Beranda / Romansa / Perawan 200 Juta / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Perawan 200 Juta: Bab 41 - Bab 50

101 Bab

P 200 J Bab 41

"Apa bisa kita bicara?" tanyanya ragu ketika aku hendak duduk. Tanpa menunggu jawabku, Bara menarikku ke sebuah meja kosong."Apa yang terjadi? Ada apa sebenarnya?" tanya nya kemudian."Apanya?""Zanna, jangan terus berpura-pura, aku tau kamu tak baik-baik saja," ucap Bara, sedikit emosi."Apanya yang nggak baik?" bantahku"Aku mohon, aku bisa merasakan itu. Dan, lihat lah dirimu, terlihat sangat menyedihkan."Aku terdiam, dia bisa membacaku. "Zanna, katakan padaku."Aku hanya menatapnya, dan diam seribu bahasa, lidahku kelu belum mampu bercerita. Sungguh aku tak mau berbagi cerita sedihku padanya. Dia sudah sangat baik padaku, itu sudah cukup. Akan semakin besar hutang budiku padanya."Aku akan mengetahuinya," ucapnya. Dia beranjak meninggalkan meja. Dia menarik kursi kemudian duduk di depan Santi dan Yudha. Keras kepala, aku bangun dari duduk dan kembali ke meja."Aku akan cerita, tapi tidak sekarang?" ucapku saat sampai di samping meja Santi.Terlihat Santi dan Yudha berpandang
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 42

Aku selalu merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik oleh Bara. Merasa dianggap dengan rasa yang tulus sebagai seorang manusia. Merasa dijaga dan disayangi dengan sangat tulus. Aku selalu merasa nyaman dan tenang sast bersamanya, saat berada di sampingnya."Mobil tak bisa masuk?" tanya Bara kemudian."Nggak bisa, parkirkan di sana saja, dekat warung tenda itu," tunjukku kemudian, sambil menunjuk sebuah warung tenda.Bara menepikan mobilnya, seorang tukang parkir memberi arahan. Aku turun setelah mobil terparkir sempurna."Jauh jalannya?" tanya Bara, sambil merapikan rambutnya."Nggak terlalu," jawabku.Tangan Bara kembali menggandengku, aku menariknya pelan."Ini kampung, takut jadi omongan dan salah paham," alasanku."Apa mereka suka bergosip?""Nggak juga sih, lebih baik berjaga kan? Daripada hal itu sampai terjadi," jawabku.Kami berjalan bersisian, menyapa beberapa warga yang masih mencari angin di teras rumah masing-masing. Mereka sudah cukup akrab dengan sosokku dan juga San
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 43

Aku tiup wajahnya, sesaat mata pria itu terpejam. Senyum terbit di bibirnya, tapi wajah itu masih tetap di posisi yang sama. Mata itu kembali memindai wajahku saat terbuka. Aku menahan nafasku."Jangan terlalu kurus, lihat pipimu sangat tirus, jelek aku tak suka," ucapnya kemudian. "Makan yang banyak, bukan hanya demi kamu, demi yang ada di dalam sini," lanjutnya, pandangannya turun ke perutku.Aku hanya menggerakkan mataku, kalau wajahku bergerak sedikit saja, pasti sudah bersentuhan. Bukan sok suci, keadaan sudah berbeda dari beberapa bulan yang lalu. Dulu jarak sedekat ini, pasti kami sudah menaut satu sama lain."Lapar," ucapkuBara tertawa mendengarku, dia menarik sabuk pengaman dan mengeluarkan tubuhku, karena kaitan benar-benar tak bisa dibuka.Aku segera membuka pintu dan turun. "Ayok." Bara menarik tanganku, menggenggamnya seperti biasa. Kami berjalan bergandengan masuk ke dalam restoran. Sebuah meja di sudut ruangan menjadi pilihan.Seorang pelayan datang, dan menyodorkan
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 44

"Mulai kapan berhenti kerja?" tanya Santi padaku. Seperti pagi- pagi sebelumnya kami mengobrol di sofa depan televisi. Sebuah aktivitas yang hampir setiap pagi kami lakukan."Hari ini," jawabku."Jadwal kontrol kan hari ini juga kan?" Santi kembali bertanya."Iya, jadwal kontrolnya hari ini." Aku menjawab sembari mengangguk."Diantar Bara?" tanya Santi lagi sambil berdiri mengambil minumannya di atas meja."Kamu aja yang nganter," balasku lagi, aku tidak ingin merepotkan Bara untuk kesekian kalinya."Bara itu, baik ya." Santi berkata sambil kembali duduk bersila di atas sofa."Sangat," jawabku dengan tersenyum, sambil menikmati teh hangat yang berada di tanganku sedari tadi."Kamu suka?" tanya Santi ragu, dia mengalihkan pandangannya dari arah televisi dan menoleh kepadaku. bersamaan dengannya aku juga menoleh ke arah gadis dengan tubuh mungil itu. "Suka, ke kamu juga," jawabku kemudian."Bukan, bukan suka seperti itu. Suka dalam artian sebuah perasaan yang spesial, kayak aku sa
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 45

PoV Author•••Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, ketika Zanna keluar dari kamarnya. Sang sahabat Santi, sudah terlebih dulu menunggu di ruang tamu. Mereka hendak pergi ke Bidan Aida, untuk memeriksakan kandungan Zanna, yang kini telah menginjak bulan ke enam. Perempuan dengan tinggi 165 cm tersebut, berbalut celana panjang berwarna biru dan sweater dengan warna pink lembut. Sebuah tas selempang tampak menggantung di lehernya. Setelah mengunci pintu dan pagar, keduanya pergi dengan sekuter matic milik Santi. Gadis bertubuh mungil itu melajukan sekuternya. Mereka melewati beberapa rumah warga yang tertata rapi di sisi kiri dan kanan gang. Sesekali, mereka menyapa warga yang tengah duduk santai di depan rumah. Keduanya memang sudah cukup akrab dengan warga sekitar.Tak membutuhkan waktu lama, mereka akhirnya keluar dari gang sempit itu juga. Santi melajukan sedikit lebih kencang kendaraan roda dua itu, saat telah menyentuh jalan beraspal. Jalanan terlihat cukup ramai, mereka mulai m
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 46

Tidak berapa lama nomor antrian mereka disebut oleh perempuan yang bertugas di bagian pendaftaran. Zanna dan Santi bergegas beranjak masuk ke dalam ruangan. Bidan Aida menyambut keduanya dengan ramah, kemudian meminta kedua wanita muda itu untuk duduk. Beberapa pertanyaan dia ajukan pada Zanna seputar kondisi dan keluhannya. Bidan berusia lima puluh tahun itu, kemudian meminta Zanna untuk tidur di atas bed berukuran single. Krim di oleskan di perut wanita muda yang tengah mengandung anak pertamanya itu.Alat untuk USG berputar dan sesekali di tekan, untuk menegetahui kondisi janin. Semua baik-baik saja, tentu itu kabar yang sangat bagus. Hanya saja Bidan Aida meminta Zanna untuk tak bekerja terlaku keras. Vitamin dan beberapa obat, Bidan otu berikan. Selepas pemeriksaan selesai keduanya bergegas keluar.Biaya yang dikeluarkan untuk ke Bidan lebih murah, selain itu karena Bidan Aidalah yang di temui oleh Zanna pertama kali di puskesmas awal periksa dulu. Sehingga Zanna memilih Bidan
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 47

PoV AuthorKenzi memasukkan mobilnya ke dalam garis parkir, tepat di tempat Bara memarkirkan mobilnya tadi sewaktu berkunjung di taman. Beberapa kali dia berkunjung ke taman ini selepas kepergian Zanna. Besar harapan, dapat bertemu wanitanya itu di sini. Pemilik hatinya itu, sempat berkata menyukai taman ini, beserta jajanan yang ada.Segera dia turun dari mobil, melangkah pelan dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Penampilannya yang rapi, dan tampan mengundang tatapan kagum para hawa yang kebanyakan remaja itu. Kenzi menyusuri trotoar menuju stan penjual jajan di sisi barat taman.Ditatapnya bergantian, wanita-wanita yang sedang mengantri di depan stan, menunggu pesanannya dikerjakan. Besar harapannya dapat bertemu dengan wanitanya. Tapi, semua tinggal harapan sang kekasih hati baru saja pergi.Tak menemukan yang dicari, Kenzi memasuki taman. Dia bisa merasakan aroma wanitanya, perasaanya berkata bahwa dia telah begitu dekat. Kembali pria muda itu mengedarkan pandangan, tam
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 48

Rasa apa ini? Saat menatapnya hati ini bergetar sedemikian rupa, tak seperti biasanya. Apakah rasa sayangku telah bergeser, entahlah aku sendiri tak tau. Satu yang pasti, dan harus aku akui, diri ini begitu nyaman bersamanya. Apakah itu berarti aku sudah melupakan Kenzi, ayah dari bayiku? Hanya bisa tersenyum masam. Itu belum terjadi, meski aku inginkan. Pria itu menempati tahta tertinggi di ruang hatiku, perlu waktu lama dan kerja keras untuk sekedar menyingkirkan bayangnya dalam mimpiku.Yah, bagiku Kenzi tak ubahnya sebuah mimpi, bukan untuk berusaha diraih, tapi berusaha untuk dikubur. Dalam hati terdalam, aku selalu berdoa, semoga dia bahagia dengan kehidupannya. Apa arti pengorbanan ini, bila ternyata dia tak menemukan kebahagiaannya. Bukankah hakikat cinta tertinggi adalah kebahagiaan orang yang dicintai, meski itu bukan bersama kita.Aku menghela nafas panjang, lupakan dulu cinta-cintaan. Hidupku untuk malaikat kecil.di dalam rahimku, semua hanya untuknya sekarang.•••"Aku j
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 49

Aku segera turun saat mobil memasuki pelataran toko dan berhenti. Mas Ari yang melihat aku tirun dari kendaraan langsung menghampiriku. Dia security di sini, aku menanyakan apa Nyonya Flora sudah datang, karena aku tak melihat mobilnya yang biasa berad di depan toko."Ada di atas, Zan. Mau ambil pesangon?" tanya Mas Ari pafaku."Nggak, Mas. Zanna ada perlu aja sama Nyonya. Lagian masak kerja barusan minta pesangon hehehe, belum pantas," jawabku dengan disertai tawa."Nyonya mah baik, pasti dikasih," ucap pria bertubuh gempal itu. Aku kemudian tersenyum."Eleh ... eleh, itu suami kamu?" Setengah berbisik Mas Ari bertanya padaku, saat melihat Bara berjalan mendekat ke arahku."Ganteng, cocok sekali," ucapnya lagi, saat aku akan menjawab. "Mas udah kira, kamu orang kaya," lanjutnya lagi, tak memberiku kesempatan bicara."Siang Mas, saya temannya Zanna." Mas Ari mengulurkan tangannya, disambut ramah oleh Bara. Mas Ari memang lucu dan ceplas-ceplos."Mas, Zanna ke Nyonya dulu," pamitku,
Baca selengkapnya

P 200 J Bab 50

Bantu apa? Aku mengangkat bahuku sendiri. Yang pasti bantu hitung-hitungan, tapi entah apa yang dihitung. Tanganku merogoh ponsel di dalam tasku. Kemudian mulai berselancar mencari artikel seputar kehamilan dan cara mengurus bayi.Sesekali memperhatikan pengunjung yang datang silih berganti. Namun belum ada yang membeli. Perhatianku jatuh pada sepasang anak muda, sepertiny seumuran denganku. Gadis itu sibuk memilihkan baju untuk pria muda yang datang bersamanya, sepertinya mereka sepasang kekasih.Tak berapa lama dua orang gadis lain datang menghampiri sepasang muda-mudi tadi. Sepertinya berteman akrab. Pandanganku terfokus pada gadis berambut coklat yang baru saja datang. Wajahnya mengingatkan aku pada seseorang, Kenzi. Mirip sekali …Pandanganku tak lepas darinya, bahkan saat dia tersenyum saat melihat ke sudut ruangan, dimana Bara berdiri dengan salah satu pegawainya. Gadis itu mencuri pandang ke arah Bara, ditariknya salah satu teman yang tadi datang bersamanta. Dengan dagu gadis
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status