Bu Minda. Wanita yang kini ikut membuka toko baju di dekat ruko milikku."Kasihan sekali hidup kalian. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Kemarin rukonya yang kebakaran sekarang ibunya yang terkapar di rumah sakit. Tetapi, aku tidak heran sih kalau semua ini terjadi dalam hidup kalian. Wajar dan memang seharusnya mendapatkan semua ini." "Maksud, Ibu, apa?" Aku segera menyerangnya. Ingin rasanya aku membantah ucapannya. Namun, semua kuurungkan. Aku harus pura-pura tidak tahu, bahwa dialah dalang dari pembakaran ruko milik kami. Silvia tersenyum melihat aku berada di sampingnya."Ini semua karma atas pernikahan kalian." "Aku tidak pernah merasa memiliki salah, Bu. Memangnya salah kami apa?" Aku sengaja mengajaknya ngobrol di depan ruang rawat inap Ibu, guna mengulur waktu hingga polisi datang."Kalian berbahagia di atas penderitaan anak saya." Dengan angkuhnya perempuan bergamis mahal itu memandang kami dengan penuh kebencian. "Baik, bisa jadi memang seperti itu. Saya mohon maaf s
Baca selengkapnya