Terima kasih readers yang sudah setia membaca sampai sekarang, jangan lupa vote yaaah. Salam, Jemma
GISELLEAda yang berbeda ketika Giselle datang ke kantor pagi ini. Saat dia melintas dari pintu depan hingga ke ruangannya, beberapa staf melemparkan pandangan aneh ke arahnya. Giselle mengernyitkan dahinya. Apakah ada yang salah dengan makeup dan gaya pakaiannya hari ini?Bergegas Giselle tiba di kantornya dan meraih compact powder Dior kesayangannya dari tas lalu mengecek penampilannya pagi ini. Huh? Tidak ada yang aneh, sepertinya. Ini riasan minimalis yang biasa dipakai sehari-hari kalau ke kantor. Tidak ada yang menor atau terlalu berlebihan. Tapi kenapa anak-anak menatapnya seperti itu?Giselle mencoba menepis perasaannya. Mungkin saja dia overthinking. Dia bertekad tak ingin ambil pusing. Jadinya dia fokus kembali ke pekerjaannya karena sekitar jam 10 pagi ini ini dia akan bertemu kembali dengan Kelana Sastrowilogo di kantornya. Akhirnya Giselle diundang juga datang ke kantornya untuk melanjutkan kembali proposalnya kepada sang konglomerat muda itu. Akira juga rencananya
“Jadi begini Giselle, tim kami mendengar suatu berita yang kurang menyenangkan dan cukup berbahaya dari social media.” Begitu pembukaan diskusi antar Giselle dan Bu Citra saat mereka tiba di ruangan HRD. Giselle mengernyitkan dahinya. Masih bingung akan arah pembicaraan mereka. “Oke, lalu?” tanya Giselle. “Dalam rumor tersebut, disebutkan kalau salah satu senior konsultan perempuan di The Converge mendapatkan proyek dengan cara yang tidak etis.” ujar Bu Citra dengan nada yang tak enak didengar oleh telinga Giselle. “Tunggu dulu… ini dapat info seperti ini dari mana Bu? Dan memang itu menyebutkan nama saya? Kok jadinya fitnah gini ya?” Giselle memanas mendengar tuduhan yang tak langsung dialamatkan kepada dirinya. Senior konsultan di The Converge ya saat ini memang Giselle seorang. Sisanya adalah junior konsultan. Jabatan tertinggi perempuan di kantor ini ya saat ini dipegang Giselle. Makanya Giselle meradang mendengar gosip murahan seperti ini. Bu Citra mengatupkan bibirnya rapa
AKIRAJantung Akira bergemuruh melihat betapa kalutnya Giselle saat keluar dari ruangan HRD.Ini pasti sesuatu yang cukup besar hingga bisa membuat kekasihnya bersikap seperti ini. Tanpa berpikir panjang akan konsekuensi sikapnya, Akira menyusul Giselle yang berlari dari kantor dan memilih kabur menuju lift.“Ada apa, sayang? Ayo, cerita dong sama aku,” pinta Akira setengah memohon. Dia begitu khawatir dengan keadaan Giselle saat ini.Satu bulir air mata jatuh di pipi Giselle, dan Akira begitu patah hati melihatnya.Akira akhirnya memutuskan untuk mengambil alih kendali. Dia meraih tangan Giselle dan meremasnya, Mencoba menenangkan gadis ini. Mereka tiba di basement, dan dia mengajak Giselle langsu
Kemarahan adalah satu kata yang terlalu biasa untuk menjelaskan perasaannya hari ini. Setelah Akira mengantar pulang Giselle dan memastikan jika kekasihnya beristirahat dengan baik, dia kembali memacu mobilnya menuju kantor.“Nggak usah buka-buka ponsel dulu ya, nanti malam aku langsung ke sini,” Begitu permintaan Akira sebelum dia mengecup kening Giselle dan meninggalkan gadisnya beristirahat di apartemennya.Akira tiba di kantor dengan hati panas membara. Ingin sekali dia mengkonfrontasi Bu Citra yang tidak bisa bersikap profesional dan terang-terangan menuduh serta menyudutkan Giselle tanpa bukti. Memilih untuk mempercayai selentingan yang beredar di media sosial dan menolak sanggahan dari Giselle yang jelas-jelas menjadi korban fitnah di sini.Akira tahu suasana kantor menjadi tidak
“Waktu kita nggak banyak, Akira! Saya hanya bisa memberimu waktu satu minggu untuk mencari siapa dalang di balik keributan ini, dan saya ingin besok kalian berdua menghadap menemui saya.” Pak Hasan memberinya ultimatum. “Setelah itu siapkan press release jika keadaan semakin memburuk dan semakin menyudutkan perusahaan kita!” tambal pimpinan tertinggi perusahaan ini. “Bu Citra, tolong jangan semakin memperkeruh suasana, investigasi kita belum selesai. Jadi jangan berspekulasi macam-macam dulu,” tegur Pak Hasan yang membuat Akira sedikit lega. Setidaknya Pak Hasan tidak ikut terhasut akan gosip jahat itu dan saat ini masih memilih bersikap netral. Usai mendengarkan ucapan Pak Hasan, barulah Bu Citra diam dan tak menyudutkan Akira serta Giselle lagi di hadapan Pak Hasan. Meski sangat disayangkan sejujurnya bagi Akira, karena dia mengharapkan Pak Hasan membela Giselle, karyawannya yang sudah berjasa besar dalam firma konsultasi ini, dibandingkan mendengar gosip yang tak jelas dari
GISELLESuasana di ruang privat Pak Hasan tidak kondusif, bahkan di mata Giselle sendiri. Dia sudah sebisa mungkin bersikap tenang dan kooperatif kepada Pak Hasan ketika menjelaskan kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika dia dikonfrontasi secara tidak proporsional oleh Bu Citra. “Tapi kenapa postingan tersebut bisa spesifik menyerang kita dan juga kamu, meskipun tidak ada nama yang tertuang di dalamnya?” Pak Hasan bertanya seraya menarik hisapan cerutunya. “Ini akan saya cari tahu Pak Hasan, saya sedang mencari bantuan dari teman saya, dan kami percaya diri bisa menemukan siapa dalang di balik kerusuhan ini,” Akira yang duduk di samping Giselle sejak tadi membantu menjelaskan hal-hal yang tak Giselle pahami karena kemarin kondisinya sedang tidak stabil. Banyak informasi yang terlupakan karena dia tak bisa berpikir dengan jernih saat gosip tersebut menyerang dirinya. “Sekarang pertanyaan selanjutnya, kalian memang pacaran?” tanya Pak Hasan tanpa berbasa-basi. “Saya meng
Ternyata Akira benar-benar menganggap serius masalah ini. Dia menjelaskan dengan mendetail kepada Nero dan Raka tentang apa saja gosip yang beredar mengenai dirinya baik di social media maupun yang terdengar di telinganya saat mereka dikonfrontasi oleh Bu Citra tempo hari lalu.“Wah, kurang ajar sekali orang yang buat gosip murahan seperti ini!” pungkas Raka dengan nada menyeramkan.“Apa kalian bisa bantu untuk melacak siapa yang mengunggah ini? Dan apa motif di baliknya?” tanya Giselle kepada kedua pria tersebut.Mereka berdua mengangguk cepat.“Tentu saja, ini pekerjaan mudah. A child’s play for me,” ucap Nero dengan s
AKIRAAkira melihat raut wajah Giselle kembali gusar ketika menerima telepon dari ibunya.“Itu semua hanya gosip murahan, Ma.” tukas Giselle dengan keras dan lugas. Nada bicaranya membuat Nero dan Raka berfokus kepada Giselle, mengecek apakah kekasihnya itu membutuhkan pertolongan dari mereka atau tidak.“Nanti malam? Memang Mama mau bertemu sama Papa juga?” tanya Giselle di samping Akira. Dia hanya bisa memberikan support dengan cara meremas jemari lentik sang kekasih dan menenangkannya dengan mengusap punggung Giselle dengan penuh kasih.“Hah? Mas Damar juga datang? Buat apa? Terakhir dia bilang nggak mau menginjakkan kaki di rumah Papa lagi?” Giselle berdecak mendengar respon dari mamanya di ujung telepon.