Satu bulan setelahnya, kami memulai suatu misi penyelidikan rahasia. Nona Filia bersama dengan Eunoia memberikan sejumlah informasi berharga, dan aku tidak mungkin menyia-nyiakan hal itu. Bertemu kembali dengan Sera, Calvin, dan juga Degree seakan telah memberiku semangat baru.Kota Scramble tampak ramai, dan sibuk seperti biasanya. Aku duduk di atas bumi yang mungkin sebentar lagi akan hancur. Di depan Toko Argos—pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Scramble, kuperhatikan setiap orang yang melintas di depanku."Manusia-manusia menyebalkan. Mereka terlihat kaya, dan berkecukupan. Tapi, tidak ada belas kasihan sedikit pun dengan penyamaranku," ucapku menggerutu di dalam hati.Menjadi seorang anak kecil gelandangan sepertinya tidak mengurangi rasa egois mereka. Ya, tidak ada simpati maupun pertolongan yang mereka berikan. Tidak ada sedikit pun rasa kecewa, setelah mengetahui karakteristik penduduk Scramble. Memang belum ada kemajuan, sejak beberapa hari sebelumnya.Terkadang aku be
Aku berlari menuju kediaman target akhir, melalui rute atap bangunan yang saling berdekatan, dan memiliki rintangan tersendiri. Seringkali aku berpikir, apakah misi yang kulakukan adalah hal yang salah? Misi yang sangat berat, dan tidak setiap orang bisa menjalankannya. Nyawa yang menjadi taruhan atau target yang berlumuran darah.Apakah malaikat maut akan marah padaku, karena sudah mendahului tugasnya? Sungguh, aku tidak punya jalan lain. Membunuh sendiri para pengkhianat itu adalah kehormatan bagi sang pahlawan. Semua kekuatan yang kumiliki hanyalah sementara, karena ketika kematian mendatangi maka semuanya akan sirna; hancur seperti atom yang dihanguskan. Hanya tersisa kenangan, dan sebagian gunjingan di benak para pembenci.Kekuatan dari reinkarnasi sebelumnya—Sean, membuatku memiliki kemampuan setara dewa kepala tiga. Namun, kekuatan yang menyeret ke jurang nestapa, bukanlah suatu berkah.Seluruh garis murni Bonaventura—notabennya para penyihir, dibantai olehnya di depan mataku
Pelarian yang kulakukan sepertinya masih belum membuahkan hasil. Berkeliling ke setiap sudut seakan tidak menjamin jalan ke luar. Identitas para kriminal, balas dendam, atau semua perasaan benci itu harus terbalaskan.Akan tetapi, aku lupa jika kekuatan magicku tidak ada bandingannya dengan pria itu. Terakhir kali bertarung, hasilnya imbang. Kehancuran bumi di hari itu, masih menyisakan trauma. Kenapa Kaisar Harvey bisa mendapatkan posisi setinggi itu?"Zay, cepat kabari Eunoia! Kita ubah planning akhir, yang sudah direncanakan sebelumnya. Aku sedang dikejar pasukan bersenjata racun. Aku ingin bantuan secepatnya datang." Aku mengetikkan pesan ke nomor Zay. Meski, dalam keadaan was-was.Semoga orang-orang itu tidak menemukan tempat persembunyianku. Selama rembulan di atas sana tidak bersinar penuh, bayangan pepohonan mungkin dapat melindungi. Aku yakin bahwa, alam selalu menjaga para guardiannya—seperti yang tertulis di sejarah."Kami sedang menuju ke tepian Sungai Xabula. Achilio, ber
Aku menuliskan sebuah pesan terakhir, sebelum akhirnya ponselku kehabisan catu daya. Di sana aku menulis, "Koordinat lokasi udah kukirim, Zay. Waktu semakin tipis. Usahakan datang lebih cepat, karena ponselku udah lobet."Berlindung di antara pepohonan besar, tidaklah mudah. Jantungku rasanya ingin copot dari dada. Ketakutan yang menjalar, membuatku bergetar hebat. Pondok persembunyian kami telah diserang habis-habisan oleh musuh.Sebenarnya begitu menyedihkan, melihat ekspresi orang-orang, yang berlumuran darah di depan sana. Aku sebenarnya sangat takut dengan dosa, dan timpal balik kehidupan—karma.Dar! Dar! Dar!Ledakan demi ledakan terdengar sangat keras. Lubang-lubang di tanah mulai bermunculan, dan jumlahnya semakin banyak. Aku berlari ke arah Vano. Tembakkan yang diarahkan musuh padaku, membuat pergerakan menjadi sangat terhambat."Tipe Z dengan kecepatan kurang dari lima detik!" teriak Vano. Dia memberikan informasi yang sangat penting. Penglihatan pria itu patut diacungi jemp
Langit Riqueza dipenuhi dengan ledakan kembang api warna-warni. Tak dapat dipungkiri, malam itu sangat indah. Setelah memutuskan untuk menjalankan misi tambahan, aku harus menempuh jarak yang lebih jauh. Jelasnya, aku hanya akan melewati kota, yang sedang mengadakan festival itu.Sedih rasanya, karena tidak dapat mampir ke Riqueza. Stadion FV baru dibuka malam itu, dan aku melewatkan kesempatan emas berulangkali. Jika saja aku bukan buronan taraf tinggi, aku mungkin akan hidup tanpa rasa was-was lagi.Skala perjalanan yang diberitahukan oleh Calvin begitu rumit. Aku tidak mengerti, kenapa portal di sana tidak dapat digunakan? Degree bilang, kekuatan sihirnya juga turun drastis, saat menjalankan misi di sana."Mereka menciptakan sebuah alat berbentuk prisma. Prisma itu dimasukkan ke dalam sebuah tablet kapsul, berukuran sebesar bola voli. Informasi masih belum tergali hingga akar. Namun, apa pun namanya itu sangat mengancam penyihir." Kalimat yang pernah diucapkan oleh Sera, terus berp
Kami mengadakan rapat khusus untuk membahas tentang penemuan baru, di Kota Scramble. Sera terlihat sibuk di depan layar monitor. Gadis itu seakan tidak beringsut dari tempat duduknya. Aku berdecak kesal dengan sikap acuh tak acuhnya.Di kursi ujung sana, Axel dan Darrel sibuk dengan video gamenya. Menjadi orang yang tidak diajak bicara oleh orang lain, tidaklah menyenangkan. Mereka seakan sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara itu, aku hanya bengong sambil memantau pergerakan mereka.Aku mulai diserang arus kebosanan. Dagu yang kutopang dengan telapak tangan, tidak mampu membendung rasa kantuk. Sudah tiga hari setelah misi bersama Eunoia dijalankan. Namun, berlari dari setiap kejaran tidak lebih dari sebatas "ketakutan".Pendapatku selalu disangkal, dan disangkal oleh Nona Filia. Mulutku seakan dipaksa membungkam. Apakah pendapat yang kuucapkan tidak dapat digunakan untuk misi?Zay baru datang, ketika aku memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Pakaian formal bernuansa gelap, m
Aku gelisah seakan nyawa sudah di ujung tanduk. Mana mungkin aplikasi penerjemah bahasa Darkness, ke bahasa Scramble begitu sangat lambat beroperasi. Aku duduk di lantai sambil terus berharap, agar mereka melakukan itu lebih cepat. Aku sudah menunggu tiga jam lamanya, dan itu sangatlah melelahkan.Waktu seakan berjalan lambat sekali. Calvin dan Zay agaknya masih lama menyelesaikannya. Padahal, mereka hanya kuperintah, untuk mengartikan isi surat; melalui aplikasi Ev. Tanganku rasanya kebas. Pandanganku hampir memudar. Migrainku sepertinya kambuh, karena terlalu lama memikirkan hal, yang seharusnya tidak terlalu kupikirkan.Identitas Ratu Felicia—ibuku, di dalam kertas itu, telah berulang-ulang kubaca. Hatiku resah, tatkala melihat nama tempat pendidikan terakhirnya—Akademi Destroyer. Aku tidak dapat menampung semua rasa penasaran yang timbul. Pikiranku melayang bersama isi surat itu. Baru kali itu, aku menjumpai banyak kiasan yang aneh—bahasa yang tercantum adalah bahasa Darkness, tet
Latihan keras yang kami lakukan, akhirnya membuahkan hasil maksimal. Aku berusaha untuk tidak cepat puas, terhadap pencapaian yang telah didapatkan. Nona Filia bersama dengan Calvin, membentuk sebuah susunan tim yang cukup baik. Sebagai seorang kapten, aku hanya bisa pasrah melihat mereka berjuang mati-matian. Sebelumnya, aku telah melarang mereka, untuk melakukan latihan jangka panjang. Namun, mereka semua keras kepala. Kata Tuan Farren, plan A harus dijalankan, bagaimana pun akhirnya nanti. Dalam rancangan itu tertulis bahwa,"Semua member baik atasan, maupun bawahan harus mencapai level puncak sihir, sebelum terjun ke medan peperangan. Penyerangan berkala akan dilakukan, setiap menjelang akhir pekan. Untuk meminimalisir terjadinya perubahan rencana, plan A digunakan sebagai rujukan awal yang bersifat tetap"."Bagaimana hasil dari penglihatan masa lalumu, Re?" tanyaku pada pria yang berdiri tegap, di depan sana. Beberapa hari belakangan, dia selalu terlihat murung. "Kehidupan Sean