Semua Bab Pewaris Pedang Sulur Naga : Bab 61 - Bab 70

239 Bab

Bab 61. Menjinakkan Pedang Sulur Naga

Saat ini Sekar Pandan tidak berdaya di tangan mereka. Pedang warisan ayahnya berada di tangan Hang Dineshcarayaksa. Satu-satunya senjata yang dimiliki dan masihmelekat di tubuhnya hanyalah bubuk hijau beracun yang ada dalam tas kecil anyaman pandan."Bagaimana jika siluman akan mencelakaiku seperti yang dikatakannya?" Dia membatin."Kami bukan siluman, jadi jangan menduga yang tidak-tidak. Cepat jalan!" Sekar Pandan mempercepat langkah kakinya mengimbangi langkah Elakshi dan Bimala. Elakshi yang memiliki tubuh lebih tinggi daripada Bimala bertanya."Kemana kalian akan membawaku?""Tuanku Hang Dineshcarayaksa.""Kau yakin pedang itu milikmu?" tanya Bimala."Tentu saja. Pemilik satu-satunya pedang Sulur Naga adalah ayahku, lalu pedang itu diwariskan padaku. Mengapa kau bertanya seperti itu?" tanya Sekar Pandan tidak suka. Dia melirik Elakshi yang ada di sampingnya. Bagaimana bisa wanita ini meragukan kepemilikan Pedang Sulur Naga m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-23
Baca selengkapnya

Bab 62. Dikeroyok

Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, gadis itu melompat ke udara lalu jungkir balik melewati kepala Bimala yang kebingungan karena tiba-tiba lawannya lenyap. Tangan Sekar Pandan bergerak cepat menghantam punggung Bimala yang masih bergeming. Gadis itu terperangah, pukulannya tidak berpengaruh pada tubuh wanita itu. Belum juga dia menyadari adanya serangan Elakshi dari belakang, perempuan itu telah mengiriminya sebuah tendangan telak menghantam punggungnya.Tubuh ramping itu menghantam tubuh Bimala yang masih ada di depannya. Sontak keduanya terlempar menatap pinggiran meja batu. Masih untung, Dewi Bunga Malam menatap tubuh Bimala kembali. Namun tidak bagi Bimala. Wanita itu meringis kesakitan karena perutnya harus berkenalan dengan pinggir meja batu yang sangat keras.Bimala jatuh berguling ke lantai gua. Dia mengerang kesakitan seraya memegangi perutnya. Elakshi mendengkus kesal melihat kawannya kesakitan tertabrak tubuh gadis yang dia serang. Kembali dia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

Bab 63. Terbebas dari Bahaya

Dikeroyok para penghuni jurang yang berkekuatan besar membuat pertahanan Sekar Pandan mulai keteteran. Apalagi ditambah dengan serangan Bimala yang ikut maju mengeroyok. Berkali-kali tubuhnya menerima pukulan dan tendangan Bimala hingga terpental menabrak dinding jurang. Obor dan Pedang Sulur Naga di tangannya jatuh agak jauh dari tubuhnya. Kepalanya berdenyut-denyut dan berputar. Sebuah tangan mencengkram lehernya dan mengangkat tubuhnya ke atas. Cengkraman itu demikian kuat. Gadis berjuluk Dewi Bunga Malam itu gelagapan karena sulit bernapas. Urat wajahnya menegang."Kau ingin melarikan diri dari tempat ini?! Hahaha," gertak orang itu. Kedua tangan Sekar Pandan menggapai-gapai berusaha mencakar dan menendang, tapi orang yang mencekiknya seperti batu yang tidak merasakan sakit.Niatnya untuk keluar dengan selamat sangat kuat. Itu juga yang membuat tenaganya tidak surut dan semakin menyala. Diam-diam tangannya merogoh tas kecil anyaman pandan yang terik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-28
Baca selengkapnya

Bab 64. Gesekan Kecil

Tanpa bantuan pedang itu, perjuangan untuk merebut kembali perguruan Tangan Seribu rasanya sulit. Dewa Jari Maut memiliki pesilat-pesilat tangguh yang banyak dan setiap saat siap mati untuknya. Sementara orang-orang perkumpulan Sapu Tangan Merah semakin berkurang. Kemampuan mereka pun masih kalah jauh jika dibandingkan dengan jago-jago peliharaan si Dewa Jari Maut.Ki Gondo menghembuskan napas dengan kasar, terdengar layaknya sapi mendengus. Paksi Jingga tahu kekecewaan yang dirasakan pria yang selalu setia pada perguruan. Diliriknya Ki Gondo. Laki-laki tua itu berdiri lalu melangkah meninggalkan api unggun, berjalan masuk hutan."Aku akan memeriksa tempat ini. Kau dan kau ikut denganku!" Dua orang anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah mengikuti Ki Gondo."Dia terlihat sangat kecewa, Den." Ki Sempana bergumam. Dia pun sebenarnya menyesalkan perbuatan Paksi Jingga yang memperlakukan Sekar Pandan dengan tidak baik. Namun, dia tidak seperti Ki Gondo yang apab
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-30
Baca selengkapnya

Bab 65. Terancam Bahaya

Dia menarik napas panjang. Kepalanya mendongak. Di langit yang cerah dengan taburan bintang terdapat bayangan seorang gadis belasan tahun berwajah cantik jelita."Sekar Pandan, maafkan aku. Ini semua kulakukan demi melindungi anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah." Dia bergumam pada dirinya sendiri.Ki Sempana melirik Paksi Jingga. Mahisa Dahana angkat bicara," kurasa Sekar Pandan akan memaafkan kita. Dia gadis baik. Kalian seharusnya ingat dengan semua jasanya. Selama beberapa hari ini dia terus merawatku, dan paman. Bahkan saat dalam gua, dia membawa ubi yang sangat besar untuk makan semua orang yang kelaparan." Dia menghentikan ucapannya. Melirik sekilas pada kakangnya dengan hati dongkol."Tapi apa balasan kita, " lanjutnya."Semua masih serba kemungkinan. Itu masih bisa diusahakan," pungkas Ki Sempana menepuk-nepuk punggung tangan anak gadisnya. Tidak memperdulikan ucapan Mahisa Dahana."Harus mencarinya ke mana, Ayah? Tanah Jawa Dwi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Bab 66. Penyergapan di Tepi Sungai

Gadis itu terus membatin. Pucuk-pucuk ilalang yang tersiram cahaya keemasan sang rembulan bergoyang lembut dihembus udara malam kemudian memainkan anak rambut Sekar Pandan.Setelah semua obat boreh menutupi lukanya, Sekar Pandan duduk di atas batu menatap bayangan rembulan yang terpantul pada air sungai di bawah kakinya. Selendang sutra jingga menjulur ke kanan dan kiri tubuhnya.Satu helai selendang tertarik ke atas digunakan untuk menutupi kakinya. Kedua tangannya menyangga wajah yang menengadah ke bomantara --langit. Bibir meranum itu tersenyum sembari bergerak ingin mengucapkan sebuah kalimat. Namun, satu patah kata pun tidak keluar."Aku senang ibu ada di sampingku saat ini. Menemaniku sendirian di tepi sungai kecil. Ibu tahu, akhir-akhir ini semua orang yang kutemui membuatku kecewa dan marah. Senopati Prana Kusuma diam-diam meninggalkan aku sendirian. Dia pulang ke Majapahit tanpa pamit padaku. Padahal hanya dia kawanku di sini, Bu. Pria itu memang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-04
Baca selengkapnya

Bab 67. Melawan Kekuatan Pedang

Malam itu. Terjadilah perkelahian tak seimbang antara mereka. Tenaga Elakshi yang kuat tidak bisa dilawan oleh Dewi Bunga Malam yang baru terbangun dari tidur. Apalagi dia harus mempertahankan Pedang Sulur Naga dari tangan Bimala yang ingin merampasnya. Keadaan Sekar Pandan sangat memprihatinkan. Di tengah hutan yang luas dan malam hari, tidak memungkinkan adanya pertolongan. Perlahan tenaga gadis berkemban dan berkain hijau itu melemah. Kedua tangannya terkulai di samping badan. Bersama dengan itu, Bimala berhasil merebut pedang dari tangan Sekar Pandan. Terkulainya tangan Sekar Pandan yang memegang warangka dan tarikan kuat dari Bimala terhadap Pedang Sulur Naga, mengakibatkan pedang itu terhunus dari warangkanya.Sinar putih kehijauan seketika menerangi tempat itu. Bimala yang kaget karena Pedang Sulur Naga tercabut dari warangka tampak ketakutan. Ketakutan perempuan itu beralasan, sebab setelah itu, pedang yang ada di genggaman tangannya bergetar hebat. Membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-06
Baca selengkapnya

Bab 68. Bertemu Penjagal Hutan

Tidak terasa, perutnya berbunyi. Dia ingat, sejak kemarin satu butir nasi pun belum mampir ke perutnya. Diremasnya perut ramping itu dengan wajah meringis. Naluri laparnya memaksa kedua netra berhias bulu lentik itu berburu ikan dalam sungai. Beberapa ikan gabus yang besar tampak diam di dasar sungai.Warna tubuhnya memang samar saat diam di dasar sungai, tetapi sepasang mata pemburu Sekar Pandan berhasil membidiknya. Gadis berambut panjang bergelombang sepinggul itu beringsut mengambil beberapa batu kecil.Dia mengendap-endap mendekati tempat ikan gabus. Setelah dekat mulailah dia membidikkan batu-batu itu pada ikan gabus yang tetap diam. Kecepatan dan ketepatan dalam membidik ikan dalam air adalah salah satu kemampuan hebat Sekar Pandan. Bagaimana tidak? Sejak kecil kedua ayah angkat sekaligus gurunya itu selalu mengajarinya berburu ikan di laut. Ya, mereka hidup di sebuah tempat indah yang bernama perguruan Pulau Pandan. Lambat laun, kemampuannya dalam berburu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Bab 69. Bubuk Hijau Pembawa Maut.

Dengan cekatan, selendang itu disampirkan untuk menutupi tubuh atasnya. Si muka codet menyeringai ke arah Sekar Pandan yang kini telah berdiri gagah di tepi sungai. Gadis itu mendengkus marah."Cantik sekali, siapa namamu, Dewi?" Sekar Pandan diam. Kedua matanya tajam memperhatikan gerak gerik tiga laki-laki itu."Mengapa kau diam, Gadis cantik?" Laki-laki bermuka codet itu menyeringai buas. Sekar Pandan diam dan tetap dengan kewaspadaan penuh. Urat-uratnya menegang. Baru saja dia ingin menikmati kebebasannya dari kejaran dua wanita itu, kini telah muncul lagi pengganggu."Kau terlalu basa basi, Kakang. Cepat tangkap dia," usul laki-laki berkepala botak tidak sabar. Yang segera diiyakan temannya yang berbadan gempal dan pendek.Si muka codet mendengkus. "Dasar mata keranjang." Laki-laki itu mendekati Sekar Pandan dengan mengerling genit. Gadis itu menatapnya dengan kening berkerut. Perutnya terasa mual. Gadis polos itu menaksir bahwa ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-13
Baca selengkapnya

Bab 70. Tertangkap Musuh.

"Songko," desis si Muka Codet dan si Botak berbarengan. Mereka tidak percaya dengan kenyataan di depannya. Tubuh Songko perlahan diam tak bergerak. Dia tewas setelah merogoh isi tas kecil anyaman pandan berisi bubuk hijau beracun."Songko telah mati, Kakang." Si Botak mendesis tak percaya. Matanya menatap tak berkedip pada tubuh temannya itu. Saat dia hendak melompat memeriksa tubuh Songko, si Muka Codet mencekal lengannya."Mengapa kau mencegahku, Kang?" tanya si Botak kebingungan. Kedua matanya telah berlinang. Wajah garangnya hilang sudah. "Kau tidak melihat Songko tewas terkena racun ganas?" Alih-alih menjawab, si Muka Codet justru melempar pertanyaan. Wajah si Botak mengernyit.Si Muka Codet berbalik menatap Sekar Pandan dengan wajah membesi penuh dendam kesumat. Telunjuknya menuding pada gadis yang masih berdiri di tepi sungai. Kedua tangannya tetap memasang kuda-kuda."Apa yang kau sembunyikan di dalam tas anyaman pandan itu, Boca
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status