Beranda / Fantasi / The Seven Phoenix Shards / Pecahnya Demonstrasi

Share

Pecahnya Demonstrasi

Penulis: Nona_El
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Negara Erreala tercinta sedang mengalami krisis keamanan. Para wakil rakyat beserta para menteri akan menjalankan rapat, dalam tiga hari ke depan. Dukungan dari beberapa negara bagian mendapatkan apresiasi, yang cukup tinggi dari Presiden Edward." Reporter TV—seorang wanita berambut hitam pendek, itu tampak memegangi microphone di keramaian.

"Duta besar Erreala adalah tempat pengambilan gambar yang menarik," ucapku sambil membuka bungkus rokok.

Menyaksikan acara berita dari sofa memang surganya dunia. Aku cukup mendambakan sensasi santai, bersama empuknya tempat duduk itu. Misi yang sulit, membuat kepalaku serasa ingin meledak. Gagal lagi. Namun, aku tidak akan menyerah.

"Sekarang kamu merokok, ya?" Sera datang dengan gaun tidurnya yang indah. Wanita muda itu terlihat sangat cantik, malam itu. Aku sangat menyukai model pakaian, yang dia kenakan.

Aku menyanggahnya, "Nggaklah, Ra. Itu tuh Si Darrel yang merokok."

Sera memandang seakan ragu dengan pernyataanku. Astaga! Sesulit itukah w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Seven Phoenix Shards    Keputusan Presiden

    Pecahnya dua wilayah menjadikan misi kami bertambah mudah. Penyatuan wilayah yang terdiri atas Kota Riqueza, dan Kota Linear telah menjalin hubungan kerja sama, dengan tim kami. Svnhrds diubah lagi menjadi Treize; sesuai jumlah anggota. Bang Lucas dan Aiko baru pulang dari luar negeri. Mereka berdua membawa kabar baik. "Bagaimana tentang usaha menutup jalur eksternal mereka?" tanyaku sambil menopang dagu. Matahari terbit, cahayanya menembus masuk ke kantorku. Tempat yang baru beberapa hari belakangan dibangun itu, telah menjadi tempat favoritku."Yoi, Kapten Ar. Seperti biasanya, berhasil! Tentu saja, aman juga." Bang Lucas memberikan sebuah flashdisk padaku. Aku mengangguk pelan. "Kerja bagus, Bang. Aku harap, penyerangan menyeluruh besok akan berjalan dengan lancar. Tolong sampaikan dengan anggota yang lainnya!""Baik, Kapten Ar!" timpal Bang Lucas. Hari itu, dia terlihat sangat antusias. Apa ada yang istimewa di Bulan Juli? Entahlah, aku sendiri bukan seorang pembaca pikiran.Pi

  • The Seven Phoenix Shards    Penyerangan Skala Besar

    "Kalian masih bertengkar, ya?" tanyaku pada Degree—pria yang sedang berlatih menembak one shot-one kill, di sampingku."Cuma salah paham doang. Lagian, kok bisa Aiko tiba-tiba terpeleset gitu. Jadinya, kan, kesannya kek aku mau rebut pacar orang," jawab Degree. Mata elangnya itu terlihat fokus ke target."Benarkah?" Aku kurang yakin dengan ucapannya."Tentu saja. Emangnya sejak kapan aku suka bohong? Kalau mau, pake magis penglihatan masa laluku aja, biar nggak dituduh terus sama kamu.""Ya, lupakan saja.""Ada apa, Lio? Kamu kayaknya gelisah terus dari tadi? Kamu kenapa?""Sebenarnya, aku masih ragu dengan tim kita, Re. Rasa ingin tahu itu terus muncul, kala bunga mimpi mulai kembali. Aku lelah, jika terus menampung beban pikiran, yang aku sendiri tidak bisa menjabarkannya."Degree menurunkan senjata miliknya. "Apa yang kamu ragukan dari sebuah kesetiakawanan?""Ya, aku takut dikhianati. Oh iya, kok bisa ya kalian mendukungku?" Aku mengambil pistol, yang tergeletak di atas meja. Kemu

  • The Seven Phoenix Shards    Identitas Asli Sang Kaisar

    Aku berlari dengan kecepatan, yang melebihi kekuatan milik Zay. Aku takut, ia akan menyerang, atau berhasil menggapai tubuhku lagi. Bangunan di sekitar tampak hancur lebur, akibat amukan robot fauna. Entah dari mana mereka berasal, yang jelas jumlahnya lebih dari banyak. Aku belum bisa memastikan, siapa orang yang mengendalikan mesin, di balik kekacauan itu?Rumput-rumput ilalang kuterobos, tatkala sayapku mulai menghilang. Kekuatan magic bersifat sementara, dan butuh banyak waktu untuk memulihkan energi. Perspektifku tentang magic win, daripada teknologi agaknya keliru.Aku mengambil dua pistol yang sebelumnya telah kuisi, dengan peluru bom—yang langsung meledak ketika menyentuh tubuh musuh. Kedua tanganku menembaki robot-robot canggih, di depan sana. Dari kejauhan, Benteng Argos II terlihat mengeluarkan asap hitam pekat. Aku berhenti sejenak, untuk memastikan tidak ada yang mengikuti langkahku.Berada di jarak lima belas kilo meter dari benteng, membuatku terpisah dari Tim Treize. K

  • The Seven Phoenix Shards    Kesalahan Yang Terungkap

    "Aku akan selalu mencintaimu, Azo. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, meski hanya sedetik saja. Aku ... aku ingin kita tetap mengikat janji satu sama lain, hingga kita dipisahkan oleh takdir." Wanita cantik bermahkota emas itu memegangi tanganku erat.Saat itu, mulutku tidak bisa mengucapkan sepatah kata. Bukan, bukan karena aku gugup, tetapi karena pita suaraku tidak mengeluarkan suara apa pun. Entah mimpi ataupun bukan, aku sendiri tidak tahu.Aku bertanya-tanya di dalam hati, "Kenapa aku tiba-tiba di sini? Siapa wanita itu? Rasanya aku kenal tapi siapa ya?" Isi pikiranku berperang dengan hati. Ingin rasanya kabur dari ruangan itu. Namun, niatku kuurungkan."Harvey sepertinya tidak suka dengan pengangkatanku menjadi penguasa Aksa."Deg!Aku baru menyadari sesuatu yang janggal, di sana. Ya, aku tidak lagi berada di zaman modern. Apakah portal black hole yang menghantarkanku kembali ke masa lalu? Astaga! Ribet sekali. Namun, seingatku, aku tidak terpelanting ke portal. Apa ya, y

  • The Seven Phoenix Shards    Kekuatan Azo

    Aku menahan pergerakan naga hitam itu dengan segel. Ia terus meronta sambil mengeluarkan napas api, yang meledakkan lingkungan sekitarku. Terbang di atas cakrawala adalah rencana adu mekanik, yang paling menguntungkan untukku. Harvey mendengkus kesal. Ya, dia memang sering seperti itu, setelah aku berhasil menyakinkan bahwa, kemenangan tidak akan pernah menjadi miliknya."Serahkan apa yang bukan menjadi milikmu, Harvey!" Aku memakai tameng perlindungan, ketika robot keamanan Scramble menembakkan ribuan peluru.Sistem keamanan tingkat tinggi sekali pun, tidaklah berarti apa-apa bagiku. Lempengan besi, serpihan kaca, dan bangunan roboh tampak memadati jalan raya. Kehangatan telah menghilang. Dunia telah berganti dengan perang, kehancuran, dan dipenuhi dengan keserakahan manusia-manusia yang tak kunjung puas.Sangat disayangkan, wilayah tiga daratan yang dulunya adalah negeri paling makmur, telah berganti dengan wilayah adu teknologi. Kepintaran manusia, membuat mereka melanggar hukum al

  • The Seven Phoenix Shards    Mundur Sementara

    Menarik mundur seluruh member Tim Treize adalah opsi, yang tidak dapat terelakkan lagi. Markas baru kami telah dihancurkan, dan berpindah ke kawasan lebih aman. Arah Timur Scramble, dekat bangunan bekas pengadilan negeri, di sanalah bangunan setengah jadi, tetapi layak huni menjadi markas kami. Perencanaan berjalan 44%, dan sisanya gagal dari persentase seratus. Benteng pertahanan Argos II telah hancur. Namun, Harvey dan para sekutu-sekutunya masih gencar melakukan kriminalitas. Sosialisasi tentang pentingnya paham hukum di pusat kota, sudah kami lakukan berulang-ulang. Meski, masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi.Aku memprioritaskan kekuatan tim, dengan bidangnya masing-masing. Saat itu, aku tidak ingin mereka belajar segalanya, kecuali magis penyembuhan tingkat satu. Semua anggota Tim Treize wajib mencari satu magis, untuk didalami, ucapku kala itu.Kamar yang di atasnya hanya ada sebuah bohlam tak begitu terang, membuatku nyaris tidak bisa tidur. Aku menarik selimut, hingga menut

  • The Seven Phoenix Shards    Dapartemen Badan Inteligen Erreala

    Awan biru gelap menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Aku pergi berdua saja bersama Calvin, karena rekan yang lain punya banyak misi masing-masing. Hari itu, kami prioritaskan untuk meraih tujuan dengan sempurna. Tidak ada yang lebih penting, daripada keberhasilan misi penculikan Ratu Elena. Bagiku, dia adalah sumber informasi, yang bisa digunakan untuk mendekati Kaisar Harvey."Aku kurang yakin dengan pilihan ini, Ar. Apakah kamu sudah benar-benar memikirkannya dengan matang? Ma maksudku, kita akan memberikan kesempatan pada Ratu Elena, dan membebaskan namanya dari gelar musuh, kan?" Calvin membuka kaleng soda menggunakan mesin, di dekatnya.Teknologi mutakhir pertama kali diaplikasikan pada pesawat. Jika dahulunya, penumpang alat transportasi udara tidak diperkenankan menyalakan data seluler, maka saat modernisasi semakin meluas, setiap orang bisa melakukan apa pun—termasuk surfing internet kala di pesawat.Para profesor memberikan dampak positif, senantiasa menjadi tokoh pentin

  • The Seven Phoenix Shards    Penculikan Ratu Elena

    "Enyahlah kau, Benalu!" Pedang Harvey berhasil memotong tangan kananku.Aku menendang tubuhnya, dengan sekali tendang. "Sayangnya, kibasan pedangmu tidak berasa sakit sama sekali, Harvey!""A apa? Ba bagaimana bisa secepat itu?" Calvin yang berada di belakangku terkejut, setelah melihat regenerasi sel yang kugunakan. Kecepatan magic yang berbeda dari sebelumnya, tentu dapat terlihat jelas dari sana.Aku menoleh, lalu membukakan pintu portal di samping pria, yang mengenakan pakaian cleaning service itu. "Vin, pergilah menuju portal!""Ba baik, Kapten Ar! Eh, Ratu Elena gimana?" tanya Calvin kemudian. Langkahnya berhenti tiba-tiba. Wajahnya seketika kembali panik."Bawa aja sama kamu! Gendong! Cepatlah pulang lebih dulu ke markas! Aku akan menyusul nanti!" perintahku dengan nada tegas. Bagiku, setelah memastikan Calvin dan Ratu Elana selamat, itu adalah awal dari perkelahian tanpa beban.Pedang tajam milik Harvey adalah wujud dari maut. Mengelak saja tidak akan membuatku menang. Lagi pu

Bab terbaru

  • The Seven Phoenix Shards    Semoga Bahagia!

    Aku tersenyum manis, terpesona pada keahlian memasaknya. "Bagaimana kalo kita jalan-jalan minggu depan?" tawarku pada wanita yang sibuk menghitung takaran gula, di depan sana."Tumben ngajak jalan." Eunoia–yang mengenakan daster merah muda, tampak sibuk menyiapkan secangkir kopi hangat untukku. Toples kopi terlihat berantakan karenanya. Ya, namanya juga baru belajar masak, makanya seperti itu. Aku cukup memaklumi kondisinya–latar belakang sebagai orang kaya membuatnya manja.Kami berada di dapur berukuran luas, berdesain ala-ala restoran mahal. Sepertinya arsitek yang kurental tidak lagi memikirkan desainnya. Mereka selalu membuat ruangan luas di rumahku, dan itu bukan yang pertama kalinya. Untunglah, aku hanya perlu membayar, dan menikmati hasilnya. Lagian, menasehati mereka hanya membuang tenaga."Kamu nggak sibuk, kan? Lagian, jalan-jalannya di hari Minggu kok. Apa iya, kamu nggak bisa juga?" Aku menghentikan suapan nasi ke mulut. "Refreshing dong sekali-sekali juga." "Iya, boleh

  • The Seven Phoenix Shards    Reuni Para Pahlawan

    Sebuah meja makan yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan, tampak menggiurkan perut kosongku. Aku berdiri di antara orang-orang yang sibuk dengan santapannya. Memperhatikan mereka dengan tajam, sepertinya membuat Degree meningkatkan kewaspadaannya.Lampu kristal yang tergantung, di atas langit-langit ruangan interior klasik, terlihat begitu indah. Ada dua jenis kursi, yaitu sofa dengan bantalan empuk, dan kursi kayu berdesain batik. Lantai yang terbuat dari keramik mahal, membuat bibirku tak berhenti mengucapkan ketakjuban.Pandanganku berpindah ke sana kemari. Ya, ada seseorang yang ingin sekali kutemui. Sudah lama rasanya, semenjak peristiwa kehancuran alter ego. Rasa rindu ingin bertemu, dan bercengkerama memang ingin kulakukan, setelah lepas dari kesibukan menjadi seorang kepala negara.Masa jabatan yang baru setahun kujalani, dan masih terlalu cepat untuk lengser. Lagi pula, penduduk sudah memilih, dan mengembankan tugas penting itu padaku. Suatu amanah harus dilakukan,

  • The Seven Phoenix Shards    Kembalinya Kedamaian

    Apa yang telah berlalu, dijadikan sebagai pelajaran berharga. Aku menghirup udara segar Kota Scramble. Seluruh penduduk telah dibuat amnesia tentang kejadian di masa lalu. Biarlah, apa yang menjadi rahasia dunia, tetap seperti itu.Aku melepaskan jas hitam formal. Kemudian, meletakkannya di dekat meja kerja. Dokumen yang telah menumpuk seperti gunung kecil, kubiarkan saja. Menjadi pekerja keras, dan pemimpin Negara Erreala sungguh berat.Secangkir teh hangat dengan daun pandan yang dibentuk segi empat, kuminum perlahan. Menyeruput segelas teh adalah ketenangan yang sangat kurindukan. Di balik kaca, para karyawan muda tampak berlalu-lalang. Beberapa di antaranya saling bertegur sapa. Menu sarapan di pagi hari itu adalah telur dadar buatan Eunoia. Makanan yang dia buat sudah mampu menyaingi chef ternama, tetapi tidak dengan Sera.Hidup dengan bayangan masa lalu tidak akan habisnya. Aku mencoba untuk menjalani semuanya, tanpa adanya Aoi lagi. Kebisingan di istana kepresidenan sudah menj

  • The Seven Phoenix Shards    Menghancurkan Alter Ego

    "ini demi kebaikan semua orang, dan untuk dunia yang akan kembali utuh. Tolong aku, Saudaraku! Aku berjanji akan memberikan peluang padamu." Aku berlari cepat ke arah Dewa Naga berkepala tujuh. "Tidak. Jangan lakukan hal sebodoh itu, Yang Mulia!"Pantulan bayangan hitam yang menyerupai Naga Neraka–dalam sejarah Sorcgard disebut alter ego negatif (kepribadian ganda bersifat jahat), mendekat, lalu melahap Dewa Ergonza. Aku gemetar, tetapi tetap melangkah maju.Pedang di tangan kanan, dan tameng pelindung di tangan kiri. Aku menendang cermin perjanjian itu dengan tendangan maut. Berharap akan menjadi lebih baik. Namun, malah sebaliknya. Ya, semuanya telah terlambat.Dinding kebaikan antara jiwa-jiwa orang hidup, dan mati tengah mengalami kehancuran. Semua catatan batas kematian berterbangan ke mana-mana. Bola-bola kristal kematian pecah. Kekacauan di ruangan tanpa atap itu membuat telingaku berdenging. Berisik sekali. Gendang telingaku rasanya ingin pecah. Di hadapan, Dewa Naga telah b

  • The Seven Phoenix Shards    Sebelas VS Satu Kekuatan OP

    Sebuah kerajaan yang dibangun bertingkat-tingkat tampak berantakan. Semua pasukan Aksa–para ksatria titisan anak Dewa, berkumpul memadati api pengorbanan. Kejadian serupa pernah terjadi juga di masa lalu. Entah apa yang membuat mereka se-naif itu.Aku memerintahkan Nona Filia, untuk mendaratkan pesawat lima belas meter dari pusat istana. Mengingat kegentingan tengah terjadi, aku membagi tim menjadi dua kelompok.Satu kelompok terbagi menjadi lima anggota, kecuali tim dua. Ya, Harvey tidak mungkin berpisah denganku. Mereka–anggota Tim D yang lainnya, takut Harvey malah berkhianat di tengah jalan. Oleh karena itulah, aku selaku kapten memutuskan sendiri pembagian tim.Benteng besar dengan tumpukan bebatuan dari permata, menjulang tinggi bak gunung terbesar di Scramble–Gunung Zu. Pintu gerbang yang telah terbuka, memungkinkan kami masuk, tanpa harus memecahkan sandi.Peradaban kuno masih terikat dengan dinding-dinding Kerajaan Aksa. Tiga patung besar di masa Azo telah dihancurkan. Dulu,

  • The Seven Phoenix Shards    Setelah Kepergiannya

    "Ya, bisa dibilang, aku dapat berubah wujud menjadi apa saja, dan menyamarkan identitasku sebagai Dewi Phoenix."Kalimat itu memenuhi alam pikiranku. Setelah Degree memberitahukan segalanya padaku, barulah kesadaran mencintai dengan tulus itu timbul. Penyesalan memang selalu di akhir, itulah yang mereka katakan padaku.Dia yang sudah pergi meninggalkan, mungkinkah 'kan kembali? Dewi Phoenix ingin mewujudkan dunia yang adil, dan penuh dengan kebahagiaan. Namun, akulah yang menghanguskan segala asanya itu.Abu yang sudah tertiup angin, melayang entah ke mana. Aku kehilangan belahan jiwa, yang selama ini tidak pernah mengecap kata, "dihargai". Mencintainya adalah keterlambatan yang paling disesalkan.Kusandarkan kepala ke sebuah dinding beton–penghalang antara daratan dan lautan, yang ada di dekat tempat terakhir kepergiannya. Aku lelah menghadapi segala hal, yang sebenarnya tidak ingin kulakukan. Kewajiban yang telah kuambil, terucap sumpah, hingga jiwa menjadi saksinya, berat. Kejadia

  • The Seven Phoenix Shards    Permintaan Terakhir Aoi

    Perjuanganku selama ini tidak ada gunanya lagi. Aku menghancurkan semua benda yang ada di sekitar sana. Kemarahanku sudah tak bisa ditampung. Dalam satu kali semburan api, aku membakar seluruh sisi lapangan.Harvey mencoba menghentikan, tetapi kekuatanku jauh lebih besar. Hanya menggunakan satu persen magis, anak Dewa Naga itu tak kuasa menahannya. Portal pelindung tingkat tinggi yang dia bangun, kuhancurkan dengan satu kali pukulan.Magis sempurnaku telah bangkit kembali. Kekuatan keseimbangan alam yang bercampur, dengan kristal phoenix telah menguasai seluruh universe. Jentikan jariku bisa mengalahkan siapa pun. Aku tidak takut tewas, karena keabadian telah menjadi milik.Kehancuran akibat magis tingkat tinggiku, menghantarkan Tim Treize ke lokasi. Aku menerbangkan diri menggunakan sayap guardian. Kemudian, memasang garis pembatas, agar mereka tidak terlibat.Degree bersama Bibi Naya mencoba untuk menghancurkan dinding tebal itu. Namun, tentu saja tidak akan bisa. Kekuatan rendahan

  • The Seven Phoenix Shards    Kristal Phoenix

    Kristal phoenix berhasil ditemukan. Nenek itu sangat baik hati, karena menyerahkan benda itu padaku. Aku bersama dengan Calvin berhasil mempersingkat kultivasi sempurna, hanya dalam dua hari. Kemajuan yang sangat luar biasa, bukan?Keberangkatan kami menuju Kota Linear membutuhkan waktu sekitar lima jam. Perjalanan termakan lama, lantaran macet di ibu kota. Setelah diceramahi oleh Calvin, aku kembali sadar tentang satu hal, yaitu bukan tentang bagaimana menjadi seorang guardian sejati, tetapi proses perjuangan selama ini.Aku membuka layar ponsel. Pesan di SC tampak menumpuk. Ada sekitar lima ribu chat dari gabungan grub, dan chatting personal. Tidak. Bukan itu yang kucari. Beberapa hari sebelumnya, sebuah nomor yang tidak dikenal memberikanku pesan bertuliskan,"Temui aku sendirian, Azo. Mari selesaikan ini tanpa menggunakan kekuatan sedikit pun. Aku berjanji tidak akan bertarung dengan curang. Kali ini, jika aku menang, maka kau harus bersumpah untuk membunuh dirimu sendiri. Tapi ji

  • The Seven Phoenix Shards    Salah Orang

    Sudah tiga hari aku gelisah. Tubuhku panas dingin. Kepalaku ingin pecah dari tempurung tengkorak. Sebuah pedang yang menancap di atas televisi, tidak bisa ditarik. Berat."Sebenarnya, apa sih, isi kotak kayu itu? Kok pedangku nggak bisa menembusnya, ya?" gumamku seorang diri, sambil memutari televisi yang sudah gosong itu. Di malam sebelum kejadian itu, aku sibuk menonton acara kesayangan—film romantis. Film yang berjudul, "Onze hope for your enemy", karya sutradara terkenal di Linear, memang patut diberi rate seribu dari per sepuluh. Film yang bercerita tentang kehidupan asmara Ceyda–seorang gadis remaja broken home, menuai banyak respon positif dari fansnya. Pertemuan Ceyda dengan seorang pria dingin–Atan, adalah kisah paling unik sepanjang sejarah. Tisuku habis hanya untuk menyeka air mata yang jatuh, ketika menyaksikan film itu di layar televisi.Dua jam setelahnya, aku memutuskan untuk tidur. Lamaran pekerjaanku menjadi asisten lab telah disetujui Tuan Clay—kepala laboratorium

DMCA.com Protection Status