Semua Bab Susahnya Jadi Mas Joko: Bab 31 - Bab 40

231 Bab

Bab 31: Seperti Mau ke Pantai

Bab 31: Seperti Mau ke Pantai  Hingga kemudian, aku menunduk untuk melihat pada cover novel yang tengah tertelungkup di atas dada Ningsih itu. Aku membaca judulnya, yaitu..,           Aaakh..! Pada saat itulah aku terbangun karena gigitan seekor nyamuk. Sayang, sayang sekali aku tidak sempat membaca judul novel di dalam mimpiku tadi. Rasanya ada yang mengganjal, membuat penasaran, seperti menonton sinetron namun di tengah adegan yang genting malah mati lampu.           Aku menghirup nafas sekali lagi, dan sekali lagi aku mereguk air putih dari botol minum sampai benar-benar tandas. Sungguh, aku merasa sangat penasaran dengan mimpiku barusan. Terlebih lagi pada judul novel yang dibaca Ningsih di dalam mimpi. Aku kemudian berpikir, mungkin aku bisa melanjutkan mimpiku dengan kembali t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-26
Baca selengkapnya

Bab 32: Di Jalan Yang Benar

Bab 32: Di Jalan Yang Benar  Alex, sahabat karibku sejak SMP ini memang unik. Dia orang dengan tipe easy going, optimis, dan gentleman terhadap nasibnya sendiri. Maksudku, ikhlas dan berlapang dada menerima hidupnya. Aku sudah bilang rambutnya sedikit keriting? Aku bilang “sedikit” sebenarnya untuk menghaluskan saja. Karena faktanya rambut dia lebih keriting dari sekadar keriting. Oh, sudahlah, aku tidak ingin melanjutkan ke pembahasan soal kulitnya yang “sedikit” gelap.            Ups, maaf. Karena sungguh, kata “keriting” yang aku maksud di atas tanpa ada maksud untuk memaknainya dalam pengertian yang buruk. Karena, dalam sudut pandang yang lain itu bisa berarti style, atau gaya, dan berapa banyak orang yang berambut lurus namun sengaja menggulungnya supaya menjadi keriting. Bahkan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-27
Baca selengkapnya

Bab 33: Kena Mental

Bab 33: Kena Mental  Aku harus menceritakan terlebih dulu perihal rumah Alex di Selat Panjang sana. Begini, bentuk dan ukurannya tidak jauh berbeda dengan rumah orangtuaku sendiri. Hanya saja, letaknya lebih jauh dari pusat kota kecamatan dan sudah berada di kawasan pedesaan.           Rumah Alex merupakan bangunan semi permanen, dengan susunan batu bata tanpa plaster di bagian bawahnya dan susunan papan di bagian atasnya. Daun jendelanya juga terbuat dari papan. Atapnya terbuat dari seng, berwarna coklat dan karatan. Lantainya hanya acian semen. Tanpa plafon dan tanpa dekorasi arsitektur yang macam-macam. Jika pun ada sesuatu yang dapat dikatakan “plus”, adalah kandang sapi di belakang rumahnya itu.Singkat cerita, rumah Alex itu memang sederhana sekali. Maka sekarang, iya, sekarang ini, ketika dia berdiri di hadapan sebuah rumah mew
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-28
Baca selengkapnya

Bab 34: Akal Bulus

Bab 34: Akal Bulus  “Halo?” sapaku, yang segera disambut oleh sebuah suara dari seberang sana.“Halo? Bu Kemas?”Aku langsung mengernyitkan kening. Mencari Ibu Kemas, tetapi aku yang ditelepon?  Ah, siapa pula ini? Batinku. Jangan-jangan, ini adalah telemarketer, bermaksud menawari aku asuransi atau pinjaman kredit macam-macam.  “Maaf, saya bukan Bu Kemas,” sahutku datar.“Jadi, ini siapa?”Beberapa detik aku mencoba mengenali suara orang dari seberang telepon sana. Aku tidak pernah mendengar warna suara yang sengau seperti sedang pilek ini. Entah mengapa, sejak aku diburon oleh Pak Sadeli, aku selalu was-was jika ada orang asing yang menelepon aku.“Nah, kamu sendiri siapa? Kok bisa menelepon saya? Kok tahu nomor saya?”“Hemm, ini, kamu.., kamu Joko, kan?”Lho? Kok, di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-29
Baca selengkapnya

Bab 35: Minuman Kaleng

Bab 35:  Minuman Kaleng  Joyce Angelique meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangan. Beberapa saat ia terus menunduk dengan wajah yang tertutup itu. Bibirnya tersenyum-senyum karena geli. Isi benaknya juga masih semarak dengan suara-suara percakapan antara dirinya dengan Joko barusan tadi.           Ada rasa malu di dalam hati sang manajer ini, malu dari jenis yang menyenangkan. Itu pula yang membuat ia kemudian tertawa di dalam ruang kantornya.           “Joko.., Joko.., kurang ajar kamu, ya? Kok bisa sih aku kangen sama kamu? Hah?”           “Nomor telepon Bu Kemas memang aktif kok, tapi aku sengaja menelepon kamu dan berpura-pura. Akting-akting sedi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-29
Baca selengkapnya

Bab 36: Kisah Si Calon Bidan

Bab 36: Kisah Si Calon Bidan  “Aku ingin memberi tahu kamu, Mas Joko, dan terserah kamu apakah kamu peduli dengan apa yang aku katakan ini atau tidak. Aku bersyukur, karena aktifitasku sebagai mahasiswi di akademi kebidanan ini sudah mulai bisa aku jalani dengan sepenuh hati.”“Meskipun, pada awalnya, akademi kebidanan merupakan pilihan keduaku dalam meneruskan pendidikan, namun sepertinya ini sudah tepat. Tepat untuk kehidupanku di masa yang akan datang, dan tepat pula dengan cita-cita aku waktu masih kecil dulu.”“Bidan, abdi masyarakat yang bertugas melayani orang di bidang kesehatan, khususnya yang terkait dengan perempuan, keren bukan? Aku bahkan sudah bisa membayangkan diriku yang di suatu saat nanti akan membantu persalinan seorang perempuan. Menolong Si calon ibu ketika melahirkan, dan juga menolong Si jabang bayi untuk keluar dan menyambut kehidupannya di dunia i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-30
Baca selengkapnya

Bab 37: Tubuhnya Berbuku-buku

Bab 37: Tubuhnya Berbuku-buku  Beberapa hari kemudian…,Sejak aku tinggal di kosku sendiri, aku memang belum pernah mengunjungi Alex di rumah kontrakannya, satu kali pun. Dialah yang selalu mengunjungi aku dan ia bisa bebas melakukan itu kapan saja karena ia memiliki motor.Pikir punya pikir, aku lalu bermaksud untuk menjaga silaturahmi, ikatan persahabatan sekaligus menjaga perasaan seorang kawan yang baik hati itu. Aku sudah mengatur sebuah rencana, hari Sabtu besok aku akan pergi ke rumah kontrakannya.           Aku akan naik angkot, dan malamnya, aku akan menginap di rumah dia. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan pada Alex terkait kehidupanku di Bandar Baru ini, dan juga segala rencana yang berkaitan dengan masa depan, khususnya niatku berkuliah dan juga Ningsih. Sekalian saja, aku ingin menghibur dia pasca ‘kena menta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-01
Baca selengkapnya

Bab 38: Ikan Salah Nama

Bab 38: Ikan Salah Nama  Selesai dengan teleponnya itu, Ibu Joyce kemudian meletakkan ponsel di konsol tengah mobilnya. Konsentrasinya sekarang dalam mengemudi sudah kembali seratus persen. Eh, tidak, ding! Karena kemudian…,           “Nah, begini, Joko. Sesuai dengan pembicaraan kita di telepon tadi. Hari ini saya minta tolong kamu untuk membenahi rumah saya dulu. Pipa penyalur air cucuran dari atap bagian belakang rumah saya sudah pecah. Makanya kalau hujan airnya melimpah ke mana-mana. Sampai masuk ke dapur lagi. Kamu bisa betulkan itu, kan?”           “Bisa, Bu. Asal ada alat-alatnya, saya bisa.”           “Alat-alat apa yang kamu butuhkan?”        
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-02
Baca selengkapnya

Bab 39: Kucing Salah Nama

Bab 39: Kucing Salah Nama  “Eh, Bu, untuk pipa pengganti dan lemnya nanti bagaimana, Bu?” tanyaku mengalihkan perhatian.“Oh, itu, nanti saya beli. Tinggal telepon saja. Kebetulan yang punya toko material masih ada hubungan kerabat dengan saya.” Perjalanan kami pun berlanjut lagi, menyusuri jalan raya yang traffic-nya ramai dan lancar. Entah sudah berapa kali kami berhenti di lampu merah, juga entah sudah berapa kali mobil Ibu Joyce ini berganti arah. Pada saat ini aku sudah disoriented, tidak tahu lagi di mana timur dan di mana barat. Aku yang masih tergolong baru tinggal di kota Bandar Baru ini, pasti akan bingung jika harus kembali pulang ke kosku sendiri. Lima belas menit kemudian, barulah…,“Nah, kita sudah sampai,” kata Ibu Joyce, bersamaan dengan tangan kirinya yang menarik handbreak mobilnya, kr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-02
Baca selengkapnya

Bab 40: Godaan Di Bawah Tangga

Bab 40: Godaan Di Bawah Tangga  Hampir saja aku jatuh, ketika tiba-tiba Ibu Joyce bertanya padaku.“Kamu sudah punya pacar, Ko?”Lho?? Aku kira Ibu Joyce tadi pergi, masuk ke rumah dan tidur siang atau bagaimana begitu. Ternyata, ia malah terus berdiri di dekatku, mengawasi semua yang aku kerjakan.“Belum, Bu,” jawabku sembari berutak-atik di atas tangga.“Serius?”“Serius, Bu.”“Bohong kamu.”“Tidak, Bu. Saya tidak bohong.”“Yang bener?”“Iya, Bu.”“Serius kamu, Ko?”“Iya, saya serius, Bu.”“Jujur sajalah, Ko.”“Ini saya jujur kok, Bu.”Aku memang jujur, kok, sambungku lagi dalam hati. Ketika Menuk menanyakan hal serupa beberapa hari yang lalu, dan demikian juga Yana
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status