Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of ALASAN SUAMIKU MENDUA: Chapter 131 - Chapter 140

179 Chapters

Part 131. Terima Kasih Untuk Cintamu

Meski ia tahu saat ini janin dalam kandungan sang istri belum berbentuk manusia. Namun, rasa bahagia menuntunnya untuk membisikkan kalimat cinta itu pada calon buah hatinya. Tak terasa bulir bening bersesakkan keluar yang kemudian luruh di pipi mulus Zia. Mendengar kalimat dari bibir Farid barusan membuat dadanya disesaki haru. Tangan Zia pelan mengusap kepala sang suami. Detik ini ia rasakan hidupnya begitu sempurna. Berdampingan dengan laki-laki yang begitu pintar menghargai keberadaannya, hingga dianugerahi calon buah hati dalam waktu sesingkat ini. "Terima kasih sudah menjadikanku istrimu, Bang. Terima kasih atas kebahagiaan yang senantiasa Abang berikan untukku. Terima kasih untuk banyak hal yang bahkan aku tak bisa menyebutnya secara keseluruhan," lirih Zia dengan suara parau. Farid mengangkat wajah, menatap lembut wajah cantik Zia. Seraya membenamkannya ke dalam pelukan. "Abang juga berterima kasih, karena kau telah menjadi penyempurna bagi ibadah Abang serta pelengkap seg
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 132. Perasaan yang Menyiksa

"Pliss, Sin. Tolong jangan terlalu merendahkan Zia di sini. Aku hanya ingin mencari tahu alasan Aiman jatuh cinta sedemikian rupa pada mantan istri pertamanya itu. Tujuannya agar aku bisa memberi saran. Setidaknya kau bisa mengikuti jejak Zia agar Aiman bisa kembali padamu." Sintia bergeming. Rasanya tak mungkin ia mampu mengikuti jejak Zia untuk menaklukkan hati Aiman. Bahkan dari segi berpakaian pun ia dan Zia bak langit dan bumi. Zia berpenampilan tertutup. Yang terlihat hanyalah wajah serta telapak tangannya saja. Sedangkan dirinya masih begitu nyaman dengan penampilan terbukanya. "Jawab jujur, Sin, menurutmu apa yang membuat Aiman mencintai Zia?" tanya Tiara berusaha dengan suara lembut. Ia tidak sepenuhnya tengah mencari tau tentang Zia demi keperluan Sintia, melainkan setengahnya ia tengah memuaskan rasa penasarannya tentang sosok Zia. "Zia berkerudung, Ti," ucap Sintia pelan tanpa melihat lawan bicaranya. "Selain itu?" kejar Tiara. Ia masih tak puas dengan jawaban Sintia.
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 133. Cinta yang Mulai Bertumbuh

"Assalamu'alaikum," sapa Tiara seramah mungkin. Melihat perempuan di hadapannya kini Tiara merasa dirinya masih begitu banyak kekurangan dalam menutupi aurat. Ya, Tiara masih mengenakan celana panjang, meski terlihat longgar, serta pashmina yang ia naikan ke bahu. "Wa'alaikumussalaam," jawab perempuan berkaca mata itu dengan senyum ramah. "Saya Tiara. Maaf, saya mau tanya, kenal Ustadzah Zia? Katanya beliau salah satu tenaga pengajar di sini?" tanya Tiara dengan santun. Senyum lembut mengulas di bibirnya. "Oh, iya, kenal. Ada yang bisa saya bantu? Soalnya hari ini Ustadzah Zia nggak masuk. Beliau izin karena kurang enak badan." Perempuan dengan nama sapaan Haura itu menjelaskan. "Oh, begitu. Nggak, nggak papa, biar besok aku ke sini lagi. Terima kasih, Ustadzah." Tiara mengangguk sopan. Kemudian mengundurkan diri dari hadapan Haura, berjalan kembali ke mobil. *Farid mempercepat langkah kakinya menuju parkiran kampus di mana mobilnya terparkir. Sekilas ia melirik jam tangannya,
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 134. Rindu Pada yang Telah Hilang

Aiman sibuk mencari sendiri jawaban untuk kalutnya. Rasanya pada Tiara kini mulai menyiksanya. Cinta memang datang tanpa kenal tempat, pun ia datang tanpa terlebih dulu mengajukan syarat. Itu yang Aiman rasakan. Cinta yang perlahan hadir di hatinya untuk Tiara seolah tanpa aba-aba. Di mata Aiman, Tiara pantas untuk ia cintai. Perempuan mandiri dengan kepribadian sangat tenang itu telah sukses membuatnya terpikat. Sayangnya, di saat rasa itu tumbuh di hati Aiman, Tiara berniat beranjak pergi. Aiman meraih ponselnya. Benda pipih memanjang berwarna hitam pekat itu kini menyala. Aiman menscroll layar ponselnya dengan telapak ibu jari kanannya, mencari pesan yang Tiara kirimkan di aplikasi hijau miliknya. Cukup jauh ke bawah pesan dari Tiara. Bukti jika keduanya cukup lama tak ada interaksi. Aiman menatap kosong daun pintu kamar di hadapannya. Ia tengah mencari tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengurai rindu yang semakin pekat. Dengan sedikit canggung, Aiman menekan tanda panggi
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 135. Setelah Kau Mulai Menjauh

Pelan Tiara mengusap bulir bening yang sempat tumpah di pipinya. Menarik napas dalam, membiarkan sesak karena rindu itu terurai. Beberapa pesan masuk. Pesan teratas dari grup satu divisi dengannya di kantor. Nama Aiman terlihat nampak di layar. Empat pesan masuk. Ada rasa penasaran di hati Tiara pada pesan yang dikirim Aiman. Apa alasan laki-laki itu menghubunginya? Mungkinkah karena rasa ayang sama? Atau hanya sekedar ingin kembali berbagi kisah seperti yang sudah-sudah? Segera Tiara menggeser kunci pada layar ponselnya demi menjawab tebakan demi tebakan yang kini memenuhi kepalanya. Dalam satu kali klik pesan itu terbuka. Pesan yang cukup panjang menurut Tiara. Ada desir lembut yang perlahan menjalar saat membaca pesan dari Aiman saat mengetahui laki-laki itu merasa kehilangannya. Meski ia sendiri tak paham rasa kehilangan seperti apa yang tengah Aiman rasakan. Sesaat ia berpikir akan ia balas apa pesan Aiman barusan. [Maaf. Baiklah, nanti siang aku tunggu di tempat makan bi
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Paer 136. Kekhawatiran Farid

Farid mempercepat laju kendaraannya. Jika saja jarak antara kantor menuju rumah sakit bisa ia pangkas, maka sejak tadi ia lakukan. Sayangnya, itu hanya ada dalam angannya saja. Setelah mendengar kabar jika Zia tiba-tiba pingsan di kelas dan langsung dibawa ke rumah sakit, detak jantung Farid berdegub cepat hingga detik ini. Beberapa kali ia menekan klakson sebagai isyarat jika ia ingin mendahului kendaraan di depannya. Farid meremas jemari sendiri saat berhenti di lampu merah. Beberapa kali terlihat ia mengembuskan napas panjang, berharap gusar yang membuat sesak dadanya bisa sedikit reda. Berusaha ia dawamkan istigfar saat membayangkan wajah lemah Zia, hatinya tak henti berharap agar Zia baik-baik saja, pun dengan buah cinta mereka yang tengah menumpang di rahim sang istri. Lima belas menit jarak dari kantor menuju rumah sakit tempat di mana Zia berada. Farid bergegas turun. Pintu mobil ia tutup dengan sedikit keras karena terburu-buru. Ia seolah tak bisa lagi berkonsentrasi den
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 137. Terima Kasih Atas Cintamu

"Kenapa malah nangis?" tanya Farid dengan alis bertaut seraya mengusap lembut sudut mata Zia yang kini basah. "Terima kasih karena telah memperlakukanku dengan sangat sempurna." Zia menarik pergelangan tangan kanan Farid, mencium lembut lembut telapak tangan hingga punggung tangan itu dengan mata tertutup. "Itu semua karena kau yang telah menyempurnakan hidupku. Terima kasih telah bersedia menerima lamaran Abang dulu. Jika kau menolak, hari ini tak akan ada kisah manis yang setiap saat Abang rindu seperti sekarang."Zia tak menjawab, ia memeluk tangan kanan Farid dengan air mata yang kembali mengalir. "Kau tau? Sebelum bertemu denganmu Abang bahkan tak pernah memiliki rasa sedalam ini pada perempuan mana pun. Alhamdulillah, Allah menetapkan rasa di hati Abang untuk perempuan yang tepat. Perempuan berhati lembut yang Abang anggap sebagai titisan bidadari." Farid menata rindu di hatinya yang seolah tak kunjung reda. "Sungguh Abang mencintaimu, Zi. Mungkin kau akan bosan mendengar k
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 138. Aku Mencintaimu

"Selain itu apalagi yang Abang inginkan dari Zia?" tanya Zia dengan rasa tak puas.Farid menggeleng cepat. "Sekarang Abang yang memintamu mengatakan apa yang kau pinta dari Abang?" tanya Farid dengan dahi terlipat. Zia menautkan alis, berpikir keras mencari seauatu yang bisa menjadi jawaban atas pertanyaan Farid barusan. Tatapannya mendarat pada renda goren kamar rumah sakit berwarna krem. Persis warna renda goredan kamar mereka. "Zia pengen minta waktu Abang untuk nemenin Zia di rumah."Farid tersenyum simpul. Ini kali pertama ia mendengar permintaan yang terkesan manja dari istrinya itu. "Tumben?" goda Farid. Zia hanya tersenyum dengan rona di wajah terlihat bahagia. "Tapi nggak bisa sekarang, Sayang. Bisanya minggu depan paling cepat. Besok Abang akan ajukan cuti. Tiga hari cukup?" tanya Farid memastikan. Zia mengangguk cepat. Ia sendiri merasa permintaannya kali ini sedikit berlebihan. "Abang tak keberatan?" Farid menggeleng cepat. Ia bahkan sangat senang dengan permintaa
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 139. Aku Akan Menerimamu dengan Syarat

"Aku bahkan tak ingin mengetahui kisah tentangnya lagi, Ti. Jujur, aku mencintaimu, Ti," lirih Aiman diakhir kalimatnya dengan nada sendu. Tiara tersenyum tipis. Ia berusaha tetap meski hatinya disesaki bahagia mendengar kalimat Aiman tentang perasaannya barusan. "Tapi tidak dengan Sintia. Hingga detik ini keinginannya masih sama. Mendapatkanmu secara utuh seperti dulu lagi." Tiara berkata apa adanya. Ia tak ingin membohongi hatinya tentang keadaan yang sebenatnya. Aiman mengusap kasar wajahnya. Semakin ke sini ia semakin kesal dengan ulah Sintia yang menganggap seolah tak ada lagi laki-laki lain di dunia ini yang lebih baik dari dirinya. Lebih lagi mengingat kembali pengkhianatan Sintia terhadapnya membuat Aiman semakin muak. "Aku semakin tak mengerti dengan isi kepala Sintia. Dulu dengan santainya dia mengkhinatiku saat aku sudah memantapkan hati untuk mempertahankannya, meski saat itu aku mulai sadar jika aku sudah salah langkah. Setelah ia kubebaskan, sekarang malah ingin kemb
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Part 140. Semakin Muak

"Aku akan menerimamu dengan satu syarat …."Tiara menggantung kalimatnya. Jujur ia tak tega membiarkan Aiman berjuang meyakinkan perempuan tak biasa seperti Sintia. Namun, untuk menerima Aiman secara cuma-cuma pun tak mungkin karena hanya akan membuat keadaan semakin kacau. "Apa yang kau pinta sebagai syaratnya, Ti? Selagi aku sanggup, akan aku lakukan," ucap Aiman dengan secercah harapan muncul di relung hatinya. Menciptakan semangat baru demi cintanya. Tiara mengangkat pandangannya, menatap wajah tampan dengan bola mata kecoklatan milik Aiman. Hatinya kembali berdesir hebat seiring detak jantung yang semakin berpacu. Lelaki yang beberapa bulan terakhir bayangannya kerap melintas saat ia sedang sendiri kini telah mengutarakan rasa yang sama untuknya. Detik-detik yang Tiara harapkan sejak lama. Berusaha ia selami tatapan mata dari laki-laki berpostur tubuh ideal itu. Ada cinta di sana, ada rindu yang sama dengan yang ia punya. Tiara tersenyum lembut. "Aku hanya ingin kau mengata
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status