"Kalian masih bertengkar, ya?" tanyaku pada Degree—pria yang sedang berlatih menembak one shot-one kill, di sampingku."Cuma salah paham doang. Lagian, kok bisa Aiko tiba-tiba terpeleset gitu. Jadinya, kan, kesannya kek aku mau rebut pacar orang," jawab Degree. Mata elangnya itu terlihat fokus ke target."Benarkah?" Aku kurang yakin dengan ucapannya."Tentu saja. Emangnya sejak kapan aku suka bohong? Kalau mau, pake magis penglihatan masa laluku aja, biar nggak dituduh terus sama kamu.""Ya, lupakan saja.""Ada apa, Lio? Kamu kayaknya gelisah terus dari tadi? Kamu kenapa?""Sebenarnya, aku masih ragu dengan tim kita, Re. Rasa ingin tahu itu terus muncul, kala bunga mimpi mulai kembali. Aku lelah, jika terus menampung beban pikiran, yang aku sendiri tidak bisa menjabarkannya."Degree menurunkan senjata miliknya. "Apa yang kamu ragukan dari sebuah kesetiakawanan?""Ya, aku takut dikhianati. Oh iya, kok bisa ya kalian mendukungku?" Aku mengambil pistol, yang tergeletak di atas meja. Kemu
Read more