Beranda / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 134. Rindu Pada yang Telah Hilang

Share

Part 134. Rindu Pada yang Telah Hilang

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-16 11:39:42

Aiman sibuk mencari sendiri jawaban untuk kalutnya. Rasanya pada Tiara kini mulai menyiksanya.

Cinta memang datang tanpa kenal tempat, pun ia datang tanpa terlebih dulu mengajukan syarat. Itu yang Aiman rasakan. Cinta yang perlahan hadir di hatinya untuk Tiara seolah tanpa aba-aba.

Di mata Aiman, Tiara pantas untuk ia cintai. Perempuan mandiri dengan kepribadian sangat tenang itu telah sukses membuatnya terpikat. Sayangnya, di saat rasa itu tumbuh di hati Aiman, Tiara berniat beranjak pergi.

Aiman meraih ponselnya. Benda pipih memanjang berwarna hitam pekat itu kini menyala.

Aiman menscroll layar ponselnya dengan telapak ibu jari kanannya, mencari pesan yang Tiara kirimkan di aplikasi hijau miliknya.

Cukup jauh ke bawah pesan dari Tiara. Bukti jika keduanya cukup lama tak ada interaksi.

Aiman menatap kosong daun pintu kamar di hadapannya. Ia tengah mencari tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengurai rindu yang semakin pekat.

Dengan sedikit canggung, Aiman menekan tanda panggi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 135. Setelah Kau Mulai Menjauh

    Pelan Tiara mengusap bulir bening yang sempat tumpah di pipinya. Menarik napas dalam, membiarkan sesak karena rindu itu terurai. Beberapa pesan masuk. Pesan teratas dari grup satu divisi dengannya di kantor. Nama Aiman terlihat nampak di layar. Empat pesan masuk. Ada rasa penasaran di hati Tiara pada pesan yang dikirim Aiman. Apa alasan laki-laki itu menghubunginya? Mungkinkah karena rasa ayang sama? Atau hanya sekedar ingin kembali berbagi kisah seperti yang sudah-sudah? Segera Tiara menggeser kunci pada layar ponselnya demi menjawab tebakan demi tebakan yang kini memenuhi kepalanya. Dalam satu kali klik pesan itu terbuka. Pesan yang cukup panjang menurut Tiara. Ada desir lembut yang perlahan menjalar saat membaca pesan dari Aiman saat mengetahui laki-laki itu merasa kehilangannya. Meski ia sendiri tak paham rasa kehilangan seperti apa yang tengah Aiman rasakan. Sesaat ia berpikir akan ia balas apa pesan Aiman barusan. [Maaf. Baiklah, nanti siang aku tunggu di tempat makan bi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Paer 136. Kekhawatiran Farid

    Farid mempercepat laju kendaraannya. Jika saja jarak antara kantor menuju rumah sakit bisa ia pangkas, maka sejak tadi ia lakukan. Sayangnya, itu hanya ada dalam angannya saja. Setelah mendengar kabar jika Zia tiba-tiba pingsan di kelas dan langsung dibawa ke rumah sakit, detak jantung Farid berdegub cepat hingga detik ini. Beberapa kali ia menekan klakson sebagai isyarat jika ia ingin mendahului kendaraan di depannya. Farid meremas jemari sendiri saat berhenti di lampu merah. Beberapa kali terlihat ia mengembuskan napas panjang, berharap gusar yang membuat sesak dadanya bisa sedikit reda. Berusaha ia dawamkan istigfar saat membayangkan wajah lemah Zia, hatinya tak henti berharap agar Zia baik-baik saja, pun dengan buah cinta mereka yang tengah menumpang di rahim sang istri. Lima belas menit jarak dari kantor menuju rumah sakit tempat di mana Zia berada. Farid bergegas turun. Pintu mobil ia tutup dengan sedikit keras karena terburu-buru. Ia seolah tak bisa lagi berkonsentrasi den

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 137. Terima Kasih Atas Cintamu

    "Kenapa malah nangis?" tanya Farid dengan alis bertaut seraya mengusap lembut sudut mata Zia yang kini basah. "Terima kasih karena telah memperlakukanku dengan sangat sempurna." Zia menarik pergelangan tangan kanan Farid, mencium lembut lembut telapak tangan hingga punggung tangan itu dengan mata tertutup. "Itu semua karena kau yang telah menyempurnakan hidupku. Terima kasih telah bersedia menerima lamaran Abang dulu. Jika kau menolak, hari ini tak akan ada kisah manis yang setiap saat Abang rindu seperti sekarang."Zia tak menjawab, ia memeluk tangan kanan Farid dengan air mata yang kembali mengalir. "Kau tau? Sebelum bertemu denganmu Abang bahkan tak pernah memiliki rasa sedalam ini pada perempuan mana pun. Alhamdulillah, Allah menetapkan rasa di hati Abang untuk perempuan yang tepat. Perempuan berhati lembut yang Abang anggap sebagai titisan bidadari." Farid menata rindu di hatinya yang seolah tak kunjung reda. "Sungguh Abang mencintaimu, Zi. Mungkin kau akan bosan mendengar k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 138. Aku Mencintaimu

    "Selain itu apalagi yang Abang inginkan dari Zia?" tanya Zia dengan rasa tak puas.Farid menggeleng cepat. "Sekarang Abang yang memintamu mengatakan apa yang kau pinta dari Abang?" tanya Farid dengan dahi terlipat. Zia menautkan alis, berpikir keras mencari seauatu yang bisa menjadi jawaban atas pertanyaan Farid barusan. Tatapannya mendarat pada renda goren kamar rumah sakit berwarna krem. Persis warna renda goredan kamar mereka. "Zia pengen minta waktu Abang untuk nemenin Zia di rumah."Farid tersenyum simpul. Ini kali pertama ia mendengar permintaan yang terkesan manja dari istrinya itu. "Tumben?" goda Farid. Zia hanya tersenyum dengan rona di wajah terlihat bahagia. "Tapi nggak bisa sekarang, Sayang. Bisanya minggu depan paling cepat. Besok Abang akan ajukan cuti. Tiga hari cukup?" tanya Farid memastikan. Zia mengangguk cepat. Ia sendiri merasa permintaannya kali ini sedikit berlebihan. "Abang tak keberatan?" Farid menggeleng cepat. Ia bahkan sangat senang dengan permintaa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 139. Aku Akan Menerimamu dengan Syarat

    "Aku bahkan tak ingin mengetahui kisah tentangnya lagi, Ti. Jujur, aku mencintaimu, Ti," lirih Aiman diakhir kalimatnya dengan nada sendu. Tiara tersenyum tipis. Ia berusaha tetap meski hatinya disesaki bahagia mendengar kalimat Aiman tentang perasaannya barusan. "Tapi tidak dengan Sintia. Hingga detik ini keinginannya masih sama. Mendapatkanmu secara utuh seperti dulu lagi." Tiara berkata apa adanya. Ia tak ingin membohongi hatinya tentang keadaan yang sebenatnya. Aiman mengusap kasar wajahnya. Semakin ke sini ia semakin kesal dengan ulah Sintia yang menganggap seolah tak ada lagi laki-laki lain di dunia ini yang lebih baik dari dirinya. Lebih lagi mengingat kembali pengkhianatan Sintia terhadapnya membuat Aiman semakin muak. "Aku semakin tak mengerti dengan isi kepala Sintia. Dulu dengan santainya dia mengkhinatiku saat aku sudah memantapkan hati untuk mempertahankannya, meski saat itu aku mulai sadar jika aku sudah salah langkah. Setelah ia kubebaskan, sekarang malah ingin kemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 140. Semakin Muak

    "Aku akan menerimamu dengan satu syarat …."Tiara menggantung kalimatnya. Jujur ia tak tega membiarkan Aiman berjuang meyakinkan perempuan tak biasa seperti Sintia. Namun, untuk menerima Aiman secara cuma-cuma pun tak mungkin karena hanya akan membuat keadaan semakin kacau. "Apa yang kau pinta sebagai syaratnya, Ti? Selagi aku sanggup, akan aku lakukan," ucap Aiman dengan secercah harapan muncul di relung hatinya. Menciptakan semangat baru demi cintanya. Tiara mengangkat pandangannya, menatap wajah tampan dengan bola mata kecoklatan milik Aiman. Hatinya kembali berdesir hebat seiring detak jantung yang semakin berpacu. Lelaki yang beberapa bulan terakhir bayangannya kerap melintas saat ia sedang sendiri kini telah mengutarakan rasa yang sama untuknya. Detik-detik yang Tiara harapkan sejak lama. Berusaha ia selami tatapan mata dari laki-laki berpostur tubuh ideal itu. Ada cinta di sana, ada rindu yang sama dengan yang ia punya. Tiara tersenyum lembut. "Aku hanya ingin kau mengata

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 141. Ingin Bertemu

    "Boleh aku tahu apa yang membuatmu berkeinginan kuat melindungi Zia dari ulah Sintia?" tanya Aiman berusaha mengurai tanya di benaknya. Tiara menjawabnya dengan senyum. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Aiman tentang Zia, tapi ia urungkan. Ia ingin mengenal secara langsung sosok Zia tanpa harus mendengarnya dari yang lain. "Naluri perempuan mana pun tak akan ada yang membenarkan Sintia dalam permasalahan kalian dulu, termasuk aku. Aku orang pertama yang menentang perbuatan Sintia kala itu. Sayangnya, Sintia baru menceritakannya padaku saat kalian sudah resmi menikah."Tiara menarik napas dalam. Ada banyak hal yang membuat nalurinya ingin melindungi Zia. Aiman bergeming. Ia memberikan waktu untuk Tiara meluahkan isi hatinya tentang mantan istrinya itu, mantan istri terbaik yang pernah ia miliki. "Jujur, yang kutahu tentang Zia dari Sintia hanyalah kisah buruknya. Dan kudengar darimu semua kebaikan Zia. Aku menjadi penasaran dengan sosok Zia. Dan hingga kini yang aku yakini

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 142. Aku Tak Bisa Melupakanmu!

    "Maaf, bisa saya minta nomor ponsel atau alamat Ustadzah Zia?" tanya Tiara dengan senyum lembut. Beberapa saat perempuan berkaca mata itu hanya diam. Ia tak bisa memberikan nomor Zia pada sembarang orang. Namun, sudut hatinya mengatakan jika perempuan di sampingnya itu tak memiliki niat buruk terhadap Zia. "Jika Ustadzah keberatan aku tak akan memaksa," ucap Tiara dengan senyum lembut. "Aku hanya ingin menyampaikan hal yang aku anggap penting pada beliau," lanjut Tiara dengan santun. Rahma membalas kalimat Tiara dengan senyum lembut. Sesaat kemudian ia membuka ransel kecil miliknya, merogoh ponsel dari dalamnya. Dua belas digit nomor ia sebut, sedangkan Tiara fokus mengetik di layar ponselnya."Makasih, Ustadzah," ucap Tiara sumringah. Setidaknya ia sudah memiliki akses untuk lebih dekat dengan Zia, meski hanya lewat nomor telpon. "Perlu alamat Ustadzah Zia?" tawar Rahma dengan senyum simpul. "Boleh, jika Ustadzah tidak keberatan."Rahma tak menjawab. Ia mengeluarkan secarik ker

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16

Bab terbaru

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status