Semua Bab ALASAN SUAMIKU MENDUA: Bab 121 - Bab 130

179 Bab

Part 121. Bertemu Sintia

"Kau bisa katakan alasannya?" tanya Aiman sedikit heran. Tiara terdengar menghela napas panjang. "Sintia.""Sintia?" Aiman menautkan alis. Tiara meluruhkan tatapan matanya menatap datar hamparan rerumputan hijau bak karpet raksasa yang menghampar di hadapannya. "Ya! Aku tak ingin Sintia membenciku andai ia tahu kita sering bertemu. Bagaimana pun aku harus menghargai perasaannya sebagai teman."Aiman bergeming. Rasa nyaman yang mulai hadir membuatnya keberatan dengan ucapan Tiara. Cukup lama Aiman menimbang apakah ia harus mengatakan perasaannya secepat ini pada Tiara. Namun pada akhirnya ia tahan. Kandasnya pernikahannya dengan Sintia cukup untuk menjadi pelajaran bagi Aiman agar tidak terburu-buru dalam memilih. Terlebih rasa nyaman yang ia rasakan pada Tiara baru beberapa hari yang lalu hadir. Merasa Aiman hanya diam Tiara berbalik, seraya mengembus napas pelan. "Baiklah, aku rasa cukup. Aku pamit sekarang," ucapnya dengan senyum mengembang, senyum dengan rasa canggung. "Kena
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 122. Bantu Aku Meyakinkannya

"Kita bertemu di sini, Zi." Sebuah suara yang cukup familiar di telinga Zia, membuat perempuan itu menghentikan gerakan tangannya lalu menoleh ke asal suara. Tak ada kata yang keluar dari bibir Zia setelah tahu siapa yang menegurnya. Tangan kirinya sibuk memegang botol minuman, sedang tangan kanannya menutup kembali freezer minuman di hadapannya. Zia hendak berjalan menuju meja kasir. Namun Sintia berusaha menghalanginya. Perempuan itu menatap sinis pada Zia dengan tangan bersedekap di dada. "Apakah semua perempuan bergelar ustadzah agar bersikap demikian saat ditegur baik-baik?" tanya Sintia dengan nada merendahkan. Setelah apa yang dilakukannya pada Zia, perempuan itu masih saja merasa seolah dirinya tak memiliki salah sedikit pun. Zia menghela napas panjang. Dipertemukan dengan Sintia dalam keadaan telah bersama Farid tetap tak bisa membuatnya bersikap manis pada perempuan itu. "Apa yang kau inginkan?" tanya Zia tanpa basa-basi dengan wajah terlihat dingin. Malas rasanya jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 123. Kembali Berulah

"Kau masih sakit hati dengan hal itu, Zi? Jangan-jangan kau masih menyimpan rasa dengan Bang Aiman meski kau sudah menikah dengan laki-laki lain." Sintia tersenyum mengejek, membuat Zia hanya mampu memejamkan mata dengan gigi bergemelutuk. Cinta pada Aiman bahkan sudah tak lagi berbekas, melainkan rasa perih yang saat-saat tertentu masih terasa menyayat. Zia mengembuskan napas kasar. Ia rasakan jika sikap buruk Sintia seperti sudah mendarah daging. "Jika kumau, aku bahkan bisa kembali padanya setelah dia mentalakmu," ucap Zia dengan senyum sinis. Ia sadar, berhadapan dengan Sintia tak bisa dengan cara lembut dan mengalah. "Suamimu itu bahkan memintaku untuk kembali saat belum genap 24 jam kalian berpisah," lanjut Zia. Ucapan Zia kali ini begitu lembut, tapi terdengar panas di telinga Sintia. Sintia meremas ujung kemeja yang tengah ia kenakan. Ia merasa kesal mendengar kalimat Zia barusan, karena ia tahu Zia tak mungkin berbohong tentang hal itu. Ia merasa kesal karena belum genap
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 124. Aku Tak Akan Mempercayainya

Bukan Sintia namanya jika tak bisa memutar balikkan fakta agar musuhnya lah yang terlihat bersalah. "Dia yang memulai. Ketahuilah, istrimu itu masih menyimpan rasa pada mantan suamiku. Bahkan saat aku masih bersama suamiku dulu," adu Sintia membuat wajah Zia sedikit pias. Ia merasa khawatir jika Farid akan mempercayai ucapan Sintia."Tutup mulutmu! Jika saja kau laki-laki aku tak akan membiarkanmu pulang dalam keadaan tenang." Farid menatap Sintia dengan tatapan muak. Beberapa saat kemudian ia mendekat pada Zia, menarik pelan tangan istrinya itu. Zia menurut dengan bibir terkunci. "Kita pergi sekarang!" ucap Farid tanpa peduli Sintia yang masih terpaku dengan lidah kelu. Kalimat Farid sukses membuat Sintia mematung dengan lutut sedikit bergetar. Namun, tidak menjadi alasan perempuan itu untuk menyerah dalam mencapai keinginannya. Farid berlalu dari hadapan Sintia dengan menggandeng bahu Zia. Zia mengiringi langkah Farid dalam diam. Sintia menatap perlakuan lembut Farid pada Zia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 125. Rencana Jahat

"Bukankah kita tak pernah tahu tentang masa depan?" Zia balik bertanya. Farid tersenyum mendengar kalimat Zia. "Karena sebab itu, kita cukup meyakinkan diri sendiri dan pasangan agar semua berjalan sesuai harapan masing-masing, Sayang. Selebihnya pasrahkan pada-Nya agar hati kita lebih tenang."Kedua tangan Farid mencubit lembut pipi Zia bersamaan dengan kecupan lembut di kening sang istri. "Kita berangkat sekarang! Lupakan saja perempuan itu. Abang tak ingin istri Abang banyak pikiran hanya karena bertemu seseorang yang tak penting untuk diladeni."Zia hanya tersenyum lembut. Farid sangat paham bagaimana mengambil sikap, hingga membuat hati Zia selalu luluh oleh setiap sikap dan kalimatnya. *"Gimana perasaanmu sekarang, Ra?" tanya Zia saat melihat Fira yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Sejak ia datang, adik iparnya itu sudah beberapa kali bolak balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan makanan yang sempat masuk ke dalam perutnya. Fira berjalan menuju sofa panjang yang Zia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 126. Dekati Dengan Cara Baik-baik

"Kau gil*, Sin!"Tiara tersentak saat mendengar ide gil* Sintia untuk kembali memberi perhitungan pada Zia setelah kejadian di mini market waktu itu. Hari ini Sintia meminta Tiara untuk makan siang bersama di salah satu rumah makan padang di antara kantor keduanya. Bekerja di tempat berbeda membuat keduanya jarang bertemu. Ini kali pertamanya mereka bertemu setelah seminggu yang lalu. "Aku kesal, Ti. Masak aku cuma minta bantuan gitu aja dia nolak. Songong banget, kan?" ucap Sintia sambil mengunyah makanan di mulutnya. Lagi dan lagi, Sintia merasa seolah dirinya lah yang terdzolimi. Dirinya lah yang merupakan korban. Tiara menggeleng pelan seraya menyendokkan suapan terakhir di piringnya memasukkannya ke mulut. Ia ingin cepat-cepat menghabiskan isi piringnya agar bisa berbicara lebih leluasa pada Sintia. Beberapa detik ia mengunyah cepat makanannya kemudian mendorongnya dengan meminum air mineral di hadapannya. Ulah Sintia memang selalu kelewatan menurutnya. Ia kesal karena Sin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 127. Usaha Sintia

"Akan kuusahakan, Sin. Kau bisa memulainya dengan mendekati keluarganya, terlebih orang tuanya," ucap Tiara jujur. Sintia sedikit tersentak. Ia sangat sadar bagaimana pandangan orang tua Aiman terhadapnya. Ya, orang tua Aiman bahkan sama sekali tak menganggapnya sebagai menantu saat mereka tahu Aiman menikahinya dulu. Apalagi sekarang setelah ia berpisah dari Aiman. "Apa tak ada cara lain, Ti?" tanya Sintia dengan wajah getir. Ia sama sekali tak ingin mendapat perlakuan tak manusiawi dari mantan mertuanya itu. Tiara menggeleng pelan. "Itu hal terpenting untuk menaklukkan hati seseorang, Sin. Taklukkan terlebih dahulu hati orang tuanya, terlebih ibunya."Sintia terdiam untuk beberapa saat. Kalimat Tiara barusan membuat nyalinya menciut. "Tenang, Sin, aku yakin kau bisa. Sudah kukatakan, kau hanya butuh sabar dan sabar. Sabar tentang waktu dan sabar dalam menghadapi rintangan yang akan datang kelak." "Aku khawatir mendapat perlakuan tak baik dari orang tua Bang Aiman, Ti," lirih S
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 128. Tanda Tak Biasa

Farid menata kepergian Zia sambil melongo serta alis bertaut. Ia tak paham kenapa Zia berbuat demikian. Sedetik kemudian Farid beranjak menyusul. Baru saja tangan berbungkus kulit lembut itu hendak menutup pintu mobil, tangan Farid menahannya. "Kok, malah di sini? Ada barang ketinggalan?" tanya Farid tak mengerti. Ditatapnya wajah Zia yang sedikit pucat dengan perasaan khawatir. Tangannya meraba dahi hingga pipi sang istri. Zia hanya menggeleng pelan dengan mata kuyu. "Nggak enak badan?" tanya Farid lagi. "Nggak tau, tiba-tiba kayak meriang, sama nggak nafsu makan," ucap Zia dengan sedikit meringis berusaha menahan aroma soto yang terus menusuk penciumannya. Dengan cekatan Farid membuka dashboard mengambil botol minyak kayu putih yang sengaja ia simpan di sana. Tangannya mengusap lembut area punggung, bahu, hingga dada sang istri, berharap Zia merasa lebih baik. Benar saja, Zia terlihat lebih nyaman karena aroma hangat dari minyak kayu putih yang melekat di tubuhnya sukses me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 129. Zia Hamil

"Kenapa, Sayang?" Dahi Farid berkerut. "Boleh Abang yang bikinin?" tanya Zia. Ini kali pertamanya ia meminta Farid melakukan hal di luar kebiasaannya. Zia cukup tahu jika Farid sama sekali tak pernah berkecimpung di dapur, tapi entah kenapa kali ini ia ingin dilayani suaminya itu.Farid terdiam sesaat, kemudian tersenyum simpul. Baginya, permintaan Zia tidak berlebihan. "Akan Abang coba," ucapnya seraya mengecup lembut kening Zia. Setelahnya ia berjalan keluar menuju dapur untuk menemui asisten rumah tangga mereka. "Bik, bisa tolong ajarin pake alat itu?" tanya Farid pada Bik Suti yang tengah sibuk membersihkan kulkas. Tangannya menunjuk alat pemanggang roti listrik yang tertata rapi di atas meja batu di sampingnya. "Mau ngapain, Den?" Bik Suti balik bertanya dengan wajah heran. Sejenak tangannya yang tadi sibuk melap kulkas terhenti. "Itu, Bik, Zia lagi nggak enak badan. Minta dibikin roti sama teh hangat," ucap Farid dengan senyum tipis. "Kenapa nggak minta Bibi yang buatin?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya

Part 130. Kebahagiaan Sempurna

Seketika Ibu Liana dan Pak Darmawan menghentikan gerakan tangan yang tadi sibuk di atas piring makanan mereka. "Zia hamil?" tanya Ibu Liana dengan alis bertaut dan bibir menyungging senyum. Farid dan Bik Suti tersenyum hampir bersamaan. Keduanya saling tatap beberapa detik, kemudian Farid mengangguk pelan memberi kode agar Bik Suti yang menjelaskan langsung pada sang mama. "Kalau yang Bibi lihat iya, Bu. Tanda-tanda yang terlihat seperti keluhan sama detak jantung Zia menunjukkan kalau Non Zia tengah mengandung. Cuma memang belum periksa ke dokter," jelas Bik Suti. "Alhamdulillah, semoga bener-bener hamil, ya, Bik."Ibu Liana seperti kehilangan selera makan karena rasa bahagia yang tiba-tiba menderanya. Sedetik kemudian perempuan paruh baya itu meneguk air putih dari gelas di hadapannya, kemudian beranjak. "Mama mau ke mana?" tanya Farid saat melihat mamanya beranjak. Tak biasanya ia melihat mamanya meninggalkan makanan di meja pada saat makan. Pak Darmawan menampilkan senyum si
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status