Hulaaa readers, maaf ya bolong-bolong uploadnya. Ceritanya lagi mau masuk ke klimaks, nih. Nantikan kelanjutan cerita Akira dan Giselle ya Love, JJ
GISELLESuasana di ruang privat Pak Hasan tidak kondusif, bahkan di mata Giselle sendiri. Dia sudah sebisa mungkin bersikap tenang dan kooperatif kepada Pak Hasan ketika menjelaskan kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika dia dikonfrontasi secara tidak proporsional oleh Bu Citra. “Tapi kenapa postingan tersebut bisa spesifik menyerang kita dan juga kamu, meskipun tidak ada nama yang tertuang di dalamnya?” Pak Hasan bertanya seraya menarik hisapan cerutunya. “Ini akan saya cari tahu Pak Hasan, saya sedang mencari bantuan dari teman saya, dan kami percaya diri bisa menemukan siapa dalang di balik kerusuhan ini,” Akira yang duduk di samping Giselle sejak tadi membantu menjelaskan hal-hal yang tak Giselle pahami karena kemarin kondisinya sedang tidak stabil. Banyak informasi yang terlupakan karena dia tak bisa berpikir dengan jernih saat gosip tersebut menyerang dirinya. “Sekarang pertanyaan selanjutnya, kalian memang pacaran?” tanya Pak Hasan tanpa berbasa-basi. “Saya meng
Ternyata Akira benar-benar menganggap serius masalah ini. Dia menjelaskan dengan mendetail kepada Nero dan Raka tentang apa saja gosip yang beredar mengenai dirinya baik di social media maupun yang terdengar di telinganya saat mereka dikonfrontasi oleh Bu Citra tempo hari lalu.“Wah, kurang ajar sekali orang yang buat gosip murahan seperti ini!” pungkas Raka dengan nada menyeramkan.“Apa kalian bisa bantu untuk melacak siapa yang mengunggah ini? Dan apa motif di baliknya?” tanya Giselle kepada kedua pria tersebut.Mereka berdua mengangguk cepat.“Tentu saja, ini pekerjaan mudah. A child’s play for me,” ucap Nero dengan s
AKIRAAkira melihat raut wajah Giselle kembali gusar ketika menerima telepon dari ibunya.“Itu semua hanya gosip murahan, Ma.” tukas Giselle dengan keras dan lugas. Nada bicaranya membuat Nero dan Raka berfokus kepada Giselle, mengecek apakah kekasihnya itu membutuhkan pertolongan dari mereka atau tidak.“Nanti malam? Memang Mama mau bertemu sama Papa juga?” tanya Giselle di samping Akira. Dia hanya bisa memberikan support dengan cara meremas jemari lentik sang kekasih dan menenangkannya dengan mengusap punggung Giselle dengan penuh kasih.“Hah? Mas Damar juga datang? Buat apa? Terakhir dia bilang nggak mau menginjakkan kaki di rumah Papa lagi?” Giselle berdecak mendengar respon dari mamanya di ujung telepon.
Kini Akira baru menyadari betapa disfungsionalnya keluarga kekasihnya itu.Setelah drama yang tak digubris oleh mereka berdua di kantor sepanjang hari, Akira dan Giselle akhirnya pergi bersama menuju sebuah restoran bistro bernama Moon Gypsies yang terletak di bilangan Dharmawangsa.Perjalanan yang cukup memakan waktu karena macet Akira manfaatkan untuk bertanya beberapa hal mengenai keluarga Giselle di sepanjang perjalanan tadi.Tentang ibunya, ayahnya, serta kakak laki-lakinya yang sedingin kulkas yang bernama Damar.Satu kesimpulan ketika Akira belum bertemu mereka adalah: orang tua narsistik penuh drama, dan kakak yang tidak memiliki kecerdasan emosional untuk mel
GISELLE Giselle mencoba mencuri pandang ke arah Akira ketika mereka bergegas dalam perjalanan pulang selepas bertemu dengan orangtuanya. Akira begitu mengayomi dan melindunginya sepanjang debat alot dengan mama dan papanya tadi. Pria itu bahkan dengan berani mengambil posisi dan tak segan mematahkan ucapan merendahkan papa terhadap dirinya, serta permintaan halu mama dan papanya agar dia tetap berhubungan dengan Kelana Sastrowilogo. Bagaimana mau berhubungan jika koneksi romantis dengan pria itu saja tak ada sejak awal pertemuan mereka! Yang Giselle pilih adalah Akira Hangga Aryanto. Pria setengah Jepang, atasannya langsung, si musuh yang berubah menjadi kekasih Giselle. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Akira sampai saat ini. Akira adalah pria sempurna di mata Giselle. Pria penyabar yang bisa melihat dan bersikukuh memilih Giselle dengan apa adanya. Bisa meredam kegelisahan dan kekalutan karena rasa insecure-nya Giselle jika berbicara tentang keluarganya. Lalu ketika Aki
Berbagai macam emosi dan pikiran tumpah ruah di dalam otak Giselle saat ini. Dia merasa seperti mesin yang sudah tua dan usang, namun dipaksa untuk tetap beroperasi. Alhasil, setelah Akira mengungkapkan secara gamblang apa maksud ucapannya itu terhadap Papa, Giselle menjadi diam seribu bahasa. Dia tak tahu harus menjawab apa karena perasaannya yang campur aduk. Rasa bahagia tak terkira tentu saja mendominasi relung hatinya saat ini. “Kamu ngelamar aku sekarang?” Refleks Giselle bertanya seperti itu. Dirinya seperti sedang berada di alam mimpi. Akira tertawa kecil, “bagaimana menurutmu?” tanyanya kembali yang membuat Giselle semakin bingung. “Ih, gimana sih! Kamu malah nanya balik!” cerca Giselle, berusaha menyembunyikan perasaannya yang membuncah malam ini. Tak lama, Akira merogoh sakunya dan mengeluarkan sekotak beludru hitam dan membukanya di hadapan Giselle. "Giselle, aku tahu ada sesuatu yang nggak bisa aku hiraukan sejak pertama kali aku melihatmu." Akira membuka ucapannya
AKIRA Saat dalam perjalanan kembali ke rumah dari apartemen Giselle, Akira menerima pesan singkat dari Nero. ‘Kami sudah mengantongi siapa dalang dari fitnah yang tersebar di media sosial, hubungi gue jika menerima pesan ini.’ Membaca pesan tersebut, Akira menepikan mobilnya dan segera menghubungi Nero dalam speed dialnya. “Nero!” sapa Akira dengan genting. Nero menjawab panggilannya dengan sigap, “Akira, kami sudah tahu siapa dalangnya,” jawab Nero di ujung telepon. “Siapa?” cecar Akira. “Teddy Mulyawan. Rekan kerja kalian.” Ucapan Nero mengukuhkan kecurigaan Akira selama ini. “Benar kan, dia pelakunya!” Akira sontak memukul stir mobil seraya menggertakkan giginya. Menahan emosinya agar tidak keluar dan membuat kerusakan di sekelilingnya. “Dia dibantu oleh Citra Purba, salah satu rekan kerja kalian juga.” Informasi tambahan yang dituturkan Nero membuat Akira melongo sesaat. What the fuck? “Hah?! Kenapa Bu Citra ikut terlibat?” tanya Akira tak habis pikir. Ini sunggu
Ternyata Teddy digelandang ke hotel bintang lima The Royal Ruby milik Darius. Darius dan dua orang kepercayaannya mengatakan jika ada hal yang perlu dibicarakan dengan Teddy.Lalu Teddy yang silau akan kesempatan networking dengan konglomerat muda Darius akhirnya menyetujui pertemuan di hotel The Royal Ruby. Ruangan yang disediakan tentu saja Presidential Suite dan membuat Teddy semakin terlena sehingga dia mengendurkan kewaspadaannya dan tidak mempertanyakan lebih lanjut apa maksud dan tujuan Darius membawanya ke ruangan ini.Pantas saja tadi Darius terkekeh ketika Akira menuduhnya menculik Teddy. Memang terkesan berlebihan. Mungkin istilah yang tepat untuk digunakan adalah ‘memperdaya’ Teddy yang sudah kepalang tergiur dengan tawaran Darius.