Bab 64: Dua Janji
Ketika aku berjalan di suatu lorong dalam kantor Benua Trada.., “ups, itu ada Menuk!” seruku dalam hati. Aku harus tampak sibuk, pikirku. Maka dengan cepat aku berbelok ke sebuah sudut di mana tadi Gofur meletakkan alat kerjanya. Cepat tanganku menyambar alat pel dan mendorong-dorongnya, menuju arah yang menjauhi langkah Menuk.
Aku kira Menuk pergi menjauhi aku atau meneruskan langkah menuju tujuannya semula. Ternyata ia malah menunggu aku berbalik dan..,
“Kamu sibuk?” tanya Menuk yang berdiri persis pada arah dorongan alat pelku.
“Iya, nih. Ada apa?”
“Ehmm, ada yang mau aku bicarakan dengan kamu.” Menuk semakin mendekati aku.
Bab 65:Hush, Hush, Pulang Sana!Sore hari, belum lagi tepat pukul lima, Yana sudah turun dari lantai atas. Ia berjalan sedikit tergesa-gesa ketika keluar dari lift. Tas jinjingnya ia sampirkan ke bahu dan sambil berjalan ia mengaitkan rambut di sisi kepala ke belakang telinganya.Yana sengaja keluar dari gedung Benua Trada lewat pintu samping, supaya tidak bertemu atau berpapasan dengan karyawan yang lain. Bunyi pletak-pletok hak sepatunya mengiringi langkah kaki sang staf perpajakan ini menuju ke selasar dan terus saja hingga tembus ke bagian belakang gedung.Hingga beberapa detik kemudian, Yana telah sampai di teras belakang. Ia berdiri sebentar untuk mematung, lalu menoleh sambil melongokkan kepalanya pada satu arah di balik sudut gedung. Ia menghirup nafas sekali, be
Bab 66:Jangan Sampai Tiga Sekonyong-konyong Yana menolehkan kepalanya pada Menuk. Lalu disertai dengan dagunya yang menunjuk pada Joko, gadis staf perpajakan ini pun bertanya.“Kamu menunggu dia?”“Eh, enggak, kok,” jawab Menuk kikuk, yang segera pula balas bertanya.“Mbak sendiri, menunggu dia?”“Enggak, saya enggak menunggu dia,” jawab Yana dengan wajah yang memerah.“Oh. Tapi kenapa Mbak tadi memanggil dia?”“Nah, k
Bab 67:Drama Setelah Hitungan “Jokooo..!” pekik Ibu Joyce histeris.“Pliiiiss..! Jangan sampai saya bilang ‘tiga’!”Entah apa yang menggerakkan hatiku, aku cukup menyederhanakannya dengan bentuk satu tanggung jawab dari sebuah akibat. Hingga akhirnya aku pun kembali berbalik dan berjalan ke arah mobil Ibu Joyce.Ketika aku sampai di samping mobilnya, Ibu Joyce sudah kembali pada posisi duduknya di jok pengemudi. Tangannya mencengkeram lingkaran setir dengan sangat erat, matanya memandang lurus ke arah depan seakan enggan melihatku yang sudah ada di hadapannyaSekilas aku melihat wajah Ibu Joyce yang mengeras seumpama patung lilin yang baru selesai dicetak. Sementara kecantikannya sendiri tak lekang oleh aura kemarahan yang ada di wajah bulat gemuk cantik nan manisnya itu.“Maaf, Bu, saya..,” 
Bab 68:Beli yang Baru “Tentang kejadian di hotel tempo hari, tidak adakah yang ingin kamu katakan, Joko?”Pertanyaan Ibu Joyce itu kembali menggugahku. Aku harus berbicara, pikirku. Apa pun itu yang bisa mengakhiri drama yang sangat memuakkan ini.“Saya siap untuk bertanggung jawab, Bu,” kataku akhirnya.“Lalu bagaimana bentuk tanggung jawab yang kamu maksud itu?”Tiba-tiba aku teringat pada Ningsih, wanita yang amat aku cintai. Tiba-tiba aku juga teringat pada ibuku, wanita yang sangat aku hormati. Dan tiba-tiba juga aku teringat pada Ayu Dyah, adik perempuan yang sangat aku sayangi.&
Bab 69:Teka-teki Kotak Kado Aku sampai di lampu merah dan berhenti di sisi paling kiri. Ada satu rasa kelegaan tersendiri pasca pertemuanku dengan Ibu Joyce tadi. Yaitu, suatu kemungkinan besar bahwa Ibu Joyce tidak akan melakukan tuntutan macam-macam kepadaku. Untuk saat ini aku hanya sampai pada kesimpulan, mungkin dia juga dalam keadaan mabuk sehingga hilang kontrol atas dirinya sendiri lantas membiarkan diriku menyentuh dia.Tiba-tiba aku merasa tergelitik pada satu pertanyaan; apakah Ibu Joyce menikmati? Entahlah. Kepastian soal itu hanya dia sendiri yang tahu, karena dia yang merasakan.Mungkin Ibu Joyce menyesal, dan ia merasa malu seandainya kejadian di hotel itu sampai diketahui oleh orang lain, khususnya oleh orang-orang Sinergi Laras. Seperti misalnya, contoh
Bab 70:Nama yang Tidak Asing Beberapa hari kemudian…,Ini adalah hari pertamaku kuliah, dan aku tidak ingin terlambat pada hari yang mungkin akan menjadi sejarah di dalam hidupku ini. Beberapa waktu yang lalu aku sudah melewatkan salah satu momen penting di dalam dunia perkuliahan. Yaitu Ospek, atau Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Alasasannya adalah, karena Ospek itu diadakan di hari kerja dan aku tidak mendapatkan izin untuk libur ataupun cuti di hari pelaksanaan Ospek itu.Ospek untuk mahasiswa kelas non reguler di kampusku ini jauh berbeda dengan Ospek untuk mahasiswa reguler. Kami—yang aku maksud “kami” ini adalah aku dan rekan seangkatanku sesama mahasiswa non reguler—hanya mengikuti semacam kuliah umum yang disampaikan oleh pihak akademis, yaitu kajur atau kepala jurusan dan rektor. Jadi, di sini tidak ada acara-acara ala kartun seperti
Bab 71:Dari Lapangan Voli Pada kedatanganku ke kampus sebelum-sebelum ini, yaitu ketika mencari informasi dan mendaftar, aku tidak sempat berjalan berkeliling untuk melihat apa-apa saja fasilitas yang ada di kawasan sekolah tinggi ini.Maka, ketika memasuki jeda perkuliahan pada pukul lima sore, aku berjalan mengelilingi areal kampus yang lumayan luas ini. Ada beberapa gedung yang rata-rata terdiri dari dua atau tiga lantai. Ada gedung serbaguna, di dalamnya ada ruang auditorium, perpustakaan juga ada. Di sebelahnya ada mushola dengan kelir hijau yang lumayan eksotik.Aku terus ke belakang, mengikuti suara orang-orang ramai, dan papan penunjuk arah dengan tulisan-tulisan sebagai berikut; lapangan olah raga, kafetaria, sekretariat Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam). Hingga
Bab 72:Jump Serve Resti mematung, demikian juga jarinya yang sedang menggantung di atas touchpad notebooknya. Aku pun menanyakan sesuatu hal lagi untuk memastikan bahwa aku tidak salah orang.“Tepatnya di jalan Taman Karya?”Resti kini menoleh padaku. Matanya menelisik dan keningnya sedikit mengernyit. Mimik wajahnya tampak seperti sedang berpikir, seperti sedang mengingat-ingat barangkali dia pernah bertemu atau mengenalku entah di mana.“Betul?” tanyaku lagi yang penasaran. “Kamu tinggal di Tuah Madani tepatnya di jalan Taman Karya?”Resti menyip