Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kursi Panas di Kantor: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Bab 80 - Resolusi Akira

AKIRA “Ya gitu deh,” Akira mendengar jawaban Giselle dengan sedikit misterius, meskipun dengan cara menjawab yang cenderung santai dalam menanggapi ucapan-ucapan yang dilemparkan oleh Andin. Andin melempar tatapan tajam ke arah Akira. Seakan ini semua adalah salahnya. ‘C’mon! Yang tiba-tiba datang nggak diundang dan sengaja crashing the party siapa lagi kalau bukan si Andin sendiri!’ Akira merutuk dalam hati. Kenapa sekarang dia yang jadi dipelototi seperti ini?Jika dia tak ingat kalau hari ini dia membawa Giselle ke sini untuk bersenang-senang mengobrol dengan sahabatnya, mungkin Akira akan meminta Andin pergi sekarang. 
Read more

Bab 81 - A Confession

GISELLEDadanya bergemuruh kencang ketika dia mendapatkan kecupan yang panas dan berintensitas tinggi dari Akira. Apa yang terjadi?Akira melepas pagutannya, namun tetap mengetatkan pelukannya. “Ada apa?” tanya Giselle seraya mencoba memfokuskan pandangannya kepada pria di hadapannya. Akira menyentuh wajahnya dan mengecup dahinya perlahan. Gestur yang begitu manis dari Akira. “Nggak apa-apa, tapi aku hanya butuh memelukmu seperti ini,” jawab Akira yang membuat Giselle semakin bingung. “Apa karena Andin?” tebak Giselle. Tapi Akira menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Dia datang ke sini semakin membuatku yakin, kalau kamu the one.” tandas Akira yang membuat jantung Giselle kembali berdegup kencang. Ini sebenarnya saat yang tepat bagi Giselle untuk mengungkapkan perasaannya di hadapan Akira. “Akira…” ujar Giselle. Dia memberanikan diri untuk mengatakannya sekarang. “Aku sebenarnya…” Akira mendengarkan ucapannya dengan atentif. Menunggu hingga Giselle bisa mengungkapkan semuan
Read more

Bab 82 - Minggu yang Penuh Kejutan

AKIRABadannya terasa hangat. Itu adalah hal yang terlintas pertama kali dalam pikirannya ketika Akira terjaga dan mulai bisa menggunakan otaknya kembali dengan sedikit lebih normal. Dia mengerjapkan matanya singkat, mencoba memperhatikan lingkungan sekitarnya. Ini kamar Giselle. Akhirnya netranya dapat mengenali ruang kamar yang terlihat estetik namun tetap terjaga kesan femininnya. Dia memeluk Giselle di dalam dekapannya. Giselle hanya memakai lingerie hitam yang membuat kemolekan tubuhnya selalu membangkitkan gairahnya. Saat ini pun dia hanya mengenakan celana boxer. Semalam adalah malam terindah yang pernah dia lewati bersama Giselle. Setelah pengakuan dramatis Giselle, Akira bernapas lega dan kini dia akhirnya bisa menyebut Giselle sebagai kekasihnya. Mereka resmi berpacaran!Malam setelah mereka berbincang di The Swordfish dengan sahabatnya serta Raka dan Nero di ruang privat, mereka akhirnya sepakat untuk kembali ke unit apartment Giselle dan menghabiskan malam di sini.
Read more

Bab 83 - Dinamika Giselle dan Mama

GISELLE “Lho Ma, kok datengnya pagi banget?” Jantung Giselle berdegup kencang sesaat dia membuka pintu apartemen untuk sang mama. Dia hanya membuka setengah celah di pintu apartemen, dan menjaga jangan sampai mamanya masuk ke dalam ruangannya. “Udah, nanti aku nyusul aja Ma. Aku perlu siap-siap dulu.” ujarnya berkelit. Mama berdecak kesal mendengar permintaannya. “Nggak bisa, hari ini mama harus lihat kamu mau pakai baju apa, dan juga dandannya yang lebih rapi dan feminin dong! Mama agak gimana gitu pas kita ketemu pertama kali dengan keluarga Kelana Sastrowilogo waktu itu,” Mamanya merepet dan menerobos pintu yang sudah Giselle jaga. Bukan Mira Setiadji Suseno namanya kalau dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. “Mama sekarang pilih… Mama jalan duluan dan nanti Giselle susul, atau Giselle nggak berangkat sama sekali,” Di tengah kepanikannya, Giselle memberikan ultimatum kepada sang mama. Mamanya langsung berhenti beberapa jengkal sebelum tiba di kamar Giselle. Tem
Read more

Bab 84 - Project Deal!

GISELLEAda yang berbeda ketika Giselle datang ke kantor pagi ini. Saat dia melintas dari pintu depan hingga ke ruangannya, beberapa staf melemparkan pandangan aneh ke arahnya. Giselle mengernyitkan dahinya. Apakah ada yang salah dengan makeup dan gaya pakaiannya hari ini?Bergegas Giselle tiba di kantornya dan meraih compact powder Dior kesayangannya dari tas lalu mengecek penampilannya pagi ini. Huh? Tidak ada yang aneh, sepertinya. Ini riasan minimalis yang biasa dipakai sehari-hari kalau ke kantor. Tidak ada yang menor atau terlalu berlebihan. Tapi kenapa anak-anak menatapnya seperti itu?Giselle mencoba menepis perasaannya. Mungkin saja dia overthinking. Dia bertekad tak ingin ambil pusing. Jadinya dia fokus kembali ke pekerjaannya karena sekitar jam 10 pagi ini ini dia akan bertemu kembali dengan Kelana Sastrowilogo di kantornya. Akhirnya Giselle diundang juga datang ke kantornya untuk melanjutkan kembali proposalnya kepada sang konglomerat muda itu. Akira juga rencananya
Read more

Bab 85 - Rumor Kejam

“Jadi begini Giselle, tim kami mendengar suatu berita yang kurang menyenangkan dan cukup berbahaya dari social media.” Begitu pembukaan diskusi antar Giselle dan Bu Citra saat mereka tiba di ruangan HRD. Giselle mengernyitkan dahinya. Masih bingung akan arah pembicaraan mereka. “Oke, lalu?” tanya Giselle. “Dalam rumor tersebut, disebutkan kalau salah satu senior konsultan perempuan di The Converge mendapatkan proyek dengan cara yang tidak etis.” ujar Bu Citra dengan nada yang tak enak didengar oleh telinga Giselle. “Tunggu dulu… ini dapat info seperti ini dari mana Bu? Dan memang itu menyebutkan nama saya? Kok jadinya fitnah gini ya?” Giselle memanas mendengar tuduhan yang tak langsung dialamatkan kepada dirinya. Senior konsultan di The Converge ya saat ini memang Giselle seorang. Sisanya adalah junior konsultan. Jabatan tertinggi perempuan di kantor ini ya saat ini dipegang Giselle. Makanya Giselle meradang mendengar gosip murahan seperti ini. Bu Citra mengatupkan bibirnya rapa
Read more

Bab 86 - Curhat kepada Akira

AKIRA Jantung Akira bergemuruh melihat betapa kalutnya Giselle saat keluar dari ruangan HRD. Ini pasti sesuatu yang cukup besar hingga bisa membuat kekasihnya bersikap seperti ini. Tanpa berpikir panjang akan konsekuensi sikapnya, Akira menyusul Giselle yang berlari dari kantor dan memilih kabur menuju lift. “Ada apa, sayang? Ayo, cerita dong sama aku,” pinta Akira setengah memohon. Dia begitu khawatir dengan keadaan Giselle saat ini. Satu bulir air mata jatuh di pipi Giselle, dan Akira begitu patah hati melihatnya. Akira akhirnya memutuskan untuk mengambil alih kendali. Dia meraih tangan Giselle dan meremasnya, Mencoba menenangkan gadis ini. Mereka tiba di basement, dan dia mengajak Giselle langsu
Read more

Bab 87 - Pasang Badan

Kemarahan adalah satu kata yang terlalu biasa untuk menjelaskan perasaannya hari ini. Setelah Akira mengantar pulang Giselle dan memastikan jika kekasihnya beristirahat dengan baik, dia kembali memacu mobilnya menuju kantor. “Nggak usah buka-buka ponsel dulu ya, nanti malam aku langsung ke sini,” Begitu permintaan Akira sebelum dia mengecup kening Giselle dan meninggalkan gadisnya beristirahat di apartemennya. Akira tiba di kantor dengan hati panas membara. Ingin sekali dia mengkonfrontasi Bu Citra yang tidak bisa bersikap profesional dan terang-terangan menuduh serta menyudutkan Giselle tanpa bukti. Memilih untuk mempercayai selentingan yang beredar di media sosial dan menolak sanggahan dari Giselle yang jelas-jelas menjadi korban fitnah di sini. Akira tahu suasana kantor menjadi tidak
Read more

Bab 88 - Menenangkan Giselle

“Waktu kita nggak banyak, Akira! Saya hanya bisa memberimu waktu satu minggu untuk mencari siapa dalang di balik keributan ini, dan saya ingin besok kalian berdua menghadap menemui saya.” Pak Hasan memberinya ultimatum. “Setelah itu siapkan press release jika keadaan semakin memburuk dan semakin menyudutkan perusahaan kita!” tambal pimpinan tertinggi perusahaan ini. “Bu Citra, tolong jangan semakin memperkeruh suasana, investigasi kita belum selesai. Jadi jangan berspekulasi macam-macam dulu,” tegur Pak Hasan yang membuat Akira sedikit lega. Setidaknya Pak Hasan tidak ikut terhasut akan gosip jahat itu dan saat ini masih memilih bersikap netral. Usai mendengarkan ucapan Pak Hasan, barulah Bu Citra diam dan tak menyudutkan Akira serta Giselle lagi di hadapan Pak Hasan. Meski sangat disayangkan sejujurnya bagi Akira, karena dia mengharapkan Pak Hasan membela Giselle, karyawannya yang sudah berjasa besar dalam firma konsultasi ini, dibandingkan mendengar gosip yang tak jelas dari
Read more

Bab 89 - Sidang dengan Pak Hasan

GISELLESuasana di ruang privat Pak Hasan tidak kondusif, bahkan di mata Giselle sendiri. Dia sudah sebisa mungkin bersikap tenang dan kooperatif kepada Pak Hasan ketika menjelaskan kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika dia dikonfrontasi secara tidak proporsional oleh Bu Citra. “Tapi kenapa postingan tersebut bisa spesifik menyerang kita dan juga kamu, meskipun tidak ada nama yang tertuang di dalamnya?” Pak Hasan bertanya seraya menarik hisapan cerutunya. “Ini akan saya cari tahu Pak Hasan, saya sedang mencari bantuan dari teman saya, dan kami percaya diri bisa menemukan siapa dalang di balik kerusuhan ini,” Akira yang duduk di samping Giselle sejak tadi membantu menjelaskan hal-hal yang tak Giselle pahami karena kemarin kondisinya sedang tidak stabil. Banyak informasi yang terlupakan karena dia tak bisa berpikir dengan jernih saat gosip tersebut menyerang dirinya. “Sekarang pertanyaan selanjutnya, kalian memang pacaran?” tanya Pak Hasan tanpa berbasa-basi. “Saya meng
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status