Home / Romansa / Susahnya Jadi Mas Joko / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Susahnya Jadi Mas Joko: Chapter 61 - Chapter 70

231 Chapters

Bab 61: Yang Tertinggal

Bab 61: Yang Tertinggal  Hari sudah beranjak siang ketika Joyce Angelique menyudahi aktifitasnya membasuh diri. Dengan memakai kimono ia keluar dari kamar mandi sebuah hotel tempatnya menginap semalam. Ia biarkan rambutnya yang basah tergerai di bahu dan belakang punggungnya.           Suasana yang begitu lengang di dalam kamar membuat Joyce beberapa saat terpaku, dan menatap hampa pada sebuah ranjang besar tempat dia bergumul malam sebelumnya, sebuah medan di mana ia membebaskan segala sesuatu yang selama ini terkungkung di dalam dirinya.           “Joko..,” lirih sang manajer ini berbisik.           “Kenapa kamu meninggalkan saya, Joko?”           
Read more

Bab 63: Semakin Kupandang Semakin Benderang

Bab 63: Semakin Kupandang Semakin Benderang  “Yihaaa..! Aku libur kuliah, Mas Joko! Hampir seminggu aku menjalani ujian akhir semester, maka sekarang saatnya ‘halan-halan’, saatnya refreshing, saatnya healing, saatnya bersenang-senang. Cihui.”“Nanti siang, kekasihku Mas Tentara itu mau mengajak aku ke bioskop. Dia mengajak aku nonton film horror. Judulnya, hemm.., apa ya? Aku tidak terlalu mudeng waktu dia menelepon tadi. Yang pasti, ceritanya nanti ada dukun-dukunnya gitu deh. Sekali lagi, cihui!”“Sebenarnya, aku tidak terlalu suka nonton film horror. Pernah, beberapa kali aku diajak teman nonton film yang serem-serem begitu. Yang ada malah kami memekik-mekik histeris di dalam bioskop, sambil pelukan lagi! Hihihi..lucu, sekaligus malu waktu film berakhir dan lampu menyala kami masih saja ketakutan.”“Tapi, kalau nontonnya bareng dengan Ma
Read more

Bab 63: Hati yang Risau

Bab 63: Hati yang Risau  Aku pergi mendaftar kuliah dengan hati yang tiba-tiba bimbang. Tekadku sudah tidak lagi bulat seperti semula. Berkali-kali aku menghentikan sepedaku di tepi jalan hanya untuk mempertanyakan sesuatu pada diriku sendiri.           “Kuliah, hehh! Benarkah ini pilihan hidupku?”“Apakah ini arah yang sudah tepat dalam tujuan hidupku?”Namun sekejap kemudian sisi hatiku yang lain pun menyahutnya.“Benar, ini sudah benar. Aku harus kuliah. Aku harus meneruskan pendidikanku supaya bisa mencapai satu level di mana orang-orang intelek dan akademis berada.”“Supaya aku memiliki sebuah gengsi yang bisa menyetarakan hidupku dengan orang lain dalam gengsi serupa. Juga supaya aku bisa memperbaiki hidupku di masa depan.”Dengan hati yang terbolak-balik antara man
Read more

Bab 64: Dua Janji

Bab 64: Dua Janji  Ketika aku berjalan di suatu lorong dalam kantor Benua Trada.., “ups, itu ada Menuk!” seruku dalam hati. Aku harus tampak sibuk, pikirku. Maka dengan cepat aku berbelok ke sebuah sudut di mana tadi Gofur meletakkan alat kerjanya. Cepat tanganku menyambar alat pel dan mendorong-dorongnya, menuju arah yang menjauhi langkah Menuk.Aku kira Menuk pergi menjauhi aku atau meneruskan langkah menuju tujuannya semula. Ternyata ia malah menunggu aku berbalik dan..,           “Kamu sibuk?” tanya Menuk yang berdiri persis pada arah dorongan alat pelku.           “Iya, nih. Ada apa?”           “Ehmm, ada yang mau aku bicarakan dengan kamu.” Menuk semakin mendekati aku.
Read more

Bab 65: Hush, Hush, Pulang Sana!

Bab 65: Hush, Hush, Pulang Sana! Sore hari, belum lagi tepat pukul lima, Yana sudah turun dari lantai atas. Ia berjalan sedikit tergesa-gesa ketika keluar dari lift. Tas jinjingnya ia sampirkan ke bahu dan sambil berjalan ia mengaitkan rambut di sisi kepala ke belakang telinganya.           Yana sengaja keluar dari gedung Benua Trada lewat pintu samping, supaya tidak bertemu atau berpapasan dengan karyawan yang lain. Bunyi pletak-pletok hak sepatunya mengiringi langkah kaki sang staf perpajakan ini menuju ke selasar dan terus saja hingga tembus ke bagian belakang gedung.           Hingga beberapa detik kemudian, Yana telah sampai di teras belakang. Ia berdiri sebentar untuk mematung, lalu menoleh sambil melongokkan kepalanya pada satu arah di balik sudut gedung. Ia menghirup nafas sekali, be
Read more

Bab 66: Jangan Sampai Tiga

Bab 66: Jangan Sampai Tiga  Sekonyong-konyong Yana menolehkan kepalanya pada Menuk. Lalu disertai dengan dagunya yang menunjuk pada Joko, gadis staf perpajakan ini pun bertanya.           “Kamu menunggu dia?”           “Eh, enggak, kok,” jawab Menuk kikuk, yang segera pula balas bertanya.           “Mbak sendiri, menunggu dia?”           “Enggak, saya enggak menunggu dia,” jawab Yana dengan wajah yang memerah.           “Oh. Tapi kenapa Mbak tadi memanggil dia?”           “Nah, k
Read more

Bab 67: Drama Setelah Hitungan

Bab 67: Drama Setelah Hitungan  “Jokooo..!” pekik Ibu Joyce histeris.“Pliiiiss..! Jangan sampai saya bilang ‘tiga’!”Entah apa yang menggerakkan hatiku, aku cukup menyederhanakannya dengan bentuk satu tanggung jawab dari sebuah akibat. Hingga akhirnya aku pun kembali berbalik dan berjalan ke arah mobil Ibu Joyce.Ketika aku sampai di samping mobilnya, Ibu Joyce sudah kembali pada posisi duduknya di jok pengemudi. Tangannya mencengkeram lingkaran setir dengan sangat erat, matanya memandang lurus ke arah depan seakan enggan melihatku yang sudah ada di hadapannyaSekilas aku melihat wajah Ibu Joyce yang mengeras seumpama patung lilin yang baru selesai dicetak. Sementara kecantikannya sendiri tak lekang oleh aura kemarahan yang ada di wajah bulat gemuk cantik nan manisnya itu.“Maaf, Bu, saya..,”       
Read more

Bab 68: Beli yang Baru

Bab 68: Beli yang Baru  “Tentang kejadian di hotel tempo hari, tidak adakah yang ingin kamu katakan, Joko?”           Pertanyaan Ibu Joyce itu kembali menggugahku. Aku harus berbicara, pikirku. Apa pun itu yang bisa mengakhiri drama yang sangat memuakkan ini.           “Saya siap untuk bertanggung jawab, Bu,” kataku akhirnya.           “Lalu bagaimana bentuk tanggung jawab yang kamu maksud itu?”           Tiba-tiba aku teringat pada Ningsih, wanita yang amat aku cintai. Tiba-tiba aku juga teringat pada ibuku, wanita yang sangat aku hormati. Dan tiba-tiba juga aku teringat pada Ayu Dyah, adik perempuan yang sangat aku sayangi. &
Read more

Bab 69: Teka-teki Kotak Kado

Bab 69: Teka-teki Kotak Kado  Aku sampai di lampu merah dan berhenti di sisi paling kiri. Ada satu rasa kelegaan tersendiri pasca pertemuanku dengan Ibu Joyce tadi. Yaitu, suatu kemungkinan besar bahwa Ibu Joyce tidak akan melakukan tuntutan macam-macam kepadaku. Untuk saat ini aku hanya sampai pada kesimpulan, mungkin dia juga dalam keadaan mabuk sehingga hilang kontrol atas dirinya sendiri lantas membiarkan diriku menyentuh dia.           Tiba-tiba aku merasa tergelitik pada satu pertanyaan; apakah Ibu Joyce menikmati? Entahlah. Kepastian soal itu hanya dia sendiri yang tahu, karena dia yang merasakan.           Mungkin Ibu Joyce menyesal, dan ia merasa malu seandainya kejadian di hotel itu sampai diketahui oleh orang lain, khususnya oleh orang-orang Sinergi Laras. Seperti misalnya, contoh
Read more

Bab 70: Nama yang Tidak Asing

Bab 70: Nama yang Tidak Asing  Beberapa hari kemudian…, Ini adalah hari pertamaku kuliah, dan aku tidak ingin terlambat pada hari yang mungkin akan menjadi sejarah di dalam hidupku ini. Beberapa waktu yang lalu aku sudah melewatkan salah satu momen penting di dalam dunia perkuliahan. Yaitu Ospek, atau  Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Alasasannya adalah, karena Ospek itu diadakan di hari kerja dan aku tidak mendapatkan izin untuk libur ataupun cuti di hari pelaksanaan Ospek itu.Ospek untuk mahasiswa kelas non reguler di kampusku ini jauh berbeda dengan Ospek untuk mahasiswa reguler. Kami—yang aku maksud “kami” ini adalah aku dan rekan seangkatanku sesama mahasiswa non reguler—hanya mengikuti semacam kuliah umum yang disampaikan oleh pihak akademis, yaitu kajur atau kepala jurusan dan rektor. Jadi, di sini tidak ada acara-acara ala kartun seperti
Read more
PREV
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status