Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kursi Panas di Kantor: Chapter 91 - Chapter 100

118 Chapters

Bab 90 - Bantuan Nero dan Raka

Ternyata Akira benar-benar menganggap serius masalah ini. Dia menjelaskan dengan mendetail kepada Nero dan Raka tentang apa saja gosip yang beredar mengenai dirinya baik di social media maupun yang terdengar di telinganya saat mereka dikonfrontasi oleh Bu Citra tempo hari lalu. “Wah, kurang ajar sekali orang yang buat gosip murahan seperti ini!” pungkas Raka dengan nada menyeramkan. “Apa kalian bisa bantu untuk melacak siapa yang mengunggah ini? Dan apa motif di baliknya?” tanya Giselle kepada kedua pria tersebut. Mereka berdua mengangguk cepat. “Tentu saja, ini pekerjaan mudah. A child’s play for me,” ucap Nero dengan s
Read more

Bab 91 - Secercah Titik Terang

AKIRAAkira melihat raut wajah Giselle kembali gusar ketika menerima telepon dari ibunya. “Itu semua hanya gosip murahan, Ma.” tukas Giselle dengan keras dan lugas. Nada bicaranya membuat Nero dan Raka berfokus kepada Giselle, mengecek apakah kekasihnya itu membutuhkan pertolongan dari mereka atau tidak. “Nanti malam? Memang Mama mau bertemu sama Papa juga?” tanya Giselle di samping Akira. Dia hanya bisa memberikan support dengan cara meremas jemari lentik sang kekasih dan menenangkannya dengan mengusap punggung Giselle dengan penuh kasih. “Hah? Mas Damar juga datang? Buat apa? Terakhir dia bilang nggak mau menginjakkan kaki di rumah Papa lagi?” Giselle berdecak mendengar respon dari mamanya di ujung telepon. 
Read more

Bab 92 - Keluarga Giselle yang Disfungsional

Kini Akira baru menyadari betapa disfungsionalnya keluarga kekasihnya itu. Setelah drama yang tak digubris oleh mereka berdua di kantor sepanjang hari, Akira dan Giselle akhirnya pergi bersama menuju sebuah restoran bistro bernama Moon Gypsies yang terletak di bilangan Dharmawangsa. Perjalanan yang cukup memakan waktu karena macet Akira manfaatkan untuk bertanya beberapa hal mengenai keluarga Giselle di sepanjang perjalanan tadi. Tentang ibunya, ayahnya, serta kakak laki-lakinya yang sedingin kulkas yang bernama Damar.Satu kesimpulan ketika Akira belum bertemu mereka adalah: orang tua narsistik penuh drama, dan kakak yang tidak memiliki kecerdasan emosional untuk mel
Read more

Bab 93 - Keseriusan Akira

GISELLE Giselle mencoba mencuri pandang ke arah Akira ketika mereka bergegas dalam perjalanan pulang selepas bertemu dengan orangtuanya. Akira begitu mengayomi dan melindunginya sepanjang debat alot dengan mama dan papanya tadi. Pria itu bahkan dengan berani mengambil posisi dan tak segan mematahkan ucapan merendahkan papa terhadap dirinya, serta permintaan halu mama dan papanya agar dia tetap berhubungan dengan Kelana Sastrowilogo. Bagaimana mau berhubungan jika koneksi romantis dengan pria itu saja tak ada sejak awal pertemuan mereka! Yang Giselle pilih adalah Akira Hangga Aryanto. Pria setengah Jepang, atasannya langsung, si musuh yang berubah menjadi kekasih Giselle. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Akira sampai saat ini. Akira adalah pria sempurna di mata Giselle. Pria penyabar yang bisa melihat dan bersikukuh memilih Giselle dengan apa adanya. Bisa meredam kegelisahan dan kekalutan karena rasa insecure-nya Giselle jika berbicara tentang keluarganya. Lalu ketika Aki
Read more

Bab 94 - THE QUESTION

Berbagai macam emosi dan pikiran tumpah ruah di dalam otak Giselle saat ini. Dia merasa seperti mesin yang sudah tua dan usang, namun dipaksa untuk tetap beroperasi. Alhasil, setelah Akira mengungkapkan secara gamblang apa maksud ucapannya itu terhadap Papa, Giselle menjadi diam seribu bahasa. Dia tak tahu harus menjawab apa karena perasaannya yang campur aduk. Rasa bahagia tak terkira tentu saja mendominasi relung hatinya saat ini. “Kamu ngelamar aku sekarang?” Refleks Giselle bertanya seperti itu. Dirinya seperti sedang berada di alam mimpi. Akira tertawa kecil, “bagaimana menurutmu?” tanyanya kembali yang membuat Giselle semakin bingung. “Ih, gimana sih! Kamu malah nanya balik!” cerca Giselle, berusaha menyembunyikan perasaannya yang membuncah malam ini. Tak lama, Akira merogoh sakunya dan mengeluarkan sekotak beludru hitam dan membukanya di hadapan Giselle. "Giselle, aku tahu ada sesuatu yang nggak bisa aku hiraukan sejak pertama kali aku melihatmu." Akira membuka ucapannya
Read more

Bab 95 - Kebenaran Terkuak

AKIRA Saat dalam perjalanan kembali ke rumah dari apartemen Giselle, Akira menerima pesan singkat dari Nero. ‘Kami sudah mengantongi siapa dalang dari fitnah yang tersebar di media sosial, hubungi gue jika menerima pesan ini.’ Membaca pesan tersebut, Akira menepikan mobilnya dan segera menghubungi Nero dalam speed dialnya. “Nero!” sapa Akira dengan genting. Nero menjawab panggilannya dengan sigap, “Akira, kami sudah tahu siapa dalangnya,” jawab Nero di ujung telepon. “Siapa?” cecar Akira. “Teddy Mulyawan. Rekan kerja kalian.” Ucapan Nero mengukuhkan kecurigaan Akira selama ini. “Benar kan, dia pelakunya!” Akira sontak memukul stir mobil seraya menggertakkan giginya. Menahan emosinya agar tidak keluar dan membuat kerusakan di sekelilingnya. “Dia dibantu oleh Citra Purba, salah satu rekan kerja kalian juga.” Informasi tambahan yang dituturkan Nero membuat Akira melongo sesaat. What the fuck? “Hah?! Kenapa Bu Citra ikut terlibat?” tanya Akira tak habis pikir. Ini sunggu
Read more

Bab 96 - Interogasi

Ternyata Teddy digelandang ke hotel bintang lima The Royal Ruby milik Darius. Darius dan dua orang kepercayaannya mengatakan jika ada hal yang perlu dibicarakan dengan Teddy. Lalu Teddy yang silau akan kesempatan networking dengan konglomerat muda Darius akhirnya menyetujui pertemuan di hotel The Royal Ruby. Ruangan yang disediakan tentu saja Presidential Suite dan membuat Teddy semakin terlena sehingga dia mengendurkan kewaspadaannya dan tidak mempertanyakan lebih lanjut apa maksud dan tujuan Darius membawanya ke ruangan ini. Pantas saja tadi Darius terkekeh ketika Akira menuduhnya menculik Teddy. Memang terkesan berlebihan. Mungkin istilah yang tepat untuk digunakan adalah ‘memperdaya’ Teddy yang sudah kepalang tergiur dengan tawaran Darius. 
Read more

Bab 97 - Collateral Video

Teddy tak bisa mengelak lagi. Sudah beberapa kali bola matanya bergerak liar dari pisau yang dipegang Nero lalu menuju pintu yang tertutup rapat, hingga beberapa kali melihat Akira yang berdiri tanpa ekspresi melihat bagaimana intimidatifnya Nero jika melakukan proses ekstraksi informasi seperti ini. “Saya dan Citra meminta seorang hacker untuk membuat akun palsu dan membuat cerita tentang Giselle,” ujar Teddy terbata-bata saat merasakan dinginnya pisau di leher gemuknya. Napasnya berubah jadi tak beraturan, seperti orang yang terserang serangan panik akut. Membuat Akira semakin jengah melihat pria yang terlihat begitu pathetic di hadapannya kini. Wajah pucat pasi pria itu dipenuhi dengan peluh, bahkan celananya basah karena rupanya dia tak bisa menahan ketakutannya dan berakhir dengan tindakan memalukan seperti itu. Darius hanya tertawa kecil, lalu melanjutkan pekerjaannya membaca laporan keuangan. Sedangkan Raka sibuk dengan tripod dan kamera di ujung ruangan. Kamera terseb
Read more

Bab 98 - Dropped the Bomb

GISELLE Benar saja kan, semalaman Giselle tak bisa tidur dengan nyenyak karena otaknya secara sadar memutar kembali kilasan-kilasan kejadian yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini. Giselle baru bisa benar-benar menutup matanya dini hari setelah dia pergi ke dapur dan minum susu hangat, dan menyemprotkan linen spray beraroma lavender ke bantalnya, dan akhirnya memakai eye mask untuk memaksa matanya terpejam. Pagi ini dia bangun dengan sedikit lelah. Kepalanya sedikit pusing, dan mungkin saja serangan migrain akan terjadi lagi dalam hari ini karena dia kurang tidur semalaman. Selama dia mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor, kilau cahaya cincin yang semalam Akira sematkan di jarinya selalu berhasil membuat hatinya berdebar sedikit demi sedikit. Sampai terkadang seulas senyum tercipta di bibirnya karena dia tak mampu menghalau perasaan bahagia yang menghampiri hatinya sejak dia terbangun. Akira bilang kalau dia akan menjemput Giselle pagi ini. Maka dari itu Giselle bangun d
Read more

Bab 99 - Keputusan Pak Hasan

Giselle tak menyadari bagaimana dia dan Akira sampai di kantor. Perjalanan pagi tadi serasa blur dan tak terekam dalam memori otaknya. Dia baru menyadari mereka tiba di kantor ketika Akira menggamit jemarinya dan menuntunnya keluar dari mobil Akira. “Duh, makin lama aku makin males ke kantor,” ujar Giselle pelan ketika mereka berada di dalam lift. Akira hanya meremas jarinya dan mengecupnya sesaat. Beberapa pengguna lift melihat bagaimana mesranya mereka dan saling lirik satu sama lain. Giselle tahu jika Akira adalah salah satu pria populer di gedung perkantoran ini. Tak jarang dia melihat beberapa perempuan turun ke kedai kopi ketika Akira memesan kopinya di lobi gedung. Belum lagi bisik-bisik yang selalu menemani setiap langkah pria itu kemanapun Akira pergi. Tapi sepertinya Akira begitu acuh dengan segudang perhatian yang dia terima dari lawan jenis, dan memilih untuk tetap berfokus di samping Giselle serta menjaganya sedemikian rupa. “Nanti kita bicara dengan Pak Hasan. Aku p
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status