Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Bab 68. Bertemu Penjagal Hutan

Share

Bab 68. Bertemu Penjagal Hutan

Author: Eka wa
last update Last Updated: 2023-02-08 21:24:17

Tidak terasa, perutnya berbunyi. Dia ingat, sejak kemarin satu butir nasi pun belum mampir ke perutnya. Diremasnya perut ramping itu dengan wajah meringis. Naluri laparnya memaksa kedua netra berhias bulu lentik itu berburu ikan dalam sungai. Beberapa ikan gabus yang besar tampak diam di dasar sungai.

Warna tubuhnya memang samar saat diam di dasar sungai, tetapi sepasang mata pemburu Sekar Pandan berhasil membidiknya. Gadis berambut panjang bergelombang sepinggul itu beringsut mengambil beberapa batu kecil.

Dia mengendap-endap mendekati tempat ikan gabus. Setelah dekat mulailah dia membidikkan batu-batu itu pada ikan gabus yang tetap diam. Kecepatan dan ketepatan dalam membidik ikan dalam air adalah salah satu kemampuan hebat Sekar Pandan. Bagaimana tidak? Sejak kecil kedua ayah angkat sekaligus gurunya itu selalu mengajarinya berburu ikan di laut. Ya, mereka hidup di sebuah tempat indah yang bernama perguruan Pulau Pandan. Lambat laun, kemampuannya dalam berburu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 69. Bubuk Hijau Pembawa Maut.

    Dengan cekatan, selendang itu disampirkan untuk menutupi tubuh atasnya. Si muka codet menyeringai ke arah Sekar Pandan yang kini telah berdiri gagah di tepi sungai. Gadis itu mendengkus marah."Cantik sekali, siapa namamu, Dewi?" Sekar Pandan diam. Kedua matanya tajam memperhatikan gerak gerik tiga laki-laki itu."Mengapa kau diam, Gadis cantik?" Laki-laki bermuka codet itu menyeringai buas. Sekar Pandan diam dan tetap dengan kewaspadaan penuh. Urat-uratnya menegang. Baru saja dia ingin menikmati kebebasannya dari kejaran dua wanita itu, kini telah muncul lagi pengganggu."Kau terlalu basa basi, Kakang. Cepat tangkap dia," usul laki-laki berkepala botak tidak sabar. Yang segera diiyakan temannya yang berbadan gempal dan pendek.Si muka codet mendengkus. "Dasar mata keranjang." Laki-laki itu mendekati Sekar Pandan dengan mengerling genit. Gadis itu menatapnya dengan kening berkerut. Perutnya terasa mual. Gadis polos itu menaksir bahwa ti

    Last Updated : 2023-02-13
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 70. Tertangkap Musuh.

    "Songko," desis si Muka Codet dan si Botak berbarengan. Mereka tidak percaya dengan kenyataan di depannya. Tubuh Songko perlahan diam tak bergerak. Dia tewas setelah merogoh isi tas kecil anyaman pandan berisi bubuk hijau beracun."Songko telah mati, Kakang." Si Botak mendesis tak percaya. Matanya menatap tak berkedip pada tubuh temannya itu. Saat dia hendak melompat memeriksa tubuh Songko, si Muka Codet mencekal lengannya."Mengapa kau mencegahku, Kang?" tanya si Botak kebingungan. Kedua matanya telah berlinang. Wajah garangnya hilang sudah. "Kau tidak melihat Songko tewas terkena racun ganas?" Alih-alih menjawab, si Muka Codet justru melempar pertanyaan. Wajah si Botak mengernyit.Si Muka Codet berbalik menatap Sekar Pandan dengan wajah membesi penuh dendam kesumat. Telunjuknya menuding pada gadis yang masih berdiri di tepi sungai. Kedua tangannya tetap memasang kuda-kuda."Apa yang kau sembunyikan di dalam tas anyaman pandan itu, Boca

    Last Updated : 2023-02-15
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 71. Menyisir Sungai

    Dua gadis itu mengambil daun talas yang tumbuh di tepian sungai. Rasa haus akibat perjalanan jauh mengharuskan mereka berhenti tepat dekat sungai. Jernihnya air sungai menggoda keduanya untuk mencicipi segarnya air yang mengalir deras itu. Daun talas di tangan mereka mulai terisi air. Warnanya bening menyegarkan. Mereka minum air itu hingga tandas. Sejuknya air yang mereka minum mulai memasuki kerongkongan dan perut. Perlahan tubuh dua gadis cantik berpakaian penari itu terasa segar."Perjalanan ke Gunung Tengger masih jauh. Sebenarnya aku malas bertemu gadis bisu itu lagi," desah Palasari sembari mengelap keringat dengan ujung selendangnya. Gadis itu memang tidak suka dengan Sekar Pandan."Ini demi perkumpulan Sapu Tangan Merah dan cita-cita luhur perguruan Tangan Seribu, Palasari." Umang Sari berkata bijak berharap Palasari tidak putus asa.Palasari memberengut kesal. Pengusiran Sekar Pandan merupakan saat yang paling ditunggu gadis itu. Terutama Umang S

    Last Updated : 2023-02-19
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 72. Kain yang Tersangkut

    Dua gadis itu mengambil daun talas yang tumbuh di tepian sungai. Rasa haus akibat perjalanan jauh mengharuskan mereka berhenti tepat dekat sungai. Jernihnya air sungai menggoda keduanya untuk mencicipi segarnya air yang mengalir deras itu. Daun talas di tangan mereka mulai terisi air. Warnanya bening menyegarkan. Mereka minum air itu hingga tandas. Sejuknya air yang mereka minum mulai memasuki kerongkongan dan perut. Perlahan tubuh dua gadis cantik berpakaian penari itu terasa segar."Perjalanan ke Gunung Tengger masih jauh. Sebenarnya aku malas bertemu gadis bisu itu lagi," desah Palasari sembari mengelap keringat dengan ujung selendangnya. Gadis itu memang tidak suka dengan Sekar Pandan."Ini demi perkumpulan Sapu Tangan Merah dan cita-cita luhur perguruan Tangan Seribu, Palasari." Umang Sari berkata bijak berharap Palasari tidak putus asa.Palasari memberengut kesal. Pengusiran Sekar Pandan merupakan saat yang paling ditunggu gadis itu. Terutama Umang S

    Last Updated : 2023-02-20
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 73. Pertolongan Teman

    "Kakang Diro sendirian?" tanya Umang Sari dengan tersenyum manis."Tidak. Sebelumnya kakang tinggal bertiga." Sabandiro menjawab dengan tersenyum pula. Dia ingin membalas senyuman Umang Sari yang semanis madu. Mereka berjalan menuju anak tangga."Ke mana teman, Kakang?" Umang Sari kembali menyerangnya dengan pertanyaan. Dia yakin Sekar Pandan ada di dalam pondok itu. Meskipun demikian, dia tidak boleh ceroboh. Teman orang itu belum keluar. Sabandiro berhenti. Dia mengawasi dua gadis penari itu dengan kening berkerut."Dia tewas," jawab lelaki botak itu sedih."Aih, mengenaskan sekali!" seru Palasari pura-pura kaget."Kalian mencari gadis itu?" Tiba-tiba lelaki anggota Penjagal Hutan itu melontarkan pertanyaan yang mengejutkan Umang Sari dan Palasari.Simpul-simpul syaraf kedua gadis cantik itu menegang. Kedua tangan mereka mengepal. Bersiap menghadapi serangan dari lelaki botak di depannya."Kenapa diam? Jawab pertanyaan

    Last Updated : 2023-02-22
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 74. Tewasnya Penjagal Hutan

    Umang Sari mundur selangkah melihat keindahan pamor pedang yang menjadi incaran perkumpulan Sapu Tangan Merah. Hatinya begitu kagum. Namun, rasa kagum berubah menjadi tegang saat tangan Sutolarang bergetar hebat.Sekar Pandan berdiri menghampiri Suto. "Lepaskan pedang itu!" Tangannya memberi isyarat pada si Muka Codet agar melepaskan pedang Sulur Naga. Pemimpin Penjagal Hutan yang mulai dalam pengaruh kekuatan pedang milik Sekar Pandan tidak memperhatikan saran pemiliknya. Tubuhnya semakin bergetar.Pedang itu terus mengeluarkan kekuatannya membelit seluruh tubuh Sutolarang seperti seekor ular naga. Pria kasar itu merasakan belitan naga begitu kuat. Kekuatan itu menjalar dan menusuk semua sendi dalam tubuhnya bagai sulur-sulur tumbuhan yang mencari sumber makanan berupa cahaya . Sutolarang berteriak keras. Urat-urat tubuhnya menegang lalu ambruk di lantai. Kedua matanya melotot menahan sakit. Dari sudut mulutnya mengalir darah segar. Pedang Sulur Na

    Last Updated : 2023-02-25
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 75. Perjalanan Bertiga

    Sekar Pandan mengedarkan pandangan. Tidak mungkin mereka berada di tempat ini terlalu lama. Bisa saja teman-teman mereka akan datang ke tempat ini. Kaki jenjang berkulit halus itu melangkah pergi dengan riang.Tas kecil anyaman pandan terikat rapi pada pinggang rampingnya. Rumbai-rumbai halusnya bergoyang saat pemiliknya berjalan. Tanpa menoleh, dia berlalu begitu saja meninggalkan Umang Sari dan Palasari yang bengong terkesima. Mereka heran dengan gadis bisu yang baru saja ditolong. Di wajahnya tidak ada rasa takut karena telah mengalami peristiwa buruk. Setelah tersadar dari lamunannya, kedua gadis cantik itu berlari mengejar Sekar Pandan."Hei, tunggu kami!" panggil Umang Sari berjalan cepat meninggalkan Palasari di belakangnya. Gadis yang tengah terluka itu tertatih-tatih menyusul temannya.Setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Sekar Pandan, Umang Sari bertanya, "Kau akan kemana, Sekar?"Sekar Pandan menunjuk ke suatu tempat yang jauh

    Last Updated : 2023-02-27
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 76. Raibnya Pedang Pusaka

    "Kau ... Kau hampir saja kehilangan kehormatan sebagai seorang gadis yang masih suci, Sekar. Pria itu hendak mengambilnya darimu secara paksa," omel Umang Sari geram. Kening gadis bisu yang polos itu semakin mengernyit dalam. Dia masih belum mengerti dengan penjelasan gadis berselendang kuning itu.Umang Sari bingung bagaimana menjelaskannya pada gadis itu. Dia memandang Palasari, meminta temannya itu untuk ikut membantu menjelaskan. Akhirnya Palasari angkat bicara." Kesucian seorang gadis sangatlah penting, Sekar. Jika kau kehilangan itu, pemuda yang kelak kau cintai dan mencintaimu tidak akan lagi percaya padamu. Dia akan menganggap dirimu sebagai gadis tidak baik."Sekar Pandan termenung. Sebuah wajah tampan dengan sorot mata redup terbayang di matanya. Wajah itu milik Mahisa Dahana. Ah, mungkinkah pemuda itu menyukainya? Tapi saat bersama Umang Sari, pemuda itu begitu bahagia. Tidak mungkin jika dia menyukainya. Hati Sekar Pandan kecewa setiap meliha

    Last Updated : 2023-03-01

Latest chapter

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 239. Ketetapan Hati

    Istri kepala dusun dan Nyai Kriwil merawat Sekar Pandan dengan baik sehingga kesehatan gadis itu pulih dengan cepat. Pagi-pagi sekali, keduanya berpamitan kepada orang-orang baik itu untuk melanjutkan perjalanan ke kota raja Majapahit. Sebelum meninggalkan rumah kepala dusun, Raden Prana Kusuma memberikan seikat gobog kepada Ki Kriwil.Lelaki tua itu hanya menatap gobog di tangan pemuda gagah itu dengan tatapan heran. " Untuk apa uang itu, Raden?""Pondok Ki Kriwil telah rusak karena kami. Ini ada sedikit ....""Tidak perlu. Pondok yang rusak bisa diperbaiki secara gotong royong. Di dusun ini banyak ditumbuhi bambu, dengan kerjasama beberapa warga pondok itu akan cepat selesai. Raden lebih membutuhkan gobog itu daripada kami karena harus menempuh perjalanan jauh." Dengan tersenyum penuh pengertian Ki Kriwil mendorong tangan Raden Prana Kusuma yang menyodorkan gobog."Kami terbiasa mengembara, Ki. Seorang pengembara tidak akan kelaparan di tengah

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 238. Pendekar Tampan Berambut Putih.

    Jantung Raden Prana Kusuma berdesir. Tatapannya nanar pada lelaki yang memiliki tinggi yang sama dengannya itu.Dengan wajah kebingungan pemuda itu bertanya, "Kau tahu namaku?""Bagaimana aku tidak tahu diriku sendiri." Jawaban lelaki berambut putih panjang itu makin membuat Raden Prana Kusuma diliputi pertanyaan. Selama ini mereka tidak pernah bertemu. Orang itu tadi mengatakan apa? Dia adalah dirinya? Alis pemuda Majapahit itu berkerut. Pikirannya masih sulit mencerna.Dalam kebingungannya, dia hanya diam saat lelaki tampan berambut putih itu menggeser tempatnya. Tanpa menunggu persetujuan Raden Prana Kusuma, lelaki itu menyingkirkan kain penutup tubuh Sekar Pandan pelan. Tubuh itu seperti tidak terluka apapun karena istri kepala dusun telah membelitkan selembar ken atau jarit ke tubuh Sekar Pandan."Hm, bagaimana mungkin kau akan meninggalkan dunia ini, jika anak kita belum lahir." Raden Prana Kusuma kurang jelas dengan gumaman lelaki

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 237. Lelaki Tampan Berambut Putih

    Kepala dusun segera menyahut dan mempersilakan mereka beristirahat di rumahnya. Pagi itu, Raden Prana Kusuma membawa Sekar Pandan ke rumah kepala dusun untuk mengobati lukanya. Pedang Sulur Naga yang menjadi penyebab semua itu diambil Ki Kriwil dengan rasa takut.Di rumah kepala dusun, Sekar Pandan dirawat Raden Prana Kusuma siang dan malam tanpa henti. Hasilnya belum ada tanda kalau gadis itu akan sadar. Dengan wajah penuh kegelisahan, Raden Prana Kusuma duduk di tepi balai-balai yang beralaskan selembar tikar pandan. Matanya tidak ingin beralih dari wajah pucat di depannya.Keadaannya sendiri cukup berbahaya karena setiap saat harus menyalurkan hawa murni ke tubuh Sekar Pandan. Jika diteruskan, tidak mustahil pemuda itu akan cidera bahkan bisa tewas. Akan tetapi, tidak ada yang sanggup mencegah seandainya ada yang tahu hal itu. Kepala dusun memang pernah sedikit belajar tentang ilmu kanuragan. Mengenai hal detail itu dia belum banyak mengerti. Yang dia ketahui ha

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 236. Terluka

    "Prana ... Prana Kusuma, kau ... Pemuda hebat! Aku mengaku ... ka-kalah!" Dari mulut Hang Dineshcarayaksa menyembur cairan merah yang sama. Dia menoleh sekilas. Sosok di atasnya tampak buram dan berubah bayang-bayang. Raden Prana Kusuma menahan tangannya di udara."Tapi aku puas. Setelah aku ... tiada, dia juga pasti tiada, kau tidak akan bisa bersama ... gadis itu," ujarnya terbata. Senyum licik tersungging di bibir. Kemarahan pemuda Majapahit itu sudah sampai ubun-ubun. Ditatapnya lawan lemah tidak berdaya di bawah kakinya. Lawan itu ingin segera dihabisi karena telah mencelakai Sekar Pandan."Kau memang telah kalah. Kalah oleh keserakahanmu sendiri, Kisanak. Bersiaplah menjemput maut. Maut yang kau kejar sampai ke tempat ini. Sekar Pandan akan selamat karena aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya," lirihnya menahan geram.Wajah tampan Raden Prana Kusuma mengeras dengan gigi geraham menggertak kuat. Sepasang mata yang biasanya teduh menenangka

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 235. Tumbangnya Sang Penguasa Jurang.

    Terbukti, pundaknya telah mengeluarkan darah. Berkali-kali dia menggeram dan meraung layaknya hewan buas.Dua anak muda itu saling pandang, seolah telah menyepakati sebuah rencana bagus untuk mengalahkan lawan. Ikatan batin yang telah terjalin selama hampir dua tahun membuat mereka mampu mengartikan jalan pikiran masing-masing. Tubuh Sekar Pandan melesat dari satu pohon ke pohon lainnya membentuk lingkaran sambil terus menghujani Hang Dineshcarayaksa dengan pukulan Ajian Ombak Memecah Karang.Sinar kekuningan yang melesat dari tangan Sekar Pandan bagai hujan bintang dari langit. Setiap sinar tidak mengenai sasaran, maka akan menghantam apa saja yang ada di depannya. Suara keras disusul robohnya pohon mengubah malam yang awalnya tenang menjadi neraka.Sementara itu, Keris Naga Kemala juga masih terus menyerang tanpa henti. Kali ini keris itu berhasil melukai pinggang Hang Dineshcarayaksa."Aaaaarrgg!"Raungan sang penguasa dasar jurang Hun

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 234. Berebut Pedang.

    Sekar Pandan membawa pedang di tangannya demikian lincah. Menyelinap di bagian tubuh Hang Dineshcarayaksa yang terbuka tanpa perlindungan. Senyum yang semula lebar pada Hang Dineshcarayaksa kini berubah cemas.Pasalnya, pedang itu seperti bernyawa di tangan pemiliknya. Berkali-kali, mata pedang hampir melukai kulit gelap sang penguasa dasar jurang Hung Leliwungan."Sontoloyo! Gadis ini sekarang lebih hebat dari sebelumnya," gumam laki-laki tinggi besar itu.Hang Dineshcarayaksa melompat ke belakang dan terus melayang menggunakan ilmu meringankan tubuh, sementara Pedang Sulur Naga yang ujungnya mengarah ke dadanya terus mengejar tanpa ampun.Dia memutar tubuhnya kemudian mengayunkan ujung tulang di tangannya ke punggung Sekar Pandan. Gadis itu terkesiap. Cekatan tubuhnya membungkuk lalu melemparkan ujung selendang dari jarak dekat ke lawan.Tangan kiri Hang Dineshcarayaksa menangkap ujung selendang dengan cepat, memutar, dan menarik kuat k

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 233. Dua Kekuatan Berlawanan

    Raden Prana Kusuma memerhatikan tulang itu. Dia tahu, itu bukan tulang biasa. Tokoh sakti seperti Hang Dineshcarayaksa tidak mungkin membawa tulang biasa. Tulang panjang di tangan Hang Dineshcarayaksa adalah tulang yang menjadi senjata pusaka kelompok mereka. Kekuatan dan kekerasan tulang itu tidak jauh beda dengan tembaga yang menjadi bahan senjata pada umumnya. Walaupun tidak seperti senjata sakti. Tulang manusia yang mereka gunakan sebagai senjata adalah tulang manusia pilihan. Manusia yang memiliki tulang kuat layaknya tulang para pendekar, yang mereka korbankan. Mereka melakukan upacara khusus agar tulang-tulang itu dapat digunakan sebagai senjata pusaka. Tidak hanya dengan upacara, tulang-tulang itupun masih menyimpan kekuatan ruh pemiliknya. Ruh yang telah berubah jahat karena dipengaruhi iblis."Tulang di tanganmu itu kurasa adalah senjata yang sangat hebat. Untuk apa kau menginginkan keris ini dan juga pedang milik Sekar Pandan?" Kedu

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 232. Berhadapan dengan Hang Dineshcarayaksa.

    Sekar Pandan melompat ke arah tubuh Ki Kriwil yang masih pingsan di tengah halaman. Tubuh renta itu tergeletak tak sadarkan diri di dekat tubuh Bimala dan Elakshi. Serangkum angin serangan dari belakang tiba-tiba menerjang tubuh ramping Sekar Pandan. Rupanya Hang Dineshcarayaksa tidak ingin gadis itu menyelematkan orang yang dia lempar ke halaman. Dia juga ingin Sekar Pandan tewas karena telah melumpuhkan Bimala dan Elakshi.Merasakan serangan, gadis itu membuang tubuhnya ke samping. Dia bergulingan sejenak sebelum melompat tinggi sambil mengirimkan pukulan tangan kosong ke Hang Dineshcarayaksa. Ajian Ombak Memecah Karang melabrak tubuh besar penguasa dasar jurang Hung Leliwungan.Hang Dineshcarayaksa yang mendapat pukulan balasan dengan kekuatan besar berteriak nyaring sambil melompat tinggi. Demikian pula dengan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu juga menghindar dari serangan Sekar Pandan. Cahaya kuning kemerahan bablas dan menghantam sebatang pohon pisang.

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 231. Melawan Hang Dineshcarayaksa.

    Mendengar suara keras dari atap pondok, anak dan istri Ki Kriwil terbangun. Dengan muka pucat karena ketakutan, mereka menuju asal suara keras tersebut. Wajah tiga wanita itu terkesiap saat melihat ke atas.Atap pondok mereka jebol dan rusak. Kayu-kayu jatuh berserakan di bawahnya.Anak bungsu Ki Kriwil bergegas menuju pintu yang sebagian daunnya telah rusak. Gadis berbadan kurus dengan rambut tergerai sebahu itu menjerit sekuatnya. Di halaman pondok, dia melihat ayahnya tengah tergeletak dan dihampiri sosok tinggi besar berambut kriting gimbal."Ada apa, Nduk?" Ibunya bertanya.Gadis itu langsung memeluk ibunya dengan ketakutan. Air matanya telah jatuh dari tadi. "Ayah," lirihnya.Anak sulung Ki Kriwil segera berlari ke luar menghampiri tubuh ayahnya yang pingsan."Ayah." Dia menghambur dan memeluk tubuh kurus Ki Kriwil.Sosok laki-laki tinggi besar itu mendengkus. Tubuhnya membungkuk. Jari-jarinya yang berukuran b

DMCA.com Protection Status