Home / Romansa / Susahnya Jadi Mas Joko / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Susahnya Jadi Mas Joko: Chapter 71 - Chapter 80

231 Chapters

Bab 71: Dari Lapangan Voli

Bab 71: Dari Lapangan Voli  Pada kedatanganku ke kampus sebelum-sebelum ini, yaitu ketika mencari informasi dan mendaftar, aku tidak sempat berjalan berkeliling untuk melihat apa-apa saja fasilitas yang ada di kawasan sekolah tinggi ini.           Maka, ketika memasuki jeda perkuliahan pada pukul lima sore, aku berjalan mengelilingi areal kampus yang lumayan luas ini. Ada beberapa gedung yang rata-rata terdiri dari dua atau tiga lantai. Ada gedung serbaguna, di dalamnya ada ruang auditorium, perpustakaan juga ada. Di sebelahnya ada mushola dengan kelir hijau yang lumayan eksotik.           Aku terus ke belakang, mengikuti suara orang-orang ramai, dan papan penunjuk arah dengan tulisan-tulisan sebagai berikut; lapangan olah raga, kafetaria, sekretariat Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam). Hingga
Read more

Bab 72: Jump Serve

Bab 72: Jump Serve            Resti mematung, demikian juga jarinya yang sedang menggantung di atas touchpad notebooknya. Aku pun menanyakan sesuatu hal lagi untuk memastikan bahwa aku tidak salah orang.           “Tepatnya di jalan Taman Karya?”           Resti kini menoleh padaku. Matanya menelisik dan keningnya sedikit mengernyit. Mimik wajahnya tampak seperti sedang berpikir, seperti sedang mengingat-ingat barangkali dia pernah bertemu atau mengenalku entah di mana.           “Betul?” tanyaku lagi yang penasaran. “Kamu tinggal di Tuah Madani tepatnya di jalan Taman Karya?”           Resti menyip
Read more

Bab 73: Lima Belas Menit

Bab 73: Lima Belas Menit Jump serve yang aku lakukan ternyata mengundang decak kagum orang-orang yang ada di sekitar lapangan voli, baik para pemain maupun para penonton. Hingga selanjutnya ada seseorang yang mungkin dia adalah pengurus klub atau tim, mendaulatku untuk masuk lapangan dan bermain.           Aku menolak dengan halus.           “Eh, maaf, saya lagi kuliah. Ini kebetulan sedang jam istirahat.”           “Kuliah? Oh, Mas-nya kuliah kelas Sabtu-Minggu?”           “Iya.”           Disusul kemudian oleh beberapa orang lainnya yang memintaku dengan maksud serupa.
Read more

Bab 74: Berani Sumpah

Bab 74: Berani Sumpah  “Apa??” tanya Alex yang terkejut dari seberang telepon sana. Nada suaranya seakan tidak percaya dengan apa yang barusan aku katakan.“Kamu dengar apa yang aku bilang tadi toh? Untuk apa aku bilang lagi.”“Kamu serius, Ko?”“Iya, Lex, aku serius.”“Kamu ketemu Resti?”“Iya.”“Resti anaknya Tante Resmi?”“Iya.”“Kok bisa?”“Kami teman sekelas, Lex. Satu angkatan juga.”“Anjrit!”“Hahaha..!” Aku tertawa.“Kamu bohong kan, Ko?”“Enggak, Lex.”“Gimana ceritanya dia bisa sekelas dengan kamu??”“Nah, itu juga yang bikin aku penasaran. Karena, terakhir kali kamu cerita ke aku kan, dia mandeg kuliah gara-gara depres
Read more

Bab 75: Mas Tentara

Bab 75: Mas Tentara  “Baiklah, Mas Joko..., libur semester sudah berakhir. Sekarang aku sudah mulai masuk kuliah lagi. Ini adalah semester baru, dengan mata kuliah yang baru, dan juga dengan semangat yang tentu saja baru.”           “Akan tetapi, sayangnya untuk beberapa waktu ke depan, sepertinya Mas Tentara tidak bisa menemui atau bahkan menjemput aku sepulang kuliah. Dia akan melaksanakan tugasnya sebagai prajurit kebanggaan negeri ini. Dia akan menunaikan darma baktinya sebagai seorang kesatria pada nusa bangsa yang tercinta ini.”           “Jujur Mas, aku merasa sedih ketika dia bilang akan pergi ke suatu medan tempur. Tanpa ada kepastian bahwa dia akan kembali dengan selamat dan utuh. Dia begitu tegar ketika pamit padaku waktu itu. Dia bilang, merahnya dar
Read more

Bab 76: Pulpen Pinjaman

Bab 76: Pulpen Pinjaman  Aku begitu bersemangat menjalani kuliahku. Tak sabar rasanya untuk selalu pergi ke kampus, menerima materi, dan mencari-cari kesempatan untuk bisa kembali bermain voli. Lima hari jeda, yaitu antara Senin sampai Jumat, bagiku itu terasa sangat lama.           Menuk dan Yana sudah mengetahui perihal aku yang sudah berkuliah, dan demikian juga dengan Ibu Joyce. Dua orang pertama, mengetahuinya dari mulutku sendiri ketika bertemu di antara kesibukan kerja di kantor Benua Trada. Lalu orang terakhir, si jus mengkudu itu mengetahuinya dari pesan singkat yang aku kirimkan kepadanya dengan sangat terpaksa.           Hari Minggu yang lalu, di saat sesi perkuliahan sedang berlangsung, tepat di saat aku sedang mencuri-curi pandang pada Resti, tiba-tiba saja Ibu Joyce menelepon a
Read more

Bab 77: Bukan Siapa-siapa

Bab 77: Bukan Siapa-siapa  Pada jam istirahat, aku bertemu lagi dengan salah seorang pengurus klub voli, yang ternyata dia itu adalah anggota Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) sekaligus salah satu pengurus di dalam BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) pada kampus ini.           Dia mengajakku lagi untuk bermain voli. Walaupun betapa inginnya aku ikut bermain, tetapi sayang aku tidak bisa menerima tawarannya kali ini. Aku lupa membawa kaus ganti seperti biasa aku lakukan di hari-hari kerjaku selama ini. Jadwal kuliahku masih panjang, paling tidak sampai jam sepuluh nanti malam, dan aku tidak ingin mengganggu teman sekelas dengan bau keringatku di sepanjang perkuliahan. Lagipula, aku sudah punya janji dengan Resti.           “Oh, begitu? Kalau besok? Besok main ya?”    
Read more

Bab 78: Cinta Dari Kalender

Bab 78: Cinta Dari Kalender  “Iiiih..! Sebenarnya kamu ini siapa sih, Mas?? Jawab sekarang!”             “Iya, iya, aku jawab sekarang,” kataku sambil berusaha menepis tangan Resti yang tetap ingin mencubiti aku.           “Jangan mencla-mencle lho, aku cubit lagi nanti!”           “Iya, iya, jadi begini, Resti. Nama aku Joko Adiguna Jalayuda Atmojo. Aku berasal dari Selat Panjang..,”           “Jangan bertele-tele!”           “Iya, iya, kita sedang menuju ke sana, langsung ke rumah kamu. Jadi, lebih kurang satu tahun yang lalu aku perg
Read more

Bab 79: Ada Apa Dengan Pulpen

Bab 79: Ada Apa Dengan Pulpen  Perkenalanku dengan Resti yang cukup mengesankan itu membuat kami berdua segera akrab. Di sesi pekuliahan berikutnya kami selalu duduk bersamping-sampingan. Lalu sebelum pulang, kami masih menyempatkan diri untuk berbincang.           “Mas Joko, jadi sekarang tidak tinggal bersama Alex lagi ya?”           “Iya. Sekarang aku tinggal di kos sendiri.”           “Ngekos? Di mana?”           “Di jalan Ikhlas.”           “Di jalan Ikhlas? Di mana tuh?”           
Read more

Bab 80: Antara Komputer dan Bola Voli

Bab 80: Antara Komputer dan Bola Voli  Setelah perkuliahan berakhir, aku berbincang-bincang dengan beberapa teman kuliahku. Salah satu yang kami bahas adalah materi kuliah dan tugas-tugas yang diberi oleh dosen kami. Dari sini aku mengambil kesimpulan, bahwa aku tidak mungkin terus-terusan merental komputer untuk mengerjakan aneka macam tugas itu.           Teknik informatika komputer, jurusan yang aku ambil ini pada akhirnya akan mempelajari berbagai bahasa pemrograman. Seperti Visxual Basic, Jaxva, Delpxhi dan lain-lain. Maka ini tidak bisa ditawar-tawar lagi, aku harus memiliki komputer untuk mempelajari berbagai macam bahasa pemrograman itu.Lalu mengingat fleksibilitas dan juga mobilitas, sepertinya komputer jinjing atau laptop adalah pilihan yang paling masuk akal. Akan tetapi, yang sedikit tidak masuk akal adalah kemungkinanku bisa memiliki laptop
Read more
PREV
1
...
678910
...
24
DMCA.com Protection Status