Home / Romansa / Susahnya Jadi Mas Joko / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Susahnya Jadi Mas Joko: Chapter 41 - Chapter 50

231 Chapters

Bab 41: Perempuan Di Dalam Mimpi

Bab 41: Perempuan Di Dalam Mimpi  Tentang sepeda yang aku tinggalkan di kantor Benua Trada, maksudku tentang transportku pulang, ini yang selanjutnya menjadi persoalan. Aku berharap Ibu Joyce memberi uang saja padaku supaya aku bisa naik bus metro, angkot, atau taksi.           Namun, rupanya ia sendiri yang berkenan untuk mengantarku pulang, kembali ke kantor Benua Trada untuk mengambil sepedaku. Dia bilang tadi, sekalian ada keperluan di luar dengan seseorang. Ia lalu menyuruhku untuk menunggu sebentar, sementara dia mandi dan bersalin baju.           Setelah dipersilahkan, aku duduk di ruang keluarga yang cukup besar, di sebuah sofa yang cukup empuk sembari menikmati segelas teh manis dan beberapa camilan yang disiapkan oleh pembantu Ibu Joyce tadi.      &nbs
Read more

Bab 42: Antara Novel dan Lelaki Romantis

Bab 42: Antara Novel dan Lelaki Romantis            Namun, yang membuat aku gemetar adalah gambar covernya! Yaitu.., seorang perempuan yang tengah berbaring di atas sebuah hammock atau ayunan pantai dan sedang membaca buku. Aku, aku.., aku teringat Ningsih di dalam mimpiku!           Bulu-bulu di belakang tengkukku berdiri lagi!           Aku terus saja memperhatikan novel yang letaknya di dalam deretan itu telah menyalahi posisi, seperti habis dibaca orang dan diletakkan begitu saja. Gambar covernya sendiri berupa lukisan abstrak yang dapat dikatakan juga semi natural. Karena sketsa seorang perempuan yang berbaring di atas hammock itu begitu kentara. Demikian juga dengan buku yang sedang dipegangnya.    
Read more

Bab 43: Kata Yang Bersayap

Bab 43: Kata Yang Bersayap  “Saya mohon, Bu, berilah saya sedikit uang supaya saya bisa naik bus atau angkot.”Ibu Joyce kemudian tersenyum. Anehnya, sekarang dia berkata pula, “Ya sudah, kamu masuk ke mobil. Saya antar kamu sekarang.”Aku sampai melongo mendengar kata-kata Ibu Joyce itu. Plin-plannya sikap dia sekarang ini seperti terlemparnya uang koin, berbolak-balik dengan begitu cepatnya. Maka, sebelum Si uang koin itu jatuh di telapak tangan, sebelum Ibu Joyce berubah pikiran lagi segera saja aku masuk kembali ke dalam mobilnya.Aku memang tidak punya pilihan, selain mengharap belas kasihan dari Ibu Joyce. Aku sudah duduk di dalam mobil, tetapi Si manajer bertato kalajengking ini malah membuang pandangannya ke sisi kanan sana. Ia tampak seperti sedang menyembunyikan ekspresi wajahnya yang.., entahlah. Ada yang musykil untuk dijelaskan di sini. Apa pun itu, aku mula
Read more

Bab 44: Kacang di Balik Peyek

Bab 44: Kacang di Balik Peyek  Beberapa hari kemudian, Ternyata, acara ulang tahun perusahaan Benua Trada seperti yang pernah aku dengar dari Ibu Joyce itu memang benar adanya. Menuk, yang lagi-lagi memberiku kue bolu, plus minuman kaleng, menceritakan tentang itu semua ketika diam-diam mengunjungi aku di teras belakang gedung.           “Acara ini tidak setiap tahun diadakan sih. Sejak aku bekerja di sini, seingatku baru dua kali, dan yang akan diselenggarakan ini adalah kali yang kedua.”           Aku mengangguk, lalu menyantap kue bolu pemberian Menuk tadi. Syukurlah, kali ini tidak ada rasa seperti busa kasur bekas. Aku sampai menunduk untuk diam-diam meneliti kotak kue yang aku pegang. Di dalam hati, aku tersenyum. Menuk sudah lebih cerdas sekarang. Kare
Read more

Bab 45: Yang di Sebelahnya Lagi

Bab 45: Yang di Sebelahnya Lagi  Hingga kemudian, tibalah hari akhir pekan yang diharap oleh Menuk dan juga Yana. Semenjak Sabtu pagi aku telah mematikan ponselku. Lalu siangnya, ketika jam kerjaku telah berakhir, aku langsung saja kabur, mengambil sepedaku dan pulang ke kos.           Perasaan di dalam hatiku bercampur-aduk. Pokoknya macam-macam. Namun, di antara semuanya, salah satu yang mendominasi adalah rasa jengkelku pada Ibu Joyce. Sudah satu minggu dan dia tetap tidak menghubungi aku, untuk membayar upahku, untuk mengkonfirmasi progres lanjutan terkait menyemprot kebunnya. Hemm, biar saja! Jika nanti atau besok dia menelepon aku di saat ponselku mati, biar saja! Upahku tidak dibayar? Sekali lagi, biar saja, biar dia semakin gemuk. Makan itu upahku, Joyce!           Satu perasaan lain
Read more

Bab 46: Laki-Laki Bersepeda

Bab 46: Laki-Laki Bersepeda  “Kamu tahu, Mas? Kemarin, ayah dan ibuku datang ke sini lho, ke Bandar Baru. Mereka ingin menjenguk aku, mengantarkan uang kuliah dan uang saku. Ada urusan dinas juga, sekalian jalan-jalan dan pulangnya nanti mau mampir ke rumah seorang saudara.”           “Awalnya, aku khawatir pada ayahku. Soalnya, dia kalau nyetir mobil jarak jauh suka ngantuk. Rupanya dia menyewa seorang sopir untuk menyetir mobil ayah dari Selat Panjang sana. Syukurlah, tidak ada apa-apa dalam perjalanan mereka. Mungkin, selama beberapa hari ini Ayah akan menginap di Bandar Baru ini, di hotel dekat rumah kontrakanku. Dia bilang, mau mengikuti pelatihan atau seminar yang diadakan oleh kantor dinas pusat.”           “Mas Joko, ada satu kejadian yang membuat aku ti
Read more

Bab 47: Kejutan Anniversary

Bab 47: Kejutan Anniversary  Aku sampai terperanjat, dan untuk beberapa detik aku hanya terpana ketika Danil memberi jawaban kepadaku.       “Itulah yang pernah aku bilang, namanya Lusi, anaknya Pak Sugih Singadimeja.”Sontak saja aku menelan ludah. Ternyata, orang yang bernama Lusi itu adalah…, Lo Rena! Oh, seandainya Alex ada di sini, dia pasti lemas, jatuh terduduk dan sesak nafas. Dia pasti akan kena mental untuk yang kedua kalinya dan ini lebih dahsyat dari yang pertama. Sekalian saja dia bertobat dengan taubat nasuha.Aku sampai merutuk-rutuk di dalam hati. Betapa gilanya Si mantan gembala sapi itu sampai berani ‘mengepek’ seorang gadis tajir kaya raya, putri bungsu dari seorang konglomerat bernama Sugih Singadimeja. Bayangkan; Sugih Singadimeja! Sugih artinya kaya. Singadimeja artinya.. sudah jelas toh!  
Read more

Bab 48: Bersama Lucious

Bab 48: Bersama Lucious Aku pun menoleh, Ya Allah.., aku terkejut setengah mati. Rasanya, rasanya.., aku kena stroke ringan! Karena tepat di situ, dalam jarak lebih kurang enam meter dariku, ada Lo Rena yang tengah dikelilingi beberapa ibu-ibu penggawa Benua Trada Group.            Dia! Iya, benar, Lo Rena alias Lucious Renata yang memanggilku barusan!Sungguh tak kuduga, dan aku pun tadi luput memperhatikannya. Lucious Renata rupanya sedang berdiri tak jauh dari deretan stand makanan, sedang berbincang-bincang dan bersenda gurau, bersama wanita-wanita yang tentu saja  berasal dari strata ekonomi kelas atas.Aku, dengan tinggi badan 190 sentimeter ini, tentu menarik perhatian orang-orang yang sengaja atau tidak sengaja melihatku. Maka mungkin begitulah, secara tak sengaja Lo Rena melihatku yang tengah mendorong boks samp
Read more

Bab 49: Itunya Itu

Bab 49: Itunya Itu  Hari sudah lewat maghrib, dan kota Bandar Baru sudah sempurna gelap. Kerja ekstra yang aku lakoni di Benua Trada pasca anniversary tadi ternyata tidak membuat aku lelah yang berlebihan. Aku merasa masih memiliki cadangan tenaga dan juga semangat. Sehingga kayuhan sepedaku tetap terasa ringan saja, meskipun aku menggunakan setelan gigi yang kecil, alias berat.           Semua rasa ringan ini mungkin karena hatiku yang sedang senang sekarang. Syukurlah aku mendapat sedikit uang dari kerja lemburku di hari Sabtu ini. Uang yang diberi oleh pihak panitia anniversary Benua Trada, yang tadi disampaikan melalui tangan Ibu Kemas.           Dengan uang ini, aku bisa membeli nasi bungkus dengan lauk yang lumayan enak, porsi dobel. Satu lagi, jangan lupa, membeli pulsa dan paket inte
Read more

Bab 50: Lamunan di Kamar Mandi

Bab 50: Lamunan di Kamar Mandi  Joyce Angelique berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Entah mengapa ia merasa gelisah sejak pulang dari pesta ulang tahun Benua Trada Group. Dalam perjalanan pulang tadi, ia sempat mampir di suatu kafe untuk menemui seorang sahabat lama. Namun, tidak ada satu pun topik perbincangan dengan sahabatnya itu yang menarik minatnya. Ia lebih banyak berdiam diri, dan pikirannya terbang ke sana kemari.           Sampai di rumah, begitu ia keluar dari mobilnya segera disambut oleh Si Manis, kucing kesayangan yang namanya pernah ia palsukan dengan nama ‘Joko’.           “Joko! Jangan ganggu saya dulu ya!”           Dia palsukan lagi!        &
Read more
PREV
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status