu tak akan sendiri l
Magbasa pa

P 200 J Bab 83

"Semoga semua baik-baik saja," harap Oma kemudian."Zanna, Oma mohon, kamu bisa memaafkan Papamu, dan juga Opa kamu." Oma melihat ke arahku. "Oma tau semua ini tidak mudah, Oma berjanji akan menebus semua kesakitan yang telah kamu alami.""Zanna tidak menyalahkan siapa-siapa Oma. Semua yang sudah terjadi, memang sudah menjadi jalannya Zanna. Sekarang, Zanna hanya ingin hidup tenang dan bisa memberikan semua yang terbaik untuk anak Zanna." Ada sedikit sesak masih bisa terbaca jelas dari suaraku. Oma benar, semuanya tidak mudah. Tapi, tidak lantas membuatku mendendam ataupun menyalahkan siapa-siapa atas segala hal yang sudah terjadi. Dari dulu pun, aku juga yakin, apa yang aku alami pasti memang sudah menjadi jalan takdirku. Tak ada yang perlu disesalkan, aku sendiri selalu mencoba bersahabat dengan takdir. "Lalu, gimana masalah dengan suamimu?" tanya Tante Fenny kemudian."Fen, Zanna baru saja melahirkan. Biarkan sejenak hati dan pikirannya beristirahat. Kita yang akan menghadapinya
Magbasa pa

P 200 J Bab 84

"Kadang, kita ingin memilih jalan kita sendiri. Hanya saja, takdir telah lebih dulu memilihkan untuk kita. Lalu, kita bisa apa?! Aku hanya berusaha, agar kedepannya tak ada lagi luka yang tercipta."Mimpiku hanya sederhana, dapat bersama dengan anakku dan memberikan segala yang terbaik. Berkumpul dengan keluarga yang baru saja aku temukan. Sesimpel itu, bukan suatu hal yang berlebihan sebenarnya."Jadi kapan?" tanya Santi kemudian. "Apanya?""Ke keluarga Kenzi." "Tunggu Papa datang, Franda sakit, Papa menunda kepulangannya." Aku menjelaskan."Mereka baik-baik saja?""Pastinya tidak," jawabku. Aku menarik nafas panjang, menghembuskan perlahan. Pastinya ini bukan sebuah kabar yang baik untuk keluarga Papa. Bukan hal yang bisa diterima dengan mudah juga oleh istrinya. Obrolan kami terjeda, saat Bi Nur membawa bayiku yang sepertinya haus. Dia tidur tadi, saat Santi datang. Dan, kami memilih mengobrol di taman samping kamarku. Yang juga terdapat sebuah kolam ikan di sana. Setelah kenya
Magbasa pa

P 200 J Bab 85

Pria yang membawaku pada kehidupan Kenzi itu, tampak beberapa kali mengusap wajahnya setelah mendengar perkataan Oma Mayang."Jadi, Zanna cucu Nyonya?" Kembali pria itu menegaskan."Iya," jawab Oma singkat. Pria itu mengangguk berulang."Berarti, Nyonya juga tau kalau Zanna adalah menantu dari keluarga Hadi Pranata?""Apakah mereka, benar -benar menganggap Zanna menantu?" Oma balik bertanya. Pria itu terdiam. "Tuan Besar menebus Zanna dari tempat prostitusi, kemudian Zanna terikat kontrak pernikahan dengan Tuan Muda. Apa yang menjadi kewajiban Tuan Pranata, sudah dipenuhi. Selama tinggal bersama, semua kebutuhan Zanna terpenuhi dengan baik." Tuan Bram bercerita panjang lebar, yang sebenarnya sudah aku ceritakan semua pada Oma Mayang."Lalu masalahnya apa? Kenapa masih mengusik kehidupan cucu saya." Suara Oma terdengar tegas."Zanna mengandung anak Tuan Muda, yang berarti bayi tersebut adalah anggota keluar Pranata. Tuan Pranata menginginkan bayi itu dibesarkan di keluarga Pranata."
Magbasa pa

P 200 J Bab 86

"Karena menyangkut banyak hati, pikirkan semuanya. Tante tetap dukung, keputusanmu untuk minta cerai dari Kenzi sekarang. Tapi, bukan langsung mengganti posisinya dengan Bara atau yang lainnya. Terlalu dini, untuk kembali merajut sebuah kisah. Menata hidupmu adalah tujuan Tante sekarang, pendidikanmu, dan semua hal demi masa depanmu."Oma mengangguk kecil, sepertinya dia setuju dengan yang Tante Fenny pikirkan."Tante tak akan menghalangi, bila Bara terus ada didekatmu. Tapi, sebuah pernikahan dan keluarga baru. Bukan suatu pilihan bijak, saat ini. Kalau kalian memang berjodoh, siapapun dia kami akan tetap mendukung." Tante Fenny menambahkan."Oma setuju, dengan Tantemu. Kamu akan bersekolah, bukan sekolah umum pastinya. Tapi akan ada ijazah yang bisa digunakan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Kamu harus menjadi sosok, mandiri dan terpelajar. Biar tantemu siapkan, setelah kondisimu membaik. Kamu juga harus membagi waktu dengan bayimu." Oma menyampaikan keinginannya juga."Ada syu
Magbasa pa

P 200 J Bab 87

"Maafkan aku, yang selalu menempatkan dirimu pada situasi yang berbahaya. Maafkan aku …."Hatiku bagai disayat sembilu, siapa yang akan aku persalahkan atas kesakitan ini. Siapa juga yang bisa mengatur segala rasa ini. Aku menarik napasku dalam di tengah isak tangis. Mencoba menenangkan diriku sendiri. Aku harus tenang …Aku memegang kedua tangan Kenzi dan melepaskan pelukannya. Kemudian memutar tubuhku hingga kami berdiri berhadapan. Wajahnya basah dan memerah, pasti sama juga denganku. Sesaat kami saling bertatap, hingga aku tak mampu, dan membuang pandanganku kelantai."Sayang, anak kita?" tanyanya kemudian.Aku kembali mengarahkan pandangan, ke wajah tampan itu. Matanya menatapku lekat sedikit menyipit, menunggu jawaban dariku. Terlintas dalam benakku, bayangan saat dia berbicara dengan anaknya sewaktu masih dalam kandunganku."Dia … tampan sepertimu." Aku langsung menunduk, menahan sebah dalam dadaku yang kembali hadir. "Aku sudah menduganya," ucapnya seraya menarikku dalam dek
Magbasa pa

P 200 J Bab 88

"Sepertinya haus," ucapku sambil menyeka air mataku. "Waktu nya kasih ASI," lanjutku lagi."Uh, aus ya, Sayang. Mik cucu dulu, ya. Muach." Kenzi mencium gemas bayinya sebelum memberikan padaku."Kenapa?" tanyanya, saat aku tak segera memberikan ASI pada bayiku. Cukup lama berpisah, membuatku merasa malu, kalau harus memberikan ASI di depan Kenzi, meski dia Suamiku. Kenzi mengangkat alisnya, kembali mempertegas pertanyaanya tanpa kata. Aku hanya menjawab dengan memanyunkan bibir."Iya, aku ngerti. Aku nggak lihat." Kenzi seakan paham, dia duduk di belakangku, menghadap arah berlawanan. Kami saling beradu punggung. Tangis bayiku semakin nyaring, segera aku berikan apa yang sedang diinginkan.Rasanya … masih sakit. Aku menggigit pelan bibirku. Kuat sekali bayiku minum, ada semacam ngilu terasa di payu d***ku. Tapi, kata Ta te Fenny, hanya sebentar. Setelah ini akan biasa saja, dan mulai lagi kalau bayi sudah tumbuh gigi.Tak berapa lama, bayiku kembali terlelap. Dia melepas sendiri, ak
Magbasa pa

P 200 J Bab 89

"Belum, tapi, pasti Papa akan segera tau. Banyak hal rumit di sekitarku, maafkan aku. Tapi, satu yang pasti aku akan berjuang untuk cinta kita, untuk keluarga kecil kita. Teruslah bersamaku, agar aku menjadi kuat. Kalianlah sumber kekuatanku sekarang." Kenzi kembali mencium tanganku setelah selesai dengan kalimatnya.Aku tak bisa menjawab apapun, hanya terdiam. Jemariku balas menggenggamnya kuat."Besok, aku kesini lagi." Kenzi menoleh ke arahku, aku mencoba tersenyum. Dimajukan wajah itu, hingga kening kami menyatu. "Jangan menangis lagi, aku merasa menjadi lelaki pecundang. Karena selalu membuatmu menangis.""Bukan karenamu rasa sakit ini, aku tau kamu juga merasakan hal yang sama," ucapku lirih."Iya." Singkat Kenzi menjawab, sebelum sebuah ciuman lembut dia berikan dibibirku, sekilas. "Aku mencintaimu, kemarin, hari ini, dan esok." Aku mengangguk pelan, kami beranjak berdiri setelahnya. Kenzi merayap pelan, berpamitan pada bayinya yang nampak lelap dalam tidurnya. Berulang kali
Magbasa pa

P 200 J Bab 90

Sebuah pelukan dan ciuman di puncak kepala aku aku rasakan, dari aroma tubuhnya aku tau siapa. Senyumku terulas begitu saja. Aku menoleh, kembali sebuah ciuman di pipi Ia singgahkan.Sesaat kemudian dia melepas pelukannya, beranjak dan duduk jongkok di samping stroller tempat bayinya tertidur. Bibir Kenzi mengatup, telunjuknya mengusap pelan pipi bayinya yang kemerahan."Pagi sekali," ucapku kemudian. Kenzi melihat sekilas ke arahku dengan senyum yang tersungging di bibirnya, kemudian kembali melihat ke arah bayinya. "Bahkan aku tak dapat tidur semalaman, karena merindukannya," jawabnya kemudian masih dengan senyum yang sama serta pandangan yang terus mengarah pada sosok mungil di depannya."Hanya untuknya?"Kenzi melihatku dengan senyum melebar, melihat bibir manyunku. Tanganya berganti meraih jariku dan mengecupnya."Apa perlu dipertanyakan lagi?" tanyanya balik. Aku memasang wajah pura-pura merajuk."Liat, ada yang cembulu," ucap Kenzi pada bayinya. Kemudian melirik ke arahku. "S
Magbasa pa
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status