Beranda / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Bab 87 - Pasang Badan

Share

Bab 87 - Pasang Badan

Penulis: JEMMA JEMIMA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kemarahan adalah satu kata yang terlalu biasa untuk menjelaskan perasaannya hari ini. Setelah Akira mengantar pulang Giselle dan memastikan jika kekasihnya beristirahat dengan baik, dia kembali memacu mobilnya menuju kantor. 

“Nggak usah buka-buka ponsel dulu ya, nanti malam aku langsung ke sini,” Begitu permintaan Akira sebelum dia mengecup kening Giselle dan meninggalkan gadisnya beristirahat di apartemennya. 

Akira tiba di kantor dengan hati panas membara. Ingin sekali dia mengkonfrontasi Bu Citra yang tidak bisa bersikap profesional dan terang-terangan menuduh serta menyudutkan Giselle tanpa bukti. Memilih untuk mempercayai selentingan yang beredar di media sosial dan menolak sanggahan dari Giselle yang jelas-jelas menjadi korban fitnah di sini. 

Akira tahu suasana kantor menjadi tidak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Elsi đŸŒ»
Pak Hasan pun melempem.. wes bubar bubarr.. minggat aja ke kantornya Pak Darius.. *reader kompor
goodnovel comment avatar
Desy Cs
sumpah.. tegang beneran...
goodnovel comment avatar
carsun18106
pak hasan kok cuma segitu aja sikap dan tindakannya, sebagai bos, hrsny bisa bicara dan bertindak yg lebih drpd akira
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 88 - Menenangkan Giselle

    “Waktu kita nggak banyak, Akira! Saya hanya bisa memberimu waktu satu minggu untuk mencari siapa dalang di balik keributan ini, dan saya ingin besok kalian berdua menghadap menemui saya.” Pak Hasan memberinya ultimatum. “Setelah itu siapkan press release jika keadaan semakin memburuk dan semakin menyudutkan perusahaan kita!” tambal pimpinan tertinggi perusahaan ini. “Bu Citra, tolong jangan semakin memperkeruh suasana, investigasi kita belum selesai. Jadi jangan berspekulasi macam-macam dulu,” tegur Pak Hasan yang membuat Akira sedikit lega. Setidaknya Pak Hasan tidak ikut terhasut akan gosip jahat itu dan saat ini masih memilih bersikap netral. Usai mendengarkan ucapan Pak Hasan, barulah Bu Citra diam dan tak menyudutkan Akira serta Giselle lagi di hadapan Pak Hasan. Meski sangat disayangkan sejujurnya bagi Akira, karena dia mengharapkan Pak Hasan membela Giselle, karyawannya yang sudah berjasa besar dalam firma konsultasi ini, dibandingkan mendengar gosip yang tak jelas dari

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 89 - Sidang dengan Pak Hasan

    GISELLESuasana di ruang privat Pak Hasan tidak kondusif, bahkan di mata Giselle sendiri. Dia sudah sebisa mungkin bersikap tenang dan kooperatif kepada Pak Hasan ketika menjelaskan kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika dia dikonfrontasi secara tidak proporsional oleh Bu Citra. “Tapi kenapa postingan tersebut bisa spesifik menyerang kita dan juga kamu, meskipun tidak ada nama yang tertuang di dalamnya?” Pak Hasan bertanya seraya menarik hisapan cerutunya. “Ini akan saya cari tahu Pak Hasan, saya sedang mencari bantuan dari teman saya, dan kami percaya diri bisa menemukan siapa dalang di balik kerusuhan ini,” Akira yang duduk di samping Giselle sejak tadi membantu menjelaskan hal-hal yang tak Giselle pahami karena kemarin kondisinya sedang tidak stabil. Banyak informasi yang terlupakan karena dia tak bisa berpikir dengan jernih saat gosip tersebut menyerang dirinya. “Sekarang pertanyaan selanjutnya, kalian memang pacaran?” tanya Pak Hasan tanpa berbasa-basi. “Saya meng

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 90 - Bantuan Nero dan Raka

    Ternyata Akira benar-benar menganggap serius masalah ini. Dia menjelaskan dengan mendetail kepada Nero dan Raka tentang apa saja gosip yang beredar mengenai dirinya baik di social media maupun yang terdengar di telinganya saat mereka dikonfrontasi oleh Bu Citra tempo hari lalu.“Wah, kurang ajar sekali orang yang buat gosip murahan seperti ini!” pungkas Raka dengan nada menyeramkan.“Apa kalian bisa bantu untuk melacak siapa yang mengunggah ini? Dan apa motif di baliknya?” tanya Giselle kepada kedua pria tersebut.Mereka berdua mengangguk cepat.“Tentu saja, ini pekerjaan mudah. A child’s play for me,” ucap Nero dengan s

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 91 - Secercah Titik Terang

    AKIRAAkira melihat raut wajah Giselle kembali gusar ketika menerima telepon dari ibunya.“Itu semua hanya gosip murahan, Ma.” tukas Giselle dengan keras dan lugas. Nada bicaranya membuat Nero dan Raka berfokus kepada Giselle, mengecek apakah kekasihnya itu membutuhkan pertolongan dari mereka atau tidak.“Nanti malam? Memang Mama mau bertemu sama Papa juga?” tanya Giselle di samping Akira. Dia hanya bisa memberikan support dengan cara meremas jemari lentik sang kekasih dan menenangkannya dengan mengusap punggung Giselle dengan penuh kasih.“Hah? Mas Damar juga datang? Buat apa? Terakhir dia bilang nggak mau menginjakkan kaki di rumah Papa lagi?” Giselle berdecak mendengar respon dari mamanya di ujung telepon.

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 92 - Keluarga Giselle yang Disfungsional

    Kini Akira baru menyadari betapa disfungsionalnya keluarga kekasihnya itu.Setelah drama yang tak digubris oleh mereka berdua di kantor sepanjang hari, Akira dan Giselle akhirnya pergi bersama menuju sebuah restoran bistro bernama Moon Gypsies yang terletak di bilangan Dharmawangsa.Perjalanan yang cukup memakan waktu karena macet Akira manfaatkan untuk bertanya beberapa hal mengenai keluarga Giselle di sepanjang perjalanan tadi.Tentang ibunya, ayahnya, serta kakak laki-lakinya yang sedingin kulkas yang bernama Damar.Satu kesimpulan ketika Akira belum bertemu mereka adalah: orang tua narsistik penuh drama, dan kakak yang tidak memiliki kecerdasan emosional untuk mel

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 93 - Keseriusan Akira

    GISELLE Giselle mencoba mencuri pandang ke arah Akira ketika mereka bergegas dalam perjalanan pulang selepas bertemu dengan orangtuanya. Akira begitu mengayomi dan melindunginya sepanjang debat alot dengan mama dan papanya tadi. Pria itu bahkan dengan berani mengambil posisi dan tak segan mematahkan ucapan merendahkan papa terhadap dirinya, serta permintaan halu mama dan papanya agar dia tetap berhubungan dengan Kelana Sastrowilogo. Bagaimana mau berhubungan jika koneksi romantis dengan pria itu saja tak ada sejak awal pertemuan mereka! Yang Giselle pilih adalah Akira Hangga Aryanto. Pria setengah Jepang, atasannya langsung, si musuh yang berubah menjadi kekasih Giselle. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Akira sampai saat ini. Akira adalah pria sempurna di mata Giselle. Pria penyabar yang bisa melihat dan bersikukuh memilih Giselle dengan apa adanya. Bisa meredam kegelisahan dan kekalutan karena rasa insecure-nya Giselle jika berbicara tentang keluarganya. Lalu ketika Aki

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 94 - THE QUESTION

    Berbagai macam emosi dan pikiran tumpah ruah di dalam otak Giselle saat ini. Dia merasa seperti mesin yang sudah tua dan usang, namun dipaksa untuk tetap beroperasi. Alhasil, setelah Akira mengungkapkan secara gamblang apa maksud ucapannya itu terhadap Papa, Giselle menjadi diam seribu bahasa. Dia tak tahu harus menjawab apa karena perasaannya yang campur aduk. Rasa bahagia tak terkira tentu saja mendominasi relung hatinya saat ini. “Kamu ngelamar aku sekarang?” Refleks Giselle bertanya seperti itu. Dirinya seperti sedang berada di alam mimpi. Akira tertawa kecil, “bagaimana menurutmu?” tanyanya kembali yang membuat Giselle semakin bingung. “Ih, gimana sih! Kamu malah nanya balik!” cerca Giselle, berusaha menyembunyikan perasaannya yang membuncah malam ini. Tak lama, Akira merogoh sakunya dan mengeluarkan sekotak beludru hitam dan membukanya di hadapan Giselle. "Giselle, aku tahu ada sesuatu yang nggak bisa aku hiraukan sejak pertama kali aku melihatmu." Akira membuka ucapannya

  • Kursi Panas di Kantor   Bab 95 - Kebenaran Terkuak

    AKIRA Saat dalam perjalanan kembali ke rumah dari apartemen Giselle, Akira menerima pesan singkat dari Nero. ‘Kami sudah mengantongi siapa dalang dari fitnah yang tersebar di media sosial, hubungi gue jika menerima pesan ini.’ Membaca pesan tersebut, Akira menepikan mobilnya dan segera menghubungi Nero dalam speed dialnya. “Nero!” sapa Akira dengan genting. Nero menjawab panggilannya dengan sigap, “Akira, kami sudah tahu siapa dalangnya,” jawab Nero di ujung telepon. “Siapa?” cecar Akira. “Teddy Mulyawan. Rekan kerja kalian.” Ucapan Nero mengukuhkan kecurigaan Akira selama ini. “Benar kan, dia pelakunya!” Akira sontak memukul stir mobil seraya menggertakkan giginya. Menahan emosinya agar tidak keluar dan membuat kerusakan di sekelilingnya. “Dia dibantu oleh Citra Purba, salah satu rekan kerja kalian juga.” Informasi tambahan yang dituturkan Nero membuat Akira melongo sesaat. What the fuck? “Hah?! Kenapa Bu Citra ikut terlibat?” tanya Akira tak habis pikir. Ini sunggu

Bab terbaru

  • Kursi Panas di Kantor   EPILOG

    EPILOG Akira dan Giselle bertatapan setelah di kursi pelaminan mereka berdua, dan tak lama Giselle terkikik geli dan menepuk lengan Akira sebelum akhirnya terdistraksi oleh beberapa tamu yang mendekat untuk datang memberikan selamat kepada mereka. Akira tak henti-hentinya mengagumi Giselle yang terlihat begitu cantik, elegan dan menawan dalam balutan kebaya modern berwarna silver yang membalut tubuhnya. Wajahnya terlihat bersinar. Make up dan Hairdo yang begitu sempurna membuat decak kagum tamu yang melihat Giselle. Tak sedikit yang memuji secara langsung dan mengatakan kalau Giselle cocok menjadi selebriti atau model papan atas. Mereka pun mengangguk setuju ke arah Akira dan mengatakan kalau mereka pasangan serasi. Tampan dan cantik dalam hari istimewa mereka. “Kamu capek?” bisik Akira kepada Giselle yang masih memasang senyumnya selepas para tamu kembali turun. Giselle menggelengkan kepalanya. Tapi perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya melirik ke arah mama dan p

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 116 - Persiapan

    AKIRA Akira merasa sedang berada di atas angin. Semua yang dia inginkan kini berada dalam genggamannya. Tunangannya yang cantik, baik hati dan pintar luar biasa. Keluarga Akira yang begitu mendukung hubungan mereka. Sikap calon mertuanya yang semakin hari semakin melunak kepada dirinya. Meskipun tentu saja terkadang mereka masih suka kelepasan mengontrol sikap snobbish-nya di hadapan Giselle dan Akira. Tapi Akira sadar, mungkin memang mereka yang terbiasa dengan perlakuan golden spoon sehingga realitas mereka berbeda dengan Akira yang memang dibesarkan secara membumi dan sederhana. Tapi untungnya kini sudah tidak ada tendensi merendahkan lagi kepada Akira, dan mereka sudah mulai bisa membuka hati mereka kepada Akira. Kini jadwal malam minggu Akira dan Giselle menjadi lebih padat daripada biasanya. Kini, Tante Mira dan Om Anton terkadang berebut slot, bersikeras agar Giselle mendatangi rumah mereka masing-masing atau mereka mencari waktu untuk lunch bersama di restoran sambil men

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 115 - Strategi Mas Damar

    Balasan tajam yang Mas Damar lancarkan membuat napas Papa memburu keras seperti habis bertengkar hebat. Tante Elena yang duduk diam di samping papa hanya bisa mengusap punggung papa, sedangkan Giselle meremas jemari Mas Damar yang duduk di sampingnya, menatap Papa dengan tatapan tajamnya. Sepertinya memang berdiskusi dengan papa adalah satu hal yang begitu sulit. Rasa-rasanya restu dari Papa akan sulit mereka dapatkan dan mereka harus siap dengan batu terjal yang termanifestasi dalam bentuk kekeraskepalaan Papa untuk menolak hubungan Giselle dan Akira. Mas Damar setelah ditenangkan oleh Giselle akhirnya menghela napas panjangnya. “Pa, apa yang membuat Papa begitu keras kepala tidak menyukai hubungan Giselle dan Akira? Mereka pasangan yang sempurna dan aku melihat Akira begitu bertanggung jawab sebagai lelaki dan begitu menghormati serta mencintai Giselle,” ujar Mas Damar yang memuji Akira dengan tulus. Papa masih terdiam dengan wajah yang mengeras setelah perdebatannya dengan Mas

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 114 - Bertemu Papa Giselle

    GISELLEBenar sesuai janji Mas Damar, dia datang ke kediaman Giselle sebelum mereka bertolak menuju rumah ayah mereka di daerah Pondok Indah. Ini pertama kalinya Mas Damar datang mengunjungi unit studio apartemen milik Giselle. “Wah, tempatmu ternyata nyaman juga ya,” puji Mas Damar saat menginspeksi apartemen Giselle. “Terima kasih, Mas!” jawab Giselle. Saat ini mereka sedang menunggu Akira tiba dan mereka bertiga bisa pergi bersama menuju rumah ayahnya. “Giselle, tenang saja, aku pasti akan mendukung dan membela kamu. Jangan terlalu dipikirin nanti respon papa akan seperti apa,” ujar Damar dengan serius sejurus kemudian. Giselle sontak tersenyum miris. “Sebelum aku ketemu Akira, aku selalu saja merasa kalau ada yang salah sama diriku. Sepertinya mama dan papa nggak pernah puas sama aku. Apa saja yang aku lakukan dianggap salah di mata mereka,” Giselle mengingat kembali kepingan masa lalunya. Hidup sebelum dia mengenal Akira terasa begitu jauh dan pudar. Berbeda ketika Akira d

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 113 - Kejadian di Cork&Screw

    “Ayo kita bicara!” ujar Pak Hasan dengan cukup keras. Membuat beberapa pengunjung menoleh penasaran ke arah mereka. Beberapa waitress melirik was-was pula ke arah sumber keributan.“Tapi saya sedang ada urusan lain,” jawab Akira tak kalah dingin.Tak bisakah mantan bosnya itu melihat dia sedang bersama orang lain?Tapi sepertinya Pak Hasan sedang diliputi kemarahan dan dia tak peduli bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Raka, Giselle dan Damar.“Kamu bisa-bisanya menarik klien kakap kita dan meminta mereka untuk mundur bekerja sama dengan The Converge! Kotor sekali caramu itu!” Wajah Pak Hasan sudah memerah, dan urat di dahinya mulai keluar–seiring dengan meningkatnya emosi Pak Hasan.

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 112 - Onboarding

    AKIRAAkira tiba di kantor Darius pagi ini dan diharapkan untuk langsung menemui Raka serta head of HR perusahaan ini. Dengan nominal bonus sign in yang telah ditransfer Darius tempo hari, tentu saja Akira harus datang lebih awal dan menunjukkan komitmennya untuk bergabung dengan perusahaan ini dengan sungguh-sungguh. “Hey Akira, akhirnya datang juga!” Raka ternyata telah menyambutnya dan memintanya untuk segera naik ke lantai 50, tempat Darius dan yang lainnya berkantor. Saat di foyer lantai 50, dia melihat ada beberapa gadis berperawakan tinggi seperti Giselle yang menyambut Akira dengan senyum mereka. Setelah menyampaikan kalau dia ingin bertemu dengan Raka dan Darius, sikap mereka berubah profesional dan menunjukkan di mana ruangan yang telah disediakan oleh Raka sebagai tempat Akira menunggu. “Siapa dia? Kok ganteng sih? Rekan kerja Pak Darius kah?” Sayup-sayup Akira masih bisa mendengar diskusi para resepsionis tersebut sebelum pintu ditutup. Tak lama Raka datang dengan seo

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 111 - Rekonsiliasi Mengharukan

    Giselle tiba di sebuah gedung perkantoran besar di kawasan SCBD tempat di mana co-working space Mas Damar berada. Giselle berdiri di depan resepsionis sambil menunggu Mas Damar menjemput dirinya. Tak lama, Mas Damar datang dari dalam salah satu ruangan. Hari ini penampilan kakaknya terlihat casual dan santai, namun tetap terlihat rapi dan menawan. Khas gaya CEO muda perusahaan rintisan. “Giselle! Akhirnya kamu datang!” sapa Mas Damar dengan sumringah. “Kamu sudah sarapan belum? Mau sarapan dulu di bawah? Ada kafe di bawah dan croissant-nya juara,” tawarnya kepada Giselle penuh semangat. Ini merupakan sisi lain Mas Damar yang tidak Giselle kenal. Tapi sesungguhnya Giselle sangat menyukai sisi lain kakaknya yang hangat seperti ini. “Aku sudah sarapan tadi dari rumah. Tapi kalau Mas Damar ingin ke kafe itu ayo aku ikut aja,” Giselle menawarkan. “Oke, kita turun sebentar ya. Sekalian aku mau cek supply kopi di kafe tersebut. Ada keluhan atau nggak,” ujar sang kakak. Mereka tu

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 110 - Life Goes On

    GISELLE Saat perjalanan pulang, ponsel Akira kembali berdering dan cukup membuat konsentrasi sang kekasih sedikit terbelah saat mengendarai mobil untuk mengantar Giselle kembali pulang dari rumah mamanya ke apartemennya. “Sayang, mending kita menepi dulu deh. Aku penasaran siapa itu yang dari tadi telepon kamu nggak putus-putus,” Giselle akhirnya gregetan dan meminta Akira untuk menepikan mobilnya terlebih dahulu dan mengecek siapa yang menghubunginya malam-malam ini. Tak lama, mereka menepi dan mengecek ponselnya. “Hmm
 Pak Hasan menghubungiku berkali-kali,” ujar Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Huh? Ngapain dia telepon kamu?” Giselle jadi ikut penasaran. Tak lama, ponsel Akira kembali berdering dan akhirnya pria itu mengangkatnya. “Pak Hasan,” ujar Akira dengan dingin, meskipun masih terdengar sedikit sopan. Giselle mencoba menganalisa apa pembicaraan mereka berdua. Kepalanya mendekat ke arah Akira, dan Akira yang menyadari sikap konyolnya tertawa tanpa suara sebe

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 109 - Restu Tante Mira

    Dering ponsel di saku celananya begitu mengganggu sepanjang perjalanannya menuju rumah mamanya Giselle yang terletak di kawasan Dharmawangsa, Kebayoran Baru - Jakarta. “Kamu nggak mau angkat teleponnya?” Giselle yang tadinya sudah gugup seharian ini karena Akira mengiyakan ajakan mama Giselle untuk menemui mereka berdua, akhirnya terdistraksi juga dengan suara ponsel Aira yang bergetar sedari tadi. “Nanti saja, yang pasti ini bukan dari keluarga. Nada dering mereka aku setting berbeda,” jawab Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Oke kalau begitu,” ucap Giselle pasrah. “Akira
 nanti kita bakal bicara apa sama Mama?” Tak lama Giselle bersuara, menyiratkan kekhawatiran yang dari tadi bergumul di dalam hatinya.

DMCA.com Protection Status