Home / Fantasi / The Seven Phoenix Shards / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of The Seven Phoenix Shards : Chapter 51 - Chapter 60

100 Chapters

Barter

Gadis itu terlihat menangis, dan tidak bisa kutenangkan seperti biasanya. Apa yang membuat sepatah kata itu sungguh menusuk baginya? Aku tidak terlalu ahli dalam memahami wanita. Terutama, ketika situasi tidak memungkinkan seperti itu."Hei, Eunoia," ucapku memanggilnya dengan suara yang dilembut-lembutkan. Sebenarnya aku agak kesal, karena dia tidak menjawab setiap pertanyaan yang kulontarkan.Mata biru itu tampak mengeluarkan semua kesedihannya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali terus-menerus menenangkannya lewat motivasi kata. Aku melirik jam arloji, yang ada di pergelangan tangan kirinya. Sial! Sudah pukul sembilan, itu tandanya sudah banyak waktu berlalu dengan percuma.Aku menyandarkan tubuh, di dinding bercat biru terang itu. Menatap sekilas pada pajangan foto-foto masa kecil Eunoia, lalu kembali memperhatikan gerak-gerik gadis di depanku. Kenapa Eunoia merasa tidak bahagia, padahal semua harta berlimpah padanya?Aku sedikit iri dengan kehidupannya, yang melebihi kemewaha
Read more

Kebangkitan Zay

Apalagi yang salah dengan kekuatan portalku? Kenapa setelah mencoba berulangkali tetap tidak bisa terbuka? Aku bersimpuh, lalu menatap langit-langit di atas sana. Kegelapan yang berhasil teratasi dengan cahaya magic, tidak bisa memberikan kebahagiaan lagi. Aku dipenjara rasa takut, dan kegelisahan yang memuncak.Pikiran buruk dan juga ketakutan yang timbul seakan menjerat. Sudah berkeliling ke mana-mana, bahkan ke setiap sudut ruangan di istana itu. Namun, aku tidak bisa menemukan keberadaan Eunoia. Gadis itu seakan hilang ditelan kesunyian, dia pergi ke mana?Eunoia hilang dalam waktu secepat itu. Bahkan, aku tidak menyadarinya. Huh! Aku sepertinya harus melatih skill kewaspadaan. Langkah kakiku terhenti di sebuah ruang piano. Ada kejanggalan yang tampak tersembunyi, di dalam lemari itu. "Aku yakin tadi ada orang di sana," gumamku. Setelah mengumpulkan keberanian, aku pun membuka perlahan pintu lemari kayu itu. "Ternyata hanya perasaanku saja." Aku menghela napas lega, lalu menutup
Read more

Nostalgia

Hutan belantara atau mungkin penjara pinus itu, seakan menyesatkan jalan. Kami sepertinya telah melewati jembatan kayu yang sama, sebanyak sekitar lima belas kali. Aku mencoba untuk meyakinkan Zay bahwa, tempat itu penuh dengan ilusi. Namun, vampir itu malah menyuruhku untuk diam.Apakah menyampaikan sebuah pendapat adalah sebuah kesalahan? Hak bicaraku seakan dibatasi oleh pria itu. Kalau saja dia bukan Zay, aku mungkin telah mengajaknya duel. "Apakah kamu masih marah denganku, Achilio?" Zay menancapkan pedangnya ke tanah. Aku menatapnya sekilas, lalu mengalihkan padangan ke arah lain—semak-semak belukar di dekatnya."Hei, tidak ada gunanya marah seperti ini, Achilio. Apakah kamu lupa bahwa, seorang pangeran tidak boleh bersikap seperti anak kecil?" Zay sepertinya mencoba untuk membujukku. Namun, aku tetap membungkam. Aku sengaja membiarkannya terus berbicara, hingga dia lelah sendiri.Rembulan di atas sana menyinari hutan gelap itu. Suara jangkrik, dan beberapa binatang malam; buru
Read more

Aurora Hitam Di Puncak Gedung SSM

"Nama lengkapku adalah Zay Vernost. Golonganku biasa memanggilku Zac. Namun, bagi calon korbanku, mereka sering menyebutku 'Munafik'." Zay memulai obrolan di tengah perjalanan menuju Perusahaan SSM.Orang-orang di bus tampak sibuk sendiri; beberapa di antaranya hanya sibuk bermain ponsel; sebagian lagi, tertidur sambil bersandar di kursi bus."Mu munafik? Hah?" Aku terperanjat, tetapi dengan nada kecil—hampir tidak terdengar seperti ekspresi orang terkejut. "Aku tidak paham dengan apa yang kamu bicarakan.""Aku hanyalah pria yang biasa-biasa saja dengan kehidupan tragis. Ya, tidak ada hal yang menarik dalam hidupku." Zay menyilangkan tangannya, lalu bersandar pelan."Aku jadi ingat saat kita duduk di bawah bangunan, yang sudah hampir setengah hancur, Zay." Aku tersenyum pahit. "Imbas dari perang antar kerajaan memang hanya menyisakan luka, ya?""Seperti katamu, tidak ada yang bisa diubah dari masa lalu. Sudahlah, jalani saja kehidupan dengan semestinya. Tidak usah repot untuk memikirk
Read more

Penyelidikan Rahasia

Satu bulan setelahnya, kami memulai suatu misi penyelidikan rahasia. Nona Filia bersama dengan Eunoia memberikan sejumlah informasi berharga, dan aku tidak mungkin menyia-nyiakan hal itu. Bertemu kembali dengan Sera, Calvin, dan juga Degree seakan telah memberiku semangat baru.Kota Scramble tampak ramai, dan sibuk seperti biasanya. Aku duduk di atas bumi yang mungkin sebentar lagi akan hancur. Di depan Toko Argos—pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Scramble, kuperhatikan setiap orang yang melintas di depanku."Manusia-manusia menyebalkan. Mereka terlihat kaya, dan berkecukupan. Tapi, tidak ada belas kasihan sedikit pun dengan penyamaranku," ucapku menggerutu di dalam hati.Menjadi seorang anak kecil gelandangan sepertinya tidak mengurangi rasa egois mereka. Ya, tidak ada simpati maupun pertolongan yang mereka berikan. Tidak ada sedikit pun rasa kecewa, setelah mengetahui karakteristik penduduk Scramble. Memang belum ada kemajuan, sejak beberapa hari sebelumnya.Terkadang aku be
Read more

Target Akhir

Aku berlari menuju kediaman target akhir, melalui rute atap bangunan yang saling berdekatan, dan memiliki rintangan tersendiri. Seringkali aku berpikir, apakah misi yang kulakukan adalah hal yang salah? Misi yang sangat berat, dan tidak setiap orang bisa menjalankannya. Nyawa yang menjadi taruhan atau target yang berlumuran darah.Apakah malaikat maut akan marah padaku, karena sudah mendahului tugasnya? Sungguh, aku tidak punya jalan lain. Membunuh sendiri para pengkhianat itu adalah kehormatan bagi sang pahlawan. Semua kekuatan yang kumiliki hanyalah sementara, karena ketika kematian mendatangi maka semuanya akan sirna; hancur seperti atom yang dihanguskan. Hanya tersisa kenangan, dan sebagian gunjingan di benak para pembenci.Kekuatan dari reinkarnasi sebelumnya—Sean, membuatku memiliki kemampuan setara dewa kepala tiga. Namun, kekuatan yang menyeret ke jurang nestapa, bukanlah suatu berkah.Seluruh garis murni Bonaventura—notabennya para penyihir, dibantai olehnya di depan mataku
Read more

Bersembunyi Dibalik Bayangan

Pelarian yang kulakukan sepertinya masih belum membuahkan hasil. Berkeliling ke setiap sudut seakan tidak menjamin jalan ke luar. Identitas para kriminal, balas dendam, atau semua perasaan benci itu harus terbalaskan.Akan tetapi, aku lupa jika kekuatan magicku tidak ada bandingannya dengan pria itu. Terakhir kali bertarung, hasilnya imbang. Kehancuran bumi di hari itu, masih menyisakan trauma. Kenapa Kaisar Harvey bisa mendapatkan posisi setinggi itu?"Zay, cepat kabari Eunoia! Kita ubah planning akhir, yang sudah direncanakan sebelumnya. Aku sedang dikejar pasukan bersenjata racun. Aku ingin bantuan secepatnya datang." Aku mengetikkan pesan ke nomor Zay. Meski, dalam keadaan was-was.Semoga orang-orang itu tidak menemukan tempat persembunyianku. Selama rembulan di atas sana tidak bersinar penuh, bayangan pepohonan mungkin dapat melindungi. Aku yakin bahwa, alam selalu menjaga para guardiannya—seperti yang tertulis di sejarah."Kami sedang menuju ke tepian Sungai Xabula. Achilio, ber
Read more

Ujung Xabula

Aku menuliskan sebuah pesan terakhir, sebelum akhirnya ponselku kehabisan catu daya. Di sana aku menulis, "Koordinat lokasi udah kukirim, Zay. Waktu semakin tipis. Usahakan datang lebih cepat, karena ponselku udah lobet."Berlindung di antara pepohonan besar, tidaklah mudah. Jantungku rasanya ingin copot dari dada. Ketakutan yang menjalar, membuatku bergetar hebat. Pondok persembunyian kami telah diserang habis-habisan oleh musuh.Sebenarnya begitu menyedihkan, melihat ekspresi orang-orang, yang berlumuran darah di depan sana. Aku sebenarnya sangat takut dengan dosa, dan timpal balik kehidupan—karma.Dar! Dar! Dar!Ledakan demi ledakan terdengar sangat keras. Lubang-lubang di tanah mulai bermunculan, dan jumlahnya semakin banyak. Aku berlari ke arah Vano. Tembakkan yang diarahkan musuh padaku, membuat pergerakan menjadi sangat terhambat."Tipe Z dengan kecepatan kurang dari lima detik!" teriak Vano. Dia memberikan informasi yang sangat penting. Penglihatan pria itu patut diacungi jemp
Read more

Misi Tambahan

Langit Riqueza dipenuhi dengan ledakan kembang api warna-warni. Tak dapat dipungkiri, malam itu sangat indah. Setelah memutuskan untuk menjalankan misi tambahan, aku harus menempuh jarak yang lebih jauh. Jelasnya, aku hanya akan melewati kota, yang sedang mengadakan festival itu.Sedih rasanya, karena tidak dapat mampir ke Riqueza. Stadion FV baru dibuka malam itu, dan aku melewatkan kesempatan emas berulangkali. Jika saja aku bukan buronan taraf tinggi, aku mungkin akan hidup tanpa rasa was-was lagi.Skala perjalanan yang diberitahukan oleh Calvin begitu rumit. Aku tidak mengerti, kenapa portal di sana tidak dapat digunakan? Degree bilang, kekuatan sihirnya juga turun drastis, saat menjalankan misi di sana."Mereka menciptakan sebuah alat berbentuk prisma. Prisma itu dimasukkan ke dalam sebuah tablet kapsul, berukuran sebesar bola voli. Informasi masih belum tergali hingga akar. Namun, apa pun namanya itu sangat mengancam penyihir." Kalimat yang pernah diucapkan oleh Sera, terus berp
Read more

Sedikit Progresif

Kami mengadakan rapat khusus untuk membahas tentang penemuan baru, di Kota Scramble. Sera terlihat sibuk di depan layar monitor. Gadis itu seakan tidak beringsut dari tempat duduknya. Aku berdecak kesal dengan sikap acuh tak acuhnya.Di kursi ujung sana, Axel dan Darrel sibuk dengan video gamenya. Menjadi orang yang tidak diajak bicara oleh orang lain, tidaklah menyenangkan. Mereka seakan sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara itu, aku hanya bengong sambil memantau pergerakan mereka.Aku mulai diserang arus kebosanan. Dagu yang kutopang dengan telapak tangan, tidak mampu membendung rasa kantuk. Sudah tiga hari setelah misi bersama Eunoia dijalankan. Namun, berlari dari setiap kejaran tidak lebih dari sebatas "ketakutan".Pendapatku selalu disangkal, dan disangkal oleh Nona Filia. Mulutku seakan dipaksa membungkam. Apakah pendapat yang kuucapkan tidak dapat digunakan untuk misi?Zay baru datang, ketika aku memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Pakaian formal bernuansa gelap, m
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status