Semua Bab Susahnya Jadi Mas Joko: Bab 81 - Bab 90

231 Bab

Bab 81: Sebuah Kabar Gembira

Bab 81:Sebuah Kabar Gembira Akan tetapi, betapa terkejutnya aku ketika jeda istirahat, ada sebuah tangan perempuan berkulit putih halus yang menyodorkan sebotol air minum kepadaku. Sontak aku menoleh.“Lho..?? Kamu belum pulang?” tanyaku terkejut.Resti tersenyum. “Belum, Mas. Habis kuliah tadi aku nongkrong di perpustakaan. Waktu mau pulang, aku mendengar suara-suara ramai di sini, makanya aku ke mari. Eeeh, rupanya kamu lagi main.”“Terima kasih, ya?” kataku, menerima botol minum yang tadi disodorkan Resti.“Yups, never mind,” sahutnya tersenyum.Fiuh! Adem sekali rasanya melihat mimik wajah Resti sesaat tadi. Getaran yang menjalar di dalam hatiku ini benar-benar sama dengan yang dulu terjadi ketika pertama kali melihat penari Serimpi di dalam kalender dan juga Ningsih. Apalagi kemudian, kata-kata Resti dan juga sikapnya membuatku seras
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-03
Baca selengkapnya

Bab 82: Wanita di Ayunan Pantai

Bab 82: Wanita di Ayunan Pantai  Pukul sepuluh pagi di gedung Benua Trada..,Aku sedang membersihkan dinding kaca di lantai dua. Lantai di mana para karyawan dan para staf dari anak-anak perusahaan Benua Trada Group ini duduk di masing-masing meja kerjanya.Pembersihan dinding kaca bagian luar ini memang tidak setiap hari aku lakukan. Paling banter hanya dua kali seminggu. Dua kali seminggu yang aku maksud itu salah satunya adalah hari ini. Untuk itu aku berdiri di sebuah selasar kecil, lalu pada beberapa titik tertentu yang sulit dijangkau aku menggunakan tangga lipat dan juga memakai safety belt untuk mengantisipasi aku jatuh.           Keseluruhan dinding kaca yang sedang aku bersihkan ini berjenis riben. Sehingga aku yang berada di luar tidak bisa melihat ke dalam, sementara orang yang berada di dalam bisa melihat aku di luar. Tidak adil memang, tapi begitulah fung
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-05
Baca selengkapnya

Bab 83: Pelukis Hati

Bab 83: Pelukis Hati  Tiba-tiba, aku tersentak, ketika menyadari suatu kemungkinan yang bisa membuatku malu jika kebetulan sedang dilihat oleh orang lain. Yaitu, “bagaimana jika para karyawan dan karyawati Benua Trada Group yang ada di dalam situ, melihatku yang telah melukis gambar hati di dinding kaca raiben yang sedang aku bersihkan ini?”  Aku pun merasa penasaran. Rasa penasaran itu pula yang membuatku tergoda untuk mendekatkan wajahku pada dinding kaca. Wajahku semakin dekat, dan mataku semakin tajam, bersamaan dengan itu aku menangkupkan kedua tanganku di samping kepala untuk menghalau silau matahari. Mataku menyipit untuk menelisik ke dalam. Hidungku bahkan sampai hampir menyentuh dinding kaca.           Sontak saja aku terkejut bukan kepalang. Karena ternyata, tanpa kusadari saat melukis gambar hati dengan karet wiper tadi, ada b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Baca selengkapnya

Bab 84: Angkatan Cik Udin

Bab 84: Angkatan Cik Udin  “Apa julukannya?”Aku tersenyum sebentar, terbayang pada semua fakta unik dan lucu di kampusku.“Angkatan kami disebut Angkatan Cik Udin,” jawabku kemudian.“Kenapa disebut Angkatan Cik Udin?”“Karena mahasiswa yang cowok, banyak yang namanya Udin.”“Hahaha..!” Yana tertawa. “Siapa saja tuh?”“Najamudin, Saifudin, Zainuddin, Mustarudin, Qomarudin, Burhanuddin, Solahudin, Sirajudin, dan yang terakhir Didin Suradin.”“Hah? Masak sih?”“Iya, Na. Jadi kamu bisa bayangkan. Kalau ada dosen yang memanggil satu orang saja, misalnya, ‘Din!’, begitu, maka semua orang yang bernama Udin ini berdiri, ‘saya, Pak!’, begitu.”“Hahaha..!” Yana tertawa lagi.“Untung saja temanku si Alex itu tidak ik
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Baca selengkapnya

Bab 85: Obrolan di Coffee Shop

Bab 85: Obrolan di Coffee Shop  Joyce Angelique duduk berdiam diri di dalam mobilnya. Ia memandang ke depan, pada jalan raya yang kelihatannya semakin ramai dengan lalu-lalang kendaraan. Dengan sedikit gelisah ia melihat jam digital yang tertampil pada panel dashboard. Masih tidak yakin, ia mengangkat lagi tangan kirinya untuk melihat arloji.           “Ini sudah hampir jam lima sore, lho. Kenapa kamu belum keluar juga Joko?” tanya sang janda kembang ini dalam hatinya yang gelisah.           “Jam kerja kamu sampai jam empat, kan? Masuk jam tujuh? Iya kan?”           “Mana mungkin kamu bisa bohong padaku, Joko. Karena aku bos kamu.”           Lebih kurang sudah empat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-07
Baca selengkapnya

Bab 86: Lawan Pertama

Bab 86: Lawan Pertama  “Orang yang bernama Kurnia Sari ini, apakah dia cantik?”“Cantik, Bu,” jawabku“Seberapa cantik?”“Kalau saya membuat range penilaian dari satu sampai sepuluh, kecantikan Kurnia Sari ini saya beri poin tujuh koma lima. Tapi, manisnya, perfect!”“Hehehe, kamu pandai menilai orang ya?”“Tidak juga.”“Nah, kalau saya, kamu beri poin berapa?”“Nol!” jawabku dalam hati.“Berapa, Ko?”“Nol koma nol!” jawabku lagi dalam hati.“Ko, kamu beri poin berapa untuk saya?”“Nol koma nol nol nol nol nooool..!” jawabku tetap dalam hati.“Ko?!” Ibu Joyce tetap mengejar.Mana mungkin aku berani mengucapkan nol koma nol yang tadi. Maka, supaya Ibu Joyce tidak mendesakku lagi, ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

Bab 87: Warming Up

Bab 87: Warming Up            “Yonif? Tim dari mana ini?”“Yonif, alias Batalyon Infanteri.”           Beberapa teman setimku langsung menarik nafas yang cemas. Sementara aku yang tidak mengetahui peta kekuatan tim-tim voli di kota Bandar Baru ini bersikap biasa saja mendengar itu. Kalaupun ada sedikit rasa gentar, itu terutama disebabkan oleh kata ‘Yonif’ atau ‘Batalyon Infanteri’ yang terdengar sangat ‘huraaa!’. Maksudku, wibawa militernya begitu dahsyat.           Apakah kami akan berhasil mengalahkan tim voli Yonif ini?           Apakah kami akan berhasil mengharumkan nama kampus kami?    &n
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

Bab 88: Sikat Habis

Bab 88: Sikat Habis  “Mas Joko..! Mas Jokoooo..!”Ada yang memanggilku! Sontak saja aku berdiri dan menolah-noleh untuk mencari asal suara. Hemm, ini pasti hanya perasaanku saja, karena ternyata tidak ada orang yang memanggil namaku. Aku segera kembali ke dalam lapangan untuk melanjutkan pemanasan bersama rekan-rekan setimku yang lain, yaitu, Budiharto sebagai spiker, Reza sebagai all round spiker, Batara sebagai quicker, Charles sebagai setter, dan Parlin sebagai libero.  Suara riuh dari ribuan penonton semakin menggila, ketika lima orang wasit dengan seragam biru langit berlogo resmi PBVSI memasuki lapangan dan menempati posisinya masing-masing. Mereka-mereka itu terdiri dari; satu orang wasit utama yang akan memimpin jalannya pertandingan, satu orang sebagai wasit kedua, satu orang sebagai pencatat skor, dan dua orang lainnya sebagai hakim garis.Sementara di sisi kanan tribun, dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Bab 89: Sayur

Bab 89: Sayur            Priiiiiitt..! Maka, pertandingan pun dimulai.           Tim kami, yaitu STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer) melakukan serve lebih dulu. Di pojok belakang, Budiharto tampak menimang-nimang bola, lalu memukul bola itu ke arah bidang lapangan Yonif.            Bola yang melaju lumayan deras itu diterima oleh tim Yonif dengan passing yang cukup baik. Bola melambung lembut ke arah sang setter, yang dengan segera ditolaknya ke atas untuk memberikan umpan kepada…, tiga penyerang tim Yonif melompat bersamaan, mana yang akan..,           Buuumm..!           “Haah?
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Bab 90: Kalah dengan Cara Terhormat

Bab 90: Kalah dengan Cara Terhormat Bhhuuuumm..!!! Bola yang aku pukul mendarat telak di tengah bidang lawan! Tanpa ada satu orang pun yang menduga, tanpa ada satu orang pun yang menangkis atau menepis. Semua lawan terpana, saling berpandangan dan serba salah. Syukurlah, batinku. Rasanya sekarang, ooh.., aku sudah bisa buang angin setelah perut kembung semalaman. Mana? Mana tadi para penonton yang berteriak “nomor lima sayur”? Ingin sekali aku melihat bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Serangan telak yang membuahkan poin itu berhasil mendongkrak semangat kawan-kawanku. Dengan kedudukan skor yang kini telah berubah menjadi 10-1 maka mental kami yang tadi sempat jatuh pun telah kembali. Apalagi kemudian, aku langsung mendapat giliran serve. Untuk ancang-ancang memukul bola di permulaan pertandingan ini aku sengaja berjalan sedikit jauh dari garis belakang. Semua orang sudah menduga bahwa aku akan melakukan jump serve, yaitu pukulan pertam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
24
DMCA.com Protection Status