Home / Romansa / Susahnya Jadi Mas Joko / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Susahnya Jadi Mas Joko: Chapter 51 - Chapter 60

231 Chapters

Bab 51: Wanita dalam Telepon

Bab 51: Wanita dalam Telepon  “To the point saja, Lex,” kataku. “Jangan mencla-mencle begini.”“Kasih tahu tidak, yaaaa?”“Lex, kamu ini niat nelepon tidak sih?”“Kenapa?”“Kamu mau ngasih tahu apa?”“Resti, Ko, Resti!”“Resti?” Aku langsung antusias. “Maksud kamu, Si Resti anaknya Tante Resmi? Pemilik kontrakan yang kamu tempati?”“Yo’i, itu dia.”“Ada apa dengan dia?”“Dia sudah putus dari pacarnya, Ko.”Sebenarnya, aku ingin menyahut dengan, “So, apa hubungannya dengan aku?” Akan tetapi, tentu saja tidak etis, bukan? Ini Alex lho, sahabat baikku, sahabat karib yang telah banyak menolong aku selama ini, seorang kawan yang seumur-umur belum pernah merasakan pacaran!
Read more

Bab 52: Bibit Cinta yang Bertunas

Bab 52: Bibit Cinta yang Bertunas  Dan, surprised-nya aku, karena yang menelepon aku sekarang ini adalah…, Jus Mengkudu! Alias Joyce Angelique si manajer kalajengking itu!            Huh, mengganggu saja, gerutuku dalam hati. Biarkan saja, aku tidak ingin mengangkatnya, dan aku tidak perlu me-reject-nya. Aku biarkan saja Si Jus Mengkudu itu bolak-balik meneleponku dan aku tetap kembali kepada Alex untuk melanjutkan obrolan. Pada satu detik momen yang kusadari, aku menyesal karena tidak menyetel teleponku supaya hanya bisa menerima satu panggilan saja.           Namun, anehnya, aku merasa senang pula dengan setelan ponselku yang begini. Dengan demikian supaya Ibu Joyce bisa terus-terusan meneleponku dan aku tetap tidak mengacuhkannya.     
Read more

Bab 53: Laki-laki di Lampu Merah

Bab 53: Laki-laki di Lampu Merah  “Mas Joko, aku mendengar desas-desus bahwa ternyata kamu tidak tinggal di Selat Panjang lagi. Ada yang bilang kamu sudah lama meninggalkan kota kelahiran kita. Dan masih menurut desas-desus yang aku dengar, kamu pergi merantau jauh, ke manaaa..gitu ya. Entah Kalimantan entah Papua.”           “Syukurlah. Itu artinya, kans aku bertemu dengan kamu lagi akan semakin kecil pula. Bahkan, nihil. Aku tahu, Mas. Kamu pasti malu, kan? Kamu pasti tidak tahu di mana mau menaruh muka kamu itu? Iya, kan?”           “Itulah akibatnya kalau kamu menomorsatukan nafsu di atas segalanya! Sudah jelas ada aku yang suka kamu, eeeh.., kamunya malah memilih ibuku. Main paksa pula tuh! Gilak enggak, tuh? Ya gilaklah!”     
Read more

Bab 54: Bayangan Cinta

Bab 54: Bayangan Cinta  Minggu pagi, di teras kamar kosku. Aku mengelus-elus dan mengelap-elap sepedaku dengan khusyuk. Aku menikmati betul proses ini seiring rasa syukurku memiliki sepeda, alat “pemanjang langkah kaki” yang bahkan tak pernah terpikirkan aku bisa memiliki dengan merek ternama dan berharga mahal ini. Beruntunglah aku yang pernah membantu seorang staf Benua Trada waktu boyongan pindah rumah, dan menghadiahi aku sepeda yang sudah tidak pernah ia pakai lagi, komplit dengan segala asesoris dan perlengkapannya.            Aku mengambil kain lap dan cairan pengilap cat, lalu menggosok-gosokkannya ke sepedaku untuk membuatnya kinclong. Beres dengan sepeda, aku juga membersihkan helm dan mengilapkannya lagi dengan cairan pembersih. Sembari melakukan aktifitas ini, aku membawa pikiranku berkelana.Dugaanku dulu te
Read more

Bab 55: Yana Cemburu

Bab 55: Yana Cemburu  Betapa terkejutnya aku saat menyadari ada sesosok wanita di belakangku, dan bayangannya terpantul pada kaca di depanku!           Sontak saja aku segera berbalik, dan mendapati Yana yang sedang berdiri sembari bersedekap. Aku lihat, tangan kanannya yang terlipat di dada itu sedang memegangi ponselnya sendiri.           “Hemmh, ternyata kamu, Yan,” kataku serentak lega. “Aku kira siapa tadi.”           Yana tidak bereaksi dengan kata-kataku barusan. Beberapa saat ia terus memandangi aku dengan sorot yang sekarang begitu sulit untuk aku artikan. Wajahnya tampak sedikit masam, seperti sedang kesal, atau seperti baru menjalani hari pertama dari tujuh hari masa haidnya.   &n
Read more

Bab 56: Menuk Juga Cemburu

Bab 56: Menuk Juga Cemburu  Tiba-tiba saja Yana menolehkan lagi wajahnya ke arahku, lalu dengan sedikit histeris ia pun membentak.           “Iya!”           Sontak saja aku langsung terbungkam. Aku seperti mendapat kejutan listrik yang membuatku tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Beberapa detik aku tetap terpaku dengan mulut setengah terbuka, menatap Yana dengan pandangan ragu antara mimpi dan nyata. Untungnya, Yana menolongku dengan segera membalikkan badan, lantas meninggalkan aku begitu saja. Langkah kakinya yang tergesa-gesa menciptakan sebuah suara yang semakin jauh. Tetapi, ritmenya menggema di dalam hatiku yang selama ini sepi dan sunyi.           Aku mendesah, sekali menelan ludah, lalu me
Read more

Bab 57: Ibu Joyce Juga Cemburu?

Bab 57: Ibu Joyce Juga Cemburu?  “Kamu dipanggil Ibu Joyce,” kata Ibu Kemas.Aku yang terkejut mendengar itu segera bertanya. “I..ibu Joyce ke sini?”“Iya.”“Sudah di sini?”“Iya, sekarang sedang menunggu kamu.”“Di mana, Bu?”“Di ruangan CS.”“Kira-kira ada urusan apa ya, Bu?”“Nah, kamu, kira-kira kamu bikin masalah apa lagi?”“Seingat saya, tidak ada sih, Bu.”“Tapi kelihatannya dia sedang jutek begitu.”Kata-kata Ibu Kemas itu mulai membuatku cemas. Beberapa saat aku mengedarkan pandanganku ke sekitar, menatap bagian-bagian gedung yang belum aku bersihkan.“Sudah, tinggalkan saja. Nanti biar saya yang meneruskan.” “I, i..iya, Bu. Terima kasih.”Aku segera
Read more

Bab 58: Mimpi yang Nyata

Bab 58: Mimpi yang Nyata  “Alhamdulillah, Mas Joko, aku sudah selesai menjalani ujian akhir semester. Semuanya bisa aku lalui dengan mudah, khususnya di mata kuliah Biologi Reproduksi. Apalagi Biologi Reproduksi, aku yakin kami semua teman sekelas mendapat nilai A Plus. Hihihi.., bukan, bukan, aku bukan mau membahas soal ‘kepala bulus’ yang itu. Ah, sudah, ah. Aku jadi malu.”"Eh, Mas Joko, aku baru sadar, lho. Sepeda yang dinaiki seorang lelaki yang sering kulihat di lampu merah itu ternyata merek terkenal. Pastinya, harganya juga mahal. Aku sampai bilang ‘buset’ waktu diberi tahu seorang teman tentang harga sepeda dengan merek itu.”           “Sepeda, tapi harganya sama dengan motor, tentu tidak semua orang bisa memilikinya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mau menggelontorkan uang demikian ba
Read more

Bab 59: Di Bawah Selimut

Bab 59: Di Bawah Selimut  Pelan-pelan pula aku menyingkap selimut supaya aku bisa melihat.., Ya Allah!           Ibu Joyce!Sontak saja jantungku berdegupan dengan sangat kencang. Darahku mendesir laju seiring dengan ketakutan yang meremas-remas hatiku. Beberapa saat aku masih membujur kaku di atas ranjang, berusaha mencerna apa yang telah terjadi pada diriku, sekaligus merasa bingung pada pilihan-pilihan yang harus aku lakukan sekarang.           Otakku yang mulai kembali dalam kesadaran penuh segera bekerja untuk menalari kejadian semalam. Namun sebelum itu, aku harus memastikan terlebih dahulu sedang bagaimana kondisi tubuh Ibu Joyce di bawah selimut ini.           Sekali lagi aku mengangkat ujung selimut untuk
Read more

Bab 60: Akibat Gigitan Nyamuk

Bab 60: Akibat Gigitan Nyamuk  Tok, tok, tok!           “Joko!”           “Buka pintunya!”           Itu adalah suara Alex. Hemm, sahabat baikku itu semakin membuat aku merasa tak enak hati saja. Sejak pindah dari rumah kontrakannya dan mandiri di kosku sendiri, belum sekali pun aku mengunjungi dia.           Satu-satunaya niatku yang telah kurencanakan dengan matang, harus batal gara-gara aku tergiur dengan bayangan upah seandainya aku menyemprot kebun milik Ibu Joyce, yang ternyata, ternyata.., ah, tiba-tiba aku menjadi ingin marah.           “Joko!”      
Read more
PREV
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status