Semua Bab DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT: Bab 241 - Bab 250

263 Bab

Bab 241 Pembelaan Denis

“Ingat! Jangan sampai aku melihatmu lagi, kalau tidak … aku akan hancurkan mulut kotormu itu!” Denis mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia menahan diri untuk tidak membunuh lelaki yang benar-benar bermulut kotor itu.Hanif malah tertawa dengan renyah. Tangannya menyeka darah yang keluar dari bibirnya yang sobek.“Kau doyan sama barang bekas ya?” ucapnya mengejek, membuat Denis kembali tersulut emosi.Brak!Kaki jenjang itu akhirnya melesak di dada Hanif hingga lelaki itu terjengkang dan mengaduh kesakitan.“Sekali lagi kau berkata kotor, kuhancurkan mulutmu itu!” teriak Denis penuh emosi.“Aarrgghh! Kenapa kau aniaya anakku?!” Tiba-tiba saja datang seorang perempuan bertubuh montok yang menghambur dan memeluk Hanif yang tersungkur tak berdaya.“Kau! Siapa kau?” desis ibunya Hanif penuh dendam. Namun, matanya langsung melebar saat mengingat wajah yang mengadakan sayembara untuk mencari keberadaan Maria.“Eeh, kamu … yang nyari Maria, kan?” ucapnya. Wajahnya mulai berubah manis denga
Baca selengkapnya

Bab 242 Pertemuan Mengharukan

Denis berjingkat pergi dari hadapan Hanif dan ibunya. Dia merasa geram sekali pada dua orang itu.Bruk!Denis membanting pintu mobilnya saking emosi. Fery tertawa melihat kelakuan temannya itu.“Keren elu, Den. Bilang ke gue jangan ngotorin tangan buat ngebasmi curut itu, eh malah elu yang bikin dia jungkir balik kaya gitu,” katanya dengan tawa yang renyah.Denis mengusap wajahnya dengan kasar. Jika saja tak ingat hukum, mungkin dia sudah menghancurkan mulut kotor Hanif yang sudah seenaknya mengatai orang.Dia bahkan tak mau membalas ucapan Fery. Saat ini hatinya masih panas karena kelakuan yang ditunjukan Hanif padanya.Mobil Denis meluncur dengan kencang, meninggalkan Hanif yang masih meringis kesakitan. Dia berusaha banngkit dengan dibantu oleh ibunya.“Aah, telat kamu ngasih tau ibu. Coba kalau kemarin kamu ngasih tau di mana rumahnya si Fany, mungkin Ibu sudah dapat uang yang banyak dari pacarnya si Maria itu.”Mendengar kata pacarnya Maria, Hanif langsung naik pitam. Dia tak bis
Baca selengkapnya

Bab 243

“Ayo, Mas. kita biarkan Mbak Maria sama Amanda melepas kangen. Mereka pasti butuh waktu,” bisik Suci yang mengajak suaminya keluar dari ruang perawatan itu. Dia tahu jika Maria pasti risih jika ada lelaki di ruangan itu. Suci tahu jika Maria akan memberikan ASI untuk Amanda kecil.“Kamu kangen Mama, Sayang?” ucap Maria dengan suara pelan. Air matanya tiba-tiba menggenang dan bergulir begitu saja di pipinya. Mata Amanda berbinar bahagia. Meskipun dia masih sangat kecil, tetapi hatinya sudah tahu siapa yang sangat menyayanginya. Dia endusel-endusel ke dada Maria, mencari air susu yang entah kenapa tiba-tiba menghilang. Amanda terlalu kecil untuk mengerti itu.“Kamu haus, Sayang?” Maria membuka kancing bajunya dan Amanda langsung menyusu dengan rakus. Matanya menatap Maria tak berkedip, seolah takut jika nanti dia akan kehilangan Maria lagi.Bukan hanya Amanda yang hilang rasa haus dan laparnya, tetapi Maria pun merasa sangat lega setelah kemarin merasakan sakit karena payudaranya bengk
Baca selengkapnya

Bab 244 Di Mana Anakmu?

“Wah perkembangannya bagus sekali ini,” ucap dokter yang sedang memeriksa kondisi Amanda.“Iya, Dok. Dia sudah minum ASI lagi sekarang,” jawab Denis yang melirik pada Maria yang duduk tak jauh dari sana.“Oh, bagus. Sepertinya anak ini ada alergi susu juga. Sebaiknya teruskan saja ASI-nya. Jangan sampai terjadi seperti ini lagi,” ujar sang dokter.“Baik, Dok.” Denis mengangguk pelan.“Kita lihat besok, jika semakin baik, maka Amanda boleh pulang,” lanjut sang dokter yang menyimpan stetoskopnya ke dalam saku sneli.Denis, Fery, Suci dan tak terkecuali Maria merasa senang mendengar kabar itu. Anak itu sudah melalui masa kritisnya setelah bertemu lagi dengan ibu susunya. Beberapa jam sekali Amanda bangun dan mencari Maria. Jika seperti itu, Denis dan Fery langsung mengerti jika mereka harus segera meninggalkan ruangan itu karena Maria harus memberi ASI pada Amanda.Meski masih kecil, Amanda tahu dengan orang yang menyayanginya setulus hati. Jika saja dia dapat bicara, mungkin dia akan me
Baca selengkapnya

Bab 245 Terpukau

“Maaf kalau kamu keberatan untuk mengatakan hal itu pada saya. Saya hanya penasaran saja bagaimana anakmu sampai tiada. Kenapa kamu bilang kalau suami kamu nggak mau memakamkan anak kalian.”“Maaf, Pak. Dia bukan lagi suami saya,” potong Maria yang tak terima jika Hanif disebut sebagai suaminya.“Oh, maaf. Maksudku mantan suami kamu.” Denis meralatnya.“Dari sikap yang mereka tunjukan sama kamu, saya bisa menilai jika mereka mungkin sudah membuatmu menderita. Lalu, bagaimana ceritanya anakmu sampai meninggal?” tanya Denis yang masih penasaran.“Anak saya terlahir cacat. Dia juga down sindrom. Di awal kelahirannya mereka sudah menolak kehadiran Rania. Lalu, Rania sakit panas, tapi saya tidak bisa membawanya ke dokter karena saya tidak ada uang sama sekali.”“Kamu bisa minta sama suami kamu, kan?” potong Denis yang merasa sangat heran. Bagaimana mungkin Hanif begitu tega jika anaknya sakit dan tak membawanya ke dokter.Maria menggeleng pelan. “Saya minta Mas Hanif untuk antar ke dokter
Baca selengkapnya

Bab 246

“Bapak?” ucap Maria yang langsung menunduk saat melihat ada Denis di ambang pintu. Dia gegas menyembunyikan sisirnya.“Maaf, saya mau ngasihin ini sama kamu. Tadi saya tanya sama suster soal suplemen pelancar ASI. Dia nyaranin ini. Katanya ini bagus,” ucap Denis sambil menaruh sebuah kotak kecil ke atas meja. Kotak kecil dengan gambar ibu menyusui.“Oh, itu ya, Pak. Padahal tidak perlu pakai itu juga ASI saya sudah lancar,” jawab Maria dengan sikap yang gugup. Dia malu sekali karena kepergok tengah merias diri walaupun hanya menyisir.“Maaf mengganggu. Silakan kamu lanjutkan lagi,” ujar Denis dengan wajah yang memerah. Sikapnya juga terlihat tak kalah gugup dari Maria.“I-iya, Pak.” Maria tertunduk malu sambil memilin jarinya sendiri.“Hmm. Saya … ke luar,” ucap Denis semakin gugup.Maria mengangguk pelan dan mengangkat wajahnya untuk melihat kepergian Denis.“Mmh, by the way … kamu cocok banget pake baju itu,” ucap Denis yang menghentikan langkah dan menoleh pada Maria. Dia berkat
Baca selengkapnya

Bab 247

Sepulang dari rumah sakit, Denis menyuruh agar Maria sekamar dengan Amanda untuk sementara sampai anak itu lepas ASI. Maria teramat senang karena akhirnya dia bisa berdekatan terus dengan bayi yang sudah dia anggap anak sendiri.Denis juga kembali mencari seorang ART untuk membantu pekerjaan rumah, setelah ART sebelumnya yang menghilang begitu saja.“Padahal saya masih bisa ngerjain kalau Dek Manda lagi tidur,”ujar Maria saat seorang ART baru datang ke rumah itu.“Sudahlah, kamu fokus sama Amanda saja. Kalau kamu harus ngerjain pekerjaan rumah juga, kapan kamu istirahatnya?” jawab Denis.Maria merasa tersanjung meski dengan perhatian sekecil itu. Baginya yang sering disebut sebagai anak haram, sebuah penghargaan itu sangat jarang didapatkan.“Saya harus ke kantor hari ini, jadi … saya titipkan Amanda sama kamu. Nanti Bi Noneng yang akan masakin buat kamu, karena saya tidak bisa pulang saat makan siang, hari ini. Ok?” Denis nyerocos sebelum pamit ke kantor.Maria hanya bisa mengangg
Baca selengkapnya

Bab 249

Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Para staff dan pegawai lainnya sudah mulai meninggalkan ruangan kerjanya, sementara Denis masih fokus di depan laptopnya. Tok, tok. Suara ketukan terdengar di pintu kaca ruangannya. Denis pun mempersilakan masuk. Wajah Darius muncul dengan senyuman jahilnya. “Gimana, masih belum menentukan mau datang atau nggak?” tanyanya. Denis tertawa kecil sambil mengggelengkan kepalanya. “Aku kira Abang tak ingat. Aku masih ada kerjaan,” jawabnya santai. “Halah, biarin aja dulu. kerjaan nggak akan ada habisnya. Ayo, matikan saja laptopnya. Kita bersenang-senang dulu malam ini,” ajak Darius. Denis mengempaskan punggungnya pada sandaran kursi. “Huuft. Abangku ini pemaksa juga. Baiklah. Aku akan bersiap. Tapi sepertinya nggak akan cukup waktu untuk pulang dulu.” “Penampilanmu sudah sempurna, Denis. Tidak akan ada orang yang tau kalau kamu tidak berganti pakaian setelah pulang dari bekerja.” Darius tergelak. Lelaki itu berusaha sekuat tenaga untuk membahag
Baca selengkapnya

Bab 250

Selesai salat Subuh Maria tak keluar dari kamar Amanda. Dia sengaja melakukan itu agar tak bertemu dengan Denis yang biasanya menikmati secangkir kopi di ruang tengah. Sekarang sudah ada Bi Noneng, jadi dia tak perlu lagi membuatkan kopi untuk majikannya itu. Dia lebih memilih untuk tiduran lagi sambil memeluk Amanda yang masih terlelap. Biasanya anak itu bangun pukul 8 untuk mandi. Maria tersenyum melihat wajah Amanda yang begitu menggemaskan. Pipinya kembali gembil. Mulutnya sedikit menganga. Tangan Maria jahil menutup bibir itu agar tak terbuka. Namun, bibir itu kembali terbuka perlahan. Maria tertawa pelan, merasa ada hiburan. Kesedihan hatinya sedikit terobati dengan tingkah laku Amanda kecilnya. Kerinduannya pada Rania perlahan terkikis. Sementara itu, di ruang tengah, Denis sesekali melirik ke arah kamar Amanda. Dia tak berani masuk karena takut jika Maria sedang menyusui. Lalu, dia melihat ke arah jam yang menggantung di dinding. Sudah pukul enam lewat tetapi Maria tak
Baca selengkapnya

Bab 250 Hadiah untuk Maria

Denis menyelesaikan sarapannya dengan perasaan gundah. Dia menyesal sudah membentak dan berbuat kasar pada Maria. Dia tahu jika wanita di hadapannya ini sangat rapuh dan perasa.“Maaf, saya tidak bermaksud marah sama kamu, Maria. Saya takut kalau-kalau Amanda sakit, dan kamu juga sakit karena telat makan. Makanlah yang banyak.” Suara Denis melemah. Dia lalu bangkit meninggalkan Maria yang masih menunduk ketakutan.Denis menyetir dengan pikiran ke mana-mana. Tentang mendiang Amanda, tentang pesta semalam dan Irene, lalu bayangan Maria yang ketakutan saat melihatnya, juga saat Denis tak sengaja melihat sebagian paha Maria yang terbuka.Lelaki itu memukuli handle stir dan terlihat frustrasi.“Maafkan aku, Amanda. Kenapa aku jadi seperti ini?” rutuk Denis yang mendadak membanting setir ke kiri dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.“No! aku hanya cinta Amanda.” Denis menggelengkan kepalanya. Namun, dia kembali teringat dengan perkataan sang kakak juga Fery yang bilang jika dia pasti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status