Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Perawan 200 Juta: Chapter 11 - Chapter 20

101 Chapters

P 200 J Bab 11

Aku berjalan pelan menuju kamarku, entah mengapa kamarku terpisah sendiri. Anak asuh Mami Erna yang lain ada di sebelah kanan bangunan. Mereka juga bisa bertegur sapa dengan yang lain. Di samping kamarku hanya ada dua kamar, yang di tempati penjaga dan pembantu di sini.Siang itu aku kembali membersihkan diri, kemudian merebahkan badanku di atas ranjang. Bayangan Kenzi tadi siang berdiam dalam benakku. Ah, ada sesuatu yang aku lupakan tapi apa. Sejenak aku mencari apa, oh ... nomor telepon Kenzi, aku melupakannya.Kenzi sudah menyimpan nomor teleponku, akankah dia menelponku. Kenapa aku berharap sekali, pria itu menghubungiku. Tak tau diri sekali diriku ini, siapalah aku ini berharap dia menghubungiku. Ingin tidur, kantuk sepertinya engan menyapapku. Aku pergi saja ke dapur biasanya Mba Mimi dan Mba Marni sedang masak untuk makan malam. Benar saja kedua orang itu tengah sibuk di dapur."Zanna, ngapain main di dapur?" tanya Mba Marni padaku."Mau bantulah Mba, kayak biasanya," jawabku
Read more

P 200 J Bab 12

Tangan itu mengusap lembut punggungku, memberikan sensasi yang berbeda, tautan bibirnya juga kurasa lebih halus dari sebelumnya. Berlahan tapi pasti, aku mulai terhanyut oleh cumbuannya. Kesadaran itu mulai menepi, yang ada hanya nafsu yang menuntut untuk dipuaskan.Tubuhku semakin menghangat, deru nafas berlomba dengan syahdunya lengkuhan hasrat. Aku semakin terbang tinggi, melayang dalam rasa yang tak bisa aku gambarkan. "Kamu milikku," bisiknya.Hasrat sudah terpetik, semua sudah dimulai, dan harus ada penyelesaian dalam permainan ini. Ketika semua yang melekat dalam tubuh ini luruh satu persatu, selaras dengannya luruh juga asa yang masih tersisa. Tak ada keajaiban kembali, yang ada hanya kenyaataan bahwa semua akan berakhir dan berawal pada malam ini.Dalam sekejap, nafsu terkutuk sudah membekapku, menguasai sepenuhnya sadarku. Menjadi gila akan lebih baik, hingga tak ada rasa terpaksa. Rela atau tidak tak penting lagi, jadi aku tak akan menyiksa diri lagi.Ini pertama kalinya,
Read more

P 200 J Bab 13

Mataku terasa berat untuk dibuka, kulihat sekeliling, aku sudah berada di dalam kamar. Sepertinya aku tertidur semalam saat bercerita tentang kelamnya kisahku. Berarti, pria itu yang mengangkatku sampai di sini. Kepalaku masih terasa sakit, menangis semalam sepertinya membuatnya terasa berat.Untuk kesekian kalinya aku terselamatkan, tapi, entah sampai kapan. Apa yang Tuhan rancanakan untukku? Akankah ada hal manis yang bisa kudapatkan. Atau, nasib baik sudah mulai mau menyapaku. Semoga saja begitu, meski aku takut untuk melambungkan sebuah pengharapan.Aku masih takut untuk bermimpi atau pun berharap untuk aku bisa terbebas dari situasi ini. Seperti sebuah hal yang mustahil untukku. Dan lagi aku juga tidak tau apa yang aku bisa lakukan di luar. Apakah hidupku akan menjadi lebih baik, tidak ada jaminan untuk gadis miskin sepertikuAku beranjak pelan, menuju kamar mandi. Mataku terlihat bengkak akibat menangis tadi malam. Kubasuhkan air hangat ke wajah kuyuku. Setidaknya mencuci muka
Read more

P 200 J Bab 14

"Sudahlah, kita lanjutkan nanti. Habiskan sarapanmu, aku mau mandi dulu." Bara meneguk tehnya, kemudian turun dari kursinya. Diraihnya kepalaku dan mengecupnya, sebelum beranjak ke kamar. Roti di tanganku masih tersisa separuh sebenarnya. Tadi, masih bisa kurasakan nikmat, akan tetapi, entah sekarang kenapa berubah menjadi hambar.Aku memaksanya masuk kedalam mulut dan menekannya dengan teh hangat yang tadi Bara buatkan untukku. Apa yang pria itu ucapkan memang benar adanya, mungkin hari ini aku selamat, siapa yang bisa menjamin, esok akan terulang lagi keajaiban ini. Tidak ada jaminan untuk hal itu, semua pasti akan terjadi sesuai dengan yang seharusnya. Semua hanya soal waktu saja.Langkahku gontai, menuju kamar. Terdengar suara air dari arah kamar mandi. Aku mengambil tasku dari atas nakas. Kemudian keluar, menuju kamar satunya yang berada tepat di depan kamar Bara. Melempar tasku ke atas ranjang dan melangkah ke kamar mandi.Air hangat yang mengalir membasahi tubuhku, sedikit mer
Read more

P 200 J Bab 15

"Entahlah, tarifmu masih terlalu mahal hahaha, aku tak tau, hanya ini yang bisa aku lakukan sementara.""Aku akan mengembalikan uangmu," ucapku."Ini bisnis, kamu tak akan mengerti, dan kalau aku tak sangup lagi membayarmu, maafkan aku.""Kenapa kau begitu baik padaku, kenapa kau mau membantuku?" tanyaku, padanya. Mataku tiba-tiba kembali mengembun."Jangan menangis, aku tak suka melihatnya, jangan juga tanya mengapa, aku sendiri tak mengerti, kenapa repot-repot membantumu." Bara mengusap air mataku denga ibu jarinya. Sebuah kecupan dia berikan di keningku."Maaf, aku buru-buru. Sore aku akan menjemputmu." Pria itu menepuk pelan pipiku, dan kembali mengecup keningku. Aku memaksakan senyumku. Sebuah kecupan aku berikan di pipi pria itu, sebelum aku turun.Seperti apapun dia, Bara malaikatku sekarang. Hanya padanya bergantung sedikit asa yang masih tersisa. Dirinya lah tempatku mengadu dan berkeluh kesah, padanya juga aku mulai berani bermanja.Siang ini, pikiranku masih tenang, bayanga
Read more

P 200 J Bab 16

"Kamu benar-benar rela melakukannya?" tanyanya padaku. Aku mengangguk pasti."Maafkan aku," ucapnya lagi."Tak perlu meminta maaf, memang sudah seharusnya seperti ini."Bara membalikkan badanya, akupun mengikutinya, kami duduk bersila dan saling berhadapan."Apa kamu percaya pada sebuah cinta?" tanyanya padaku. Aku mengelengkan kepalaku, aku tak percaya cinta itu ada."Kenapa?" tanyanya lagi."Kalau memang cinta itu ada, aku tak mungkin berada di sini. Aku akan hidup bahagia bersama kedua orang tuaku," jawabku."Kamu benar," ucapnya lagi."Dulu aku tak serapuh ini, sekarang hal kecil saja sangup membuatku menangis," ucapku lagi."Oh ya," ucapnya sambil mengusap air mataku yang tiba-tiba mengalir saat menyebutkan kata orang tua."Dulu aku tak pernah peduli dengan orang lain, tapi dirimu, membuatku berbeda. Aku peduli padamu, aku ingin melindungimu, tapi apa dayaku, aku hanya seorang pecundang. Hanya seorang pria bejat yang tak berani menghadapi dunia."Aku tersenyum dan mengeleng, dia
Read more

P 200 J Bab 17

"Padamu untuk pertama kalinya, aku berbagi kisah hidupku. Pria bejat ini ternyata masih memiliki hati, kerasnya hidup membekukan empati, semua hanya demi nafsu duniawi. Andai saja aku mampu, membawamu pergi. Tapi, aku hanya pria pengecut tak bernyali."Pria itu menangis, kisahnya tak jauh berbeda denganku. Ayahnya menjual ibunya ke tempat pelacuran karena gila judi dan suka mabuk-mabukkan. Dunia hitam itu akhirnya menyeret kakak dan juga dirinya sendiri.Almarhum suami Mami Erna seorang mucikari besar, dengan pelangan kalangan atas. Selepas suaminya meninggal Mami Erna yang mengurus segalanya. Itu sepenggal kisah yang dia bagi padaku.Aku pikir hanya aku yang punya luka, dia pun memiliki kisah yang hampir sama. Tanganku mengusap wajah basah itu. Dia meraih dan kemudian mengecup jemariku.Matanya terpejam beberapa saat."Aku akan merindukanmu," ucapnya lagi. "Aku senang telah mengenalmu, mungkin saat bersamamulah, saat yang paling bahagia untukku," ucap Bara, bibir itu mencoba tersenyu
Read more

P 200 J Bab 18

"Lihat aku!" ucap Bara kemudian mengangkat wajahku, dengan ibu jarinya dia mengusap pipi basahku. "Tuhan begitu baik padamu, mengirimkan mereka untuk menebusmu. Ini kesempatanmu keluar dari sini. Perlihatkan wajah tercantikmu, jangan memberi mereka wajah jelek ini," lanjut Bara lagi.Bara memaksakan senyumnya, dia memaksaku tersenyum juga dengan menarik pipiku. Mata kami sesaat beradu, bulir bening itu terus memaksa keluar dari mataku. Mata pria itu mengembun, ada rasa nyeri tertahan disana."Kenapa kau begitu baik padaku?" tanyaku lagi untuk kesekian kalinya, aku belum puas dengan semua jawabanya untukku. Kenapa aku ingin dia mengatakan hal lainnya."Aku tak tau, aku hanya tak ingin melihat kesedihanmu, tak suka melihatmu menangis," ucapnya."Lalu kenapa kamu sekarang menangis?" tanyaku, jemariku mengusap pipi basah itu. Bara mengalihkan pandanganya dariku, bibirnya tersenyum masam. Dia mendongakkan wajahnya, melihat langit-langit kamar."Kenapa?" tanyaku lagi."Kenapa kau bawel sek
Read more

P 200 J Bab 19

Di dalam ruangan besar itu, nampak dua orang sedang duduk di dalamnya. Seorang pria dewasa dan ada Kenzi juga. Pria dewasa seumuran Tuan Bram itu memindaiku. Aku hanya menunduk memandangi lantai.Tuan Bram memintaku duduk di sofa, di samping Kenzi, berhadapan dengan Pria dewasa yang terus memperhatikanku sedari tadi."Siapa namamu?" tanya Pria itu kemudian."Zanna." Belum sempat aku menjawab Kenzi terlebih dahulu menyahutnya. Pria dewasa itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum."Baiklah, Bram, kamu sudah menjelaskan apa saja tugasnya?" Pria dewasa itu terdengar bertanya pada Tuan Bram."Belum, Tuan. Akan saya jelaskan sekarang juga," jawab Tuan Bram kemudian melihat ke arahku."Baiklah nona, akan aku jelaskan apa saja yang menjadi tugasmu, dan bagaimana kesepakatan antara nona dan keluarga Hadi Pranata. Tuan Pranata menebusmu, atas permintaan Tuan Muda Kenzi. Nona akan terikat kontrak pernikahan dengan Tuan Muda selama satu tahun. Selama satu tahun, nona harus membuat Tuan Kenzi men
Read more

P 200 J Bab 20

Hanya satu tahun, setelah itu mereka akan membuangku ... "Kamu sudah makan?" tanya Kenzi padaku, pria mudah itu mendekat dan berdiri di depanku."Aku tidak lapar," jawabku padanya."Matamu bengkak, apa kamu baru saja menangis?" Aku menatapnya sesaat kemudian melepas pandanganku ke arah lain. Ingatanku kembali pada Bara, aku tak bisa lagi menghubunginya mulai dari sekarang. Tuan Bram telah menganti ponselku. "Hanya menangis haru," jawabku pelan."Kita bisa berteman mulai sekarang, bukankah kita tim yang hebat," ucap Kenzi mencoba memecah suasana canggung yang tercipta.Aku memaksakan senyum, dan mengangguk. Semua sudah terjadi, dan harus tetap dijalani, seperih apapun luka, sesakit apapun aku rasa, semua harus diterima dengan ikhlas dan lapang dada."Aku pergi dulu, sebentar lagi akan ada pelayan yang akan membawakan makanan untukmu, setelah itu bersiaplah untuk acara kita," ucap Kenzi kemudian."Acara kita?""Iya, Om Bram sudah menyiapkan semua, kita akan menikah, sesuai perminta
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status