Kami mengadakan rapat khusus untuk membahas tentang penemuan baru, di Kota Scramble. Sera terlihat sibuk di depan layar monitor. Gadis itu seakan tidak beringsut dari tempat duduknya. Aku berdecak kesal dengan sikap acuh tak acuhnya.Di kursi ujung sana, Axel dan Darrel sibuk dengan video gamenya. Menjadi orang yang tidak diajak bicara oleh orang lain, tidaklah menyenangkan. Mereka seakan sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara itu, aku hanya bengong sambil memantau pergerakan mereka.Aku mulai diserang arus kebosanan. Dagu yang kutopang dengan telapak tangan, tidak mampu membendung rasa kantuk. Sudah tiga hari setelah misi bersama Eunoia dijalankan. Namun, berlari dari setiap kejaran tidak lebih dari sebatas "ketakutan".Pendapatku selalu disangkal, dan disangkal oleh Nona Filia. Mulutku seakan dipaksa membungkam. Apakah pendapat yang kuucapkan tidak dapat digunakan untuk misi?Zay baru datang, ketika aku memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Pakaian formal bernuansa gelap, m
Aku gelisah seakan nyawa sudah di ujung tanduk. Mana mungkin aplikasi penerjemah bahasa Darkness, ke bahasa Scramble begitu sangat lambat beroperasi. Aku duduk di lantai sambil terus berharap, agar mereka melakukan itu lebih cepat. Aku sudah menunggu tiga jam lamanya, dan itu sangatlah melelahkan.Waktu seakan berjalan lambat sekali. Calvin dan Zay agaknya masih lama menyelesaikannya. Padahal, mereka hanya kuperintah, untuk mengartikan isi surat; melalui aplikasi Ev. Tanganku rasanya kebas. Pandanganku hampir memudar. Migrainku sepertinya kambuh, karena terlalu lama memikirkan hal, yang seharusnya tidak terlalu kupikirkan.Identitas Ratu Felicia—ibuku, di dalam kertas itu, telah berulang-ulang kubaca. Hatiku resah, tatkala melihat nama tempat pendidikan terakhirnya—Akademi Destroyer. Aku tidak dapat menampung semua rasa penasaran yang timbul. Pikiranku melayang bersama isi surat itu. Baru kali itu, aku menjumpai banyak kiasan yang aneh—bahasa yang tercantum adalah bahasa Darkness, tet
Latihan keras yang kami lakukan, akhirnya membuahkan hasil maksimal. Aku berusaha untuk tidak cepat puas, terhadap pencapaian yang telah didapatkan. Nona Filia bersama dengan Calvin, membentuk sebuah susunan tim yang cukup baik. Sebagai seorang kapten, aku hanya bisa pasrah melihat mereka berjuang mati-matian. Sebelumnya, aku telah melarang mereka, untuk melakukan latihan jangka panjang. Namun, mereka semua keras kepala. Kata Tuan Farren, plan A harus dijalankan, bagaimana pun akhirnya nanti. Dalam rancangan itu tertulis bahwa,"Semua member baik atasan, maupun bawahan harus mencapai level puncak sihir, sebelum terjun ke medan peperangan. Penyerangan berkala akan dilakukan, setiap menjelang akhir pekan. Untuk meminimalisir terjadinya perubahan rencana, plan A digunakan sebagai rujukan awal yang bersifat tetap"."Bagaimana hasil dari penglihatan masa lalumu, Re?" tanyaku pada pria yang berdiri tegap, di depan sana. Beberapa hari belakangan, dia selalu terlihat murung. "Kehidupan Sean
Pesawat dengan nomor penerbangan yang disamarkan, melintas dengan cepat di cakrawala. Langit biru sedikit mendung kami lewati begitu saja. Jet yang kami tumpangi sengaja dibiarkan asing, agar pemerintah setempat tidak curiga. Lebih tepatnya, mereka mungkin tidak akan bisa mengakses data kami.Aku pergi berdua dengan Zay. Degree bilang, dia membutuhkan istirahat, makanya tidak bisa ikut. Ketika aku ingin mengajak Nona Filia, Axel mengatakan bahwa, bosnya sedang berkencan dengan Calvin. Ah! Mereka ada-ada saja. Atas saran Zay, aku mengurungkan niat untuk mengajak Eunoia, dan Sera. Kami pikir, mereka berdua mungkin sibuk melatih sihir penyerangan, bersama Tuan Farren."Aku akan membawakan penyihir kita beberapa botol madu asli, dari Scramble. Tuan Farren pasti sangat kelelahan, karena kita terus merepotkannya." Aku memasang kacamata scan. Pesawat yang sebelumnya telah kuubah menjadi mode auto pilot, berjalan dengan ketinggian sedang—36.000 kaki dari permukaan bumi."Mungkin, kita sebaikn
Aku menggunakan magic regenerasi sel terlalu berlebihan. Kekuatan magic-ku hampir habis, karena terlalu sering menggunakannya. Aku gelisah. Perasaanku bercampur aduk seperti es campur. Hatiku bertanya-tanya, kenapa Kaisar Harvey pandai mengalahkanku? Aku bahkan belum sempat untuk mendarat, di benteng pertahanan mereka."Kapten, apa yang telah terjadi? Kenapa wajahmu tampak memerah seperti itu?" Sera meletakkan tangannya di dahiku. Dia menghampiriku lebih dulu, daripada anggota tim yang lainnya.Tubuhku gemetar, dan seketika berkeringat dingin. Bagaimana caranya agar mereka tidak memarahi kecerobohanku? Sial! Aku malah jadi gelagapan. Penguasaan publik speaking seakan tidak berpengaruh pada kegugupanku. "Kamu kenapa, Kapten Ar? Oh iya, di mana Zay?" Ucapan Nona Filia bak busur panah yang melesat tepat, di tengah hati. Tepat sasaran.Aku melihat mereka dengan tatapan nanar. Bahuku berasa nyeri. Punggungku melemas. Rasanya aku ingin jatuh pingsan. Oh tidak, kenapa malah jadi semakin par
Jet kami meluncur tidak imbang, dan akhirnya jatuh dengan keras, di depan benteng. Tanah di sekitar sana bergetar hebat bak gempa. Aku memastikan keadaan. Untunglah, mereka semua telah belajar magic regenerasi sel. Meski, hanya sebatas tahap satu—menyembuhkan luka skala kecil hingga sedang.Saat kami membuka pintu pesawat, robot-robot keamanan Scramble memberikan santapan granat. Mereka menyerang, hingga membabi-buta. Tuan Farren dengan santainya mengayunkan tongkat, ke arah mereka. Tidak lama setelahnya, semuanya telah beres oleh tangan pria tua itu.Tank-tank yang terus menembakkan peluru kendali, membuat Sera mengamuk. Gadis itu menghancurkan segalanya dengan mudah. Aku berjalan dengan tenang, karena tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan. Kecuali, orang yang berdiri di depan kehancuran itu.Benteng yang belum diberi nama itu memiliki desain unik. Namun, keindahan saja tidak cukup, untuk melindungi suatu bangunan. Adanya keamanan tingkat tinggi pastinya akan membantu, serta menopa
Bug! Bug! Bug!Mulutku memuntahkan cairan merah kental. Aku memegangi perutku yang terasa semakin sakit. Kakiku tidak bisa berdiri lagi. Aku lemah. Apa yang ia katakan adalah sebuah fakta. Ya, aku adalah seorang pecundang. Sekuat apa pun aku berusaha, ternyata hasilnya sama saja. Kenapa kepercayaan yang besar ditaruh pada pundak rapuhku? Kenapa Dewa Naga tidak memilih orang lain saja?"Dunia ini terlalu serius untuk orang payah sepertimu!" Senyum licik milik Kaisar Harvey melengkapi penderitaanku. Aku menggerutu di dalam hati, "Dih, wajah saja yang tampan, tetapi hatinya busuk!"Sekilas, Kaisar Harvey mirip dengan seseorang, yang pernah kutemui di masa Sean. Namun, aku tidak tahu siapa nama orang itu. Apakah Kaisar Harvey merupakan seorang penyihir hitam? Entahlah.Tangan kekar miliknya mencengkeram erat leherku. Aku kesulitan bernapas. Kenapa dia tak kunjung puas, dengan penyiksaan yang diberikannya? Dasar tidak punya hati nurani! Wajar saja, seluruh kerajaan tempo dulu sangat membe
"Aku mohon, bertahanlah sebentar lagi!" jeritku kencang. Tanganku tak henti-hentinya memukul mesin, yang mempunyai keyboard berwarna-warni itu. Teknologi itu membuatku kesal.Wajah cantik Sera tampak tersiksa, di dalam tabung aneh itu. Cairan mirip air mineral, tetapi lebih memiliki warna kebiruan itu sepertinya berisi sesuatu. Aku belum bisa menyimpulkan, air apa yang para pengkhianat itu taruh di sana? Dua belas rekan—termasuk Bibi Naya dan Tuan Farren, terkurung di setiap tabung. Aku mesti bergegas untuk menghancurkan dinding tebal itu.Aku meracau, "Kapak ... tidak bukan, harusnya senjata yang lain. Bagaimana jika melukai tubuhnya? Bagaimana? Argh!" Kulepas jas hitamku dengan tarikan yang cepat. Aku sudah berjanji untuk tidak kalah. Bagaimana pun, aku harus menepati semuanya.Prang!Tabung setinggi sekitar dua meteran di depanku hancur lebur, tatkala tanganku berhasil menerobos titik lemahnya. Air itu mengering. Sontak aku pun terkejut melihat pemandangan selangka itu. Bagaimana