Semua Bab Ketulusanku Dibalas Pengkhianatan : Bab 61 - Bab 70

150 Bab

Bab 61

"Kembaliannya ambil aja ya, dan tolong kasih tau mereka jika makanan mereka sudah di bayar, tapi katakan itu saat saya sudah bangkit dari tempat duduk ini," jelasku. Dia mengangguk paham dengan instruksiku."Baik, Bu! Terimakasih!" sahutnya.Aku mulai memasukkan ponselku dan dompetku ke dalam tas, dan beranjak dari tempat dudukku. Baru saja aku melangkah beberapa langkah, terdengar sang waiters memberitahu mereka jika makanan dan minuman mereka telah di bayar."Siapa yang bayar, Mbak!" tanya Mbak Siska."Mbak-Mbak itu yang bayar, Bu?" Aku melenggang hendak keluar kafe, sepertinya waiters itu menunjuk ke arahku.Langkahku semakin menjauh dari mereka tapi aku masih mendengar percakapan mereka, sengaja aku melangkah dengan pelan."Bukankah itu Sintya? Apa maksudnya dia membayar makanan kita? Apa jangan-jangan dia tadi denger semua obrolan kita?" ucap Mbak Siska, dari suaranya terdengar panik."Sintya!" panggil Mbak Siska.Aku yang sudah di ambang pintu keluar, menoleh sebentar ke arahny
Baca selengkapnya

Bab 62

POV YudiPagi ini aku datang ke rumah Sintya, kedatangan Eva yang menyusulku di rumah itu kemarin, membuat suasana semakin panas, entah harus bagaimana lagi caraku membujuk Sintya untuk mengurungkan niatnya untuk bercerai, memang tindakanku berselingkuh dengan Eva sudah menyakiti hatinya. Tapi apa dia tidak memikirkan perasaan Rizki, dia masih terlalu kecil, untuk memahami kondisi seperti ini.Aarrgghh!Teriakku yang masih berada di dalam kamar ini, menghadap cermin yang memantulkan bayangan wajahku sendiri. Aku mencintai mereka berdua, tak bisakah mereka berdamai, dan keduanya menjadi milikku?Eva sangat mempesona, bahkan dia sangat lihai di atas ranjang. Sintya ibu dari anakku, dia istri yang lembut, dan penurut, meskipun sikapnya menjadi berubah 180 derajat sejak aku ketahuan selingkuh."Ada apa, Mas? Kenapa kamu teriak-teriak begitu?" ucap Eva yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu, karena mendengar teriakanku."Ng–Nggak apa-apa, Va! Maaf, Sayang, aku harus ke rumah Sintya sekar
Baca selengkapnya

Bab 63

Mendengar kata maafku yang terucap, justru membuat Pak Imran Ayah mertuaku semakin marah, aku hanya pasrah duduk tertunduk di hadapanya, hingga beliau mengatakan sebuah surat perjanjian yang pernah aku tanda tangani sebelum menikahi Sintya.Sontak membuatku mengangkat kepalaku, dan membuat mataku terbuka lebar.Degh! "Su–Surat perjanjian?" tanyaku.Astaghfirullah, surat perjanjian itu, aku memang pernah menandatangani surat perjanjian pra nikah itu. Aku menepuk jidatku, dan berkali-kali aku mengusap kasar wajahku, betapa bodohnya aku. Itu artinya aku akan kehilangan semuanya. Ada rasa nyeri yang menyayat hati aku rasakan.Surat perjanjian yang di ajukan oleh Pak Imran sebelum aku menikahi putrinya, memang awalnya beliau tak menyetujui pernikahan kami, akan tetapi niatku menikahi Sintya begitu tulus, pun dengan Sintya, yang terus mengiba pada Ayahnya agar memberi restu dan bersedia menjadi wali nikah saat itu.Hingga akhirnya beliau mengajakku bicara dan akan merestui pernikahan kami
Baca selengkapnya

Bab 64

Aku mengantar Rizki ke tempat Bimbanya, usai kami sarapan bersama, jujur ini kali pertama aku mengantarnya ke bimbanya, biasanya ini menjadi rutinitas Sintya. Tapi kali ini, karena Rizki yang meminta, aku bersedia mengantarnya ke tempat bimba.Sepanjang perjalanan pikiranku kacau, beberapa meter lagi sampai ke tempat bimba anakku, tapi getar ponsel di saku celanaku sangat menggangu, beberapa kali aku abaikan, akhirnya aku menepi sebentar dan melihat siapa yang menghubungiku.Nama Eva tertera di layar ponselku yang masih bergetar, entah kenapa ada sedikit malas untuk mengangkat teleponnya, mungkin karena pikiranku sedang kacau, aku hanya ingin sedikit tenang.Tiga kali sudah aku mengabaikan panggilan masuk dari Eva, namun sepertinya ia tak menyerah, ponselku kembali bergetar. Hingga akhirnya aku geser tombol hijau."Halo Eva ada apa sih? Aku lagi di jalan nih!" ucapku ketus pada wanita yang sudah menjadi istri keduaku di seberang sana."Kamu kenapa sih Mas! Aku cuma mau bilang, aku ma
Baca selengkapnya

Bab 65

Bahkan Eva sempat teriak tak terima di ruang sidang, mendengar putusan itu, pun dengan Mbak Siska, dia tampak syok dan sorot matanya menatap tajam ke arah Sintya."Kamu sabar dulu lah, Sayang! Harta kan bisa kita cari lagi nanti sama-sama, yang penting kan keinginan kamu memiliki aku sepenuhnya sudah tercapai, Sayang! Kamu tenang, kita bisa mulai semua dari nol, Oke!" Aku mencoba memberi pengertian pada istri mudaku itu."Apa mulai semua dari nol! Nggak, Mas! Aku kira dengan kamu cerai sama Mbak Sintya, aku bisa jadi nyonya di rumah kamu itu, ini justru kamu jadi gembel dan nggak dapat apa-apa!" ucapnya lagi dengan lantang."Eva, sudahlah! Sejak di pengadilan tadi kamu marah-marah terus, aku jadi tambah pusing!" cetusku."Mas pikir aku tidak pusing! Aku juga pusing, Mas!" Eva terlihat frustasi, beberapa kali Eva memegang kepalanya, dengan kedua tangannya, membuat rambut hitam lurus sebahu itu menjadi berantakan.Braak!Eva menutup pintu dengan kasar, ia pergi keluar rumah, entah mau
Baca selengkapnya

Bab 66

"Ayo cepet jalan, Yud!" Mbak Siska menepuk punggungku menandakan ia sudah duduk di jok belakangku dan siap jalan. Aku mengangguk dan melajukan kuda besiku.Aku kendarai motorku membelah jalanan, jika benar Eva ada di sana, apa yang dia lakukan di sana, hatiku bertanya-tanya.Aku lajukan kuda besiku dengan kecepatan tinggi, ada sedikit kekhawatiran takut kalau-kalau Eva berbuat nekat, dan berbuat onar di sana, karena sebelum pergi Eva tampak emosi dan tak terima dengan kenyataan ini."Yud, kita cari jalan pintas aja biar cepat sampai," ucap Mbak Siska yang duduk di belakangku sedikit mengeraskan suaranya, agar bisa terdengar olehku.Aku mengangguk dan mulai mencari jalan tikus agar bisa sampai lebih cepat.Aku sudah memasuki komplek perumahan, tempat tinggalku dulu. Tinggal beberapa meter lagi aku sampai di rumah itu, rumah yang cukup besar, dan menyimpan banyak kenangan dengan Sintya dan Rizki anakku."Mbak, kalau mau pisah sama Mas Yudi ya pisah aja! Relakan Mas Yudi hidup sama Aku!
Baca selengkapnya

Bab 67

Aku sedikit heran, beberapa menit yang lalu dia mengusir kami, tapi kini memintaku untuk menunggu sebentar, apa yang akan di ambilnya, aku bertanya-tanya sendiri."Ini Mas! Bawa semua barang-barangmu! Siapa tau kamu masih memerlukannya." Sintya melempar Sebuah koper berwarna hitam, aku ingat itu koper yang dulu aku beli beberapa hari sebelum pernikahan kami."Bawa koper itu dan tolong kamu tinggalkan motor kamu itu di sini, Mas! Bukankah motor itu sudah bukan milikmu lagi!"Belum sempat aku mengeluarkan sepatah katapun, kini ucapan Sintya benar-benar membuatku tercengang, dia menyita motorku, benar-benar dia sudah keterlaluan."Kamu sudah keterlaluan, Sintya! Apa tidak bisa aku memberikannya lain waktu!" Aku mulai tersulut emosi melihat tingkahnya."Apa Mas?! Aku keterlaluan? Justru ini akan memudahkanmu, jadi kau tak perlu bolak balik kemari untuk mengambil pakaianmu, dan mengantarkan motor itu," cetusnya."Sintya Mas mohon! Biarkan beberapa waktu ini Mas pakai dulu motornya sampai M
Baca selengkapnya

Bab 68

Pagi hari aku berangkat ke galeri, aku berharap perpisahanku dengan Sintya tak membuatku kehilangan pekerjaan, aku berusaha rajin dan berangkat pagi, ke galeri. Agar Sintya tak marah dan kembali mengusirku seperti kemarin.Dengan mengendarai motor matic milik Eva, aku meninggalkan rumah, saat aku berangkat Eva masih tertidur lelap, aku sengaja tak membangunkannya, agar dia istirahat cukup dan bisa kembali tenang hari ini setelah perseteruan di rumah Sintya kemarin.Aku tinggalkan sepiring nasi goreng dan segelas susu untuk sarapan, dan aku meletakkannya di atas meja samping ranjang, berharap ia bisa langsung menyantapnya setelah bangun tidur. Tak lupa aku pamit berangkat kerja, yang kusampaikan di memo yang terselip di sampingnya.Aku lajukan kendaraanku membelah jalanan yang ramai, pikiranku melayang, mulai memikirkan nasibku yang tak lagi mujur seperti dulu.Bagaimana jika sewaktu-waktu Sintya tak mengizinkanku bekerja di galeri, haruskah aku mulai mencari pekerjaan lain untuk jaga-
Baca selengkapnya

Bab 69

Aku tak menyangka jika aku benar-benar terusir dari geleri ini, dengan lesu aku melangkah menuju sudut ruangan, tempat kardus berisi barang-barang milikku, memang sih, itu barang receh, dan tak penting, tapi syukur Sintya masih menghargai itu milikku, dan tak membuangnya.Sintya berdiri di depan mejanya, bersilang dada menatapku yang berjalan melewatinya.Hingga tepat di hadapannya, membuat kedua netra kami bertemu, tapi dengan cepat Sintya mengalihkan pandangannya. Tak ada lagi tatapan sendu di matanya seperti dulu, yang terlihat hanya sorot mata penuh kebencian, amarah, dan kekecewaan.Ada sedikit penyesalan terbersit di dalam hatiku karena telah menyakitinya, terlebih karena kebodohanku itu, membuat aku kehilangan semuanya, coba saja dulu aku menahan gelora cinta pada Eva, mungkin semua akan tetap baik-baik saja hingga detik ini.Apalah daya nasi sudah menjadi bubur, mungkin ini balasan atas penghianatan yang aku lakukan, maafkan aku Sintya. Aku melangkah keluar pintu, dan berjal
Baca selengkapnya

Bab 70

Aku melajukan kendaraanku menuju ke rumah, seperti apa nanti sikap Eva saat mendengar aku sudah tak bekerja lagi di galeri, aku harus siap.Sepanjang perjalanan pikiranku tak menentu, aku harus berpikir keras di mana aku harus mencari pekerjaan baru, tak mungkin aku berlama-lama menganggur, yang ada nanti bisa-bisa aku di tendang pula sama Eva, karena dia begitu boros, setiap uang yang kuberikan selalu habis tak tersisa. Jika tak menuruti kemauannya, bisa-bisa aku tak di beri jatah di atas ranjang, dan ia bisa betah berlama-lama merajuk.Beberapa meter lagi aku sampai di rumah, dari kejauhan sudah mulai tampak rumah yang aku tinggali bersama istri mudaku.Aku sedikit heran melihat sebuah mobil Xeni* berwarna hitam, bertengger di tepi jalan, tepat di depan rumah, apa ada tamu, tapi siapa, apa teman Eva, hatiku bertanya-tanya.Belum juga sirna rasa heranku, kini aku di buat terkejut dengan apa yang ku lihat. Eva tengah berjalan mesra dengan seorang laki-laki yang aku taksir usianya le
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status