Beranda / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 122. Bantu Aku Meyakinkannya

Share

Part 122. Bantu Aku Meyakinkannya

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-16 11:03:56

"Kita bertemu di sini, Zi."

Sebuah suara yang cukup familiar di telinga Zia, membuat perempuan itu menghentikan gerakan tangannya lalu menoleh ke asal suara.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Zia setelah tahu siapa yang menegurnya. Tangan kirinya sibuk memegang botol minuman, sedang tangan kanannya menutup kembali freezer minuman di hadapannya.

Zia hendak berjalan menuju meja kasir. Namun Sintia berusaha menghalanginya. Perempuan itu menatap sinis pada Zia dengan tangan bersedekap di dada.

"Apakah semua perempuan bergelar ustadzah agar bersikap demikian saat ditegur baik-baik?" tanya Sintia dengan nada merendahkan. Setelah apa yang dilakukannya pada Zia, perempuan itu masih saja merasa seolah dirinya tak memiliki salah sedikit pun.

Zia menghela napas panjang. Dipertemukan dengan Sintia dalam keadaan telah bersama Farid tetap tak bisa membuatnya bersikap manis pada perempuan itu.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Zia tanpa basa-basi dengan wajah terlihat dingin. Malas rasanya jika
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 123. Kembali Berulah

    "Kau masih sakit hati dengan hal itu, Zi? Jangan-jangan kau masih menyimpan rasa dengan Bang Aiman meski kau sudah menikah dengan laki-laki lain." Sintia tersenyum mengejek, membuat Zia hanya mampu memejamkan mata dengan gigi bergemelutuk. Cinta pada Aiman bahkan sudah tak lagi berbekas, melainkan rasa perih yang saat-saat tertentu masih terasa menyayat. Zia mengembuskan napas kasar. Ia rasakan jika sikap buruk Sintia seperti sudah mendarah daging. "Jika kumau, aku bahkan bisa kembali padanya setelah dia mentalakmu," ucap Zia dengan senyum sinis. Ia sadar, berhadapan dengan Sintia tak bisa dengan cara lembut dan mengalah. "Suamimu itu bahkan memintaku untuk kembali saat belum genap 24 jam kalian berpisah," lanjut Zia. Ucapan Zia kali ini begitu lembut, tapi terdengar panas di telinga Sintia. Sintia meremas ujung kemeja yang tengah ia kenakan. Ia merasa kesal mendengar kalimat Zia barusan, karena ia tahu Zia tak mungkin berbohong tentang hal itu. Ia merasa kesal karena belum genap

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 124. Aku Tak Akan Mempercayainya

    Bukan Sintia namanya jika tak bisa memutar balikkan fakta agar musuhnya lah yang terlihat bersalah. "Dia yang memulai. Ketahuilah, istrimu itu masih menyimpan rasa pada mantan suamiku. Bahkan saat aku masih bersama suamiku dulu," adu Sintia membuat wajah Zia sedikit pias. Ia merasa khawatir jika Farid akan mempercayai ucapan Sintia."Tutup mulutmu! Jika saja kau laki-laki aku tak akan membiarkanmu pulang dalam keadaan tenang." Farid menatap Sintia dengan tatapan muak. Beberapa saat kemudian ia mendekat pada Zia, menarik pelan tangan istrinya itu. Zia menurut dengan bibir terkunci. "Kita pergi sekarang!" ucap Farid tanpa peduli Sintia yang masih terpaku dengan lidah kelu. Kalimat Farid sukses membuat Sintia mematung dengan lutut sedikit bergetar. Namun, tidak menjadi alasan perempuan itu untuk menyerah dalam mencapai keinginannya. Farid berlalu dari hadapan Sintia dengan menggandeng bahu Zia. Zia mengiringi langkah Farid dalam diam. Sintia menatap perlakuan lembut Farid pada Zia

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 125. Rencana Jahat

    "Bukankah kita tak pernah tahu tentang masa depan?" Zia balik bertanya. Farid tersenyum mendengar kalimat Zia. "Karena sebab itu, kita cukup meyakinkan diri sendiri dan pasangan agar semua berjalan sesuai harapan masing-masing, Sayang. Selebihnya pasrahkan pada-Nya agar hati kita lebih tenang."Kedua tangan Farid mencubit lembut pipi Zia bersamaan dengan kecupan lembut di kening sang istri. "Kita berangkat sekarang! Lupakan saja perempuan itu. Abang tak ingin istri Abang banyak pikiran hanya karena bertemu seseorang yang tak penting untuk diladeni."Zia hanya tersenyum lembut. Farid sangat paham bagaimana mengambil sikap, hingga membuat hati Zia selalu luluh oleh setiap sikap dan kalimatnya. *"Gimana perasaanmu sekarang, Ra?" tanya Zia saat melihat Fira yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Sejak ia datang, adik iparnya itu sudah beberapa kali bolak balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan makanan yang sempat masuk ke dalam perutnya. Fira berjalan menuju sofa panjang yang Zia

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 126. Dekati Dengan Cara Baik-baik

    "Kau gil*, Sin!"Tiara tersentak saat mendengar ide gil* Sintia untuk kembali memberi perhitungan pada Zia setelah kejadian di mini market waktu itu. Hari ini Sintia meminta Tiara untuk makan siang bersama di salah satu rumah makan padang di antara kantor keduanya. Bekerja di tempat berbeda membuat keduanya jarang bertemu. Ini kali pertamanya mereka bertemu setelah seminggu yang lalu. "Aku kesal, Ti. Masak aku cuma minta bantuan gitu aja dia nolak. Songong banget, kan?" ucap Sintia sambil mengunyah makanan di mulutnya. Lagi dan lagi, Sintia merasa seolah dirinya lah yang terdzolimi. Dirinya lah yang merupakan korban. Tiara menggeleng pelan seraya menyendokkan suapan terakhir di piringnya memasukkannya ke mulut. Ia ingin cepat-cepat menghabiskan isi piringnya agar bisa berbicara lebih leluasa pada Sintia. Beberapa detik ia mengunyah cepat makanannya kemudian mendorongnya dengan meminum air mineral di hadapannya. Ulah Sintia memang selalu kelewatan menurutnya. Ia kesal karena Sin

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 127. Usaha Sintia

    "Akan kuusahakan, Sin. Kau bisa memulainya dengan mendekati keluarganya, terlebih orang tuanya," ucap Tiara jujur. Sintia sedikit tersentak. Ia sangat sadar bagaimana pandangan orang tua Aiman terhadapnya. Ya, orang tua Aiman bahkan sama sekali tak menganggapnya sebagai menantu saat mereka tahu Aiman menikahinya dulu. Apalagi sekarang setelah ia berpisah dari Aiman. "Apa tak ada cara lain, Ti?" tanya Sintia dengan wajah getir. Ia sama sekali tak ingin mendapat perlakuan tak manusiawi dari mantan mertuanya itu. Tiara menggeleng pelan. "Itu hal terpenting untuk menaklukkan hati seseorang, Sin. Taklukkan terlebih dahulu hati orang tuanya, terlebih ibunya."Sintia terdiam untuk beberapa saat. Kalimat Tiara barusan membuat nyalinya menciut. "Tenang, Sin, aku yakin kau bisa. Sudah kukatakan, kau hanya butuh sabar dan sabar. Sabar tentang waktu dan sabar dalam menghadapi rintangan yang akan datang kelak." "Aku khawatir mendapat perlakuan tak baik dari orang tua Bang Aiman, Ti," lirih S

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 128. Tanda Tak Biasa

    Farid menata kepergian Zia sambil melongo serta alis bertaut. Ia tak paham kenapa Zia berbuat demikian. Sedetik kemudian Farid beranjak menyusul. Baru saja tangan berbungkus kulit lembut itu hendak menutup pintu mobil, tangan Farid menahannya. "Kok, malah di sini? Ada barang ketinggalan?" tanya Farid tak mengerti. Ditatapnya wajah Zia yang sedikit pucat dengan perasaan khawatir. Tangannya meraba dahi hingga pipi sang istri. Zia hanya menggeleng pelan dengan mata kuyu. "Nggak enak badan?" tanya Farid lagi. "Nggak tau, tiba-tiba kayak meriang, sama nggak nafsu makan," ucap Zia dengan sedikit meringis berusaha menahan aroma soto yang terus menusuk penciumannya. Dengan cekatan Farid membuka dashboard mengambil botol minyak kayu putih yang sengaja ia simpan di sana. Tangannya mengusap lembut area punggung, bahu, hingga dada sang istri, berharap Zia merasa lebih baik. Benar saja, Zia terlihat lebih nyaman karena aroma hangat dari minyak kayu putih yang melekat di tubuhnya sukses me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 129. Zia Hamil

    "Kenapa, Sayang?" Dahi Farid berkerut. "Boleh Abang yang bikinin?" tanya Zia. Ini kali pertamanya ia meminta Farid melakukan hal di luar kebiasaannya. Zia cukup tahu jika Farid sama sekali tak pernah berkecimpung di dapur, tapi entah kenapa kali ini ia ingin dilayani suaminya itu.Farid terdiam sesaat, kemudian tersenyum simpul. Baginya, permintaan Zia tidak berlebihan. "Akan Abang coba," ucapnya seraya mengecup lembut kening Zia. Setelahnya ia berjalan keluar menuju dapur untuk menemui asisten rumah tangga mereka. "Bik, bisa tolong ajarin pake alat itu?" tanya Farid pada Bik Suti yang tengah sibuk membersihkan kulkas. Tangannya menunjuk alat pemanggang roti listrik yang tertata rapi di atas meja batu di sampingnya. "Mau ngapain, Den?" Bik Suti balik bertanya dengan wajah heran. Sejenak tangannya yang tadi sibuk melap kulkas terhenti. "Itu, Bik, Zia lagi nggak enak badan. Minta dibikin roti sama teh hangat," ucap Farid dengan senyum tipis. "Kenapa nggak minta Bibi yang buatin?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 130. Kebahagiaan Sempurna

    Seketika Ibu Liana dan Pak Darmawan menghentikan gerakan tangan yang tadi sibuk di atas piring makanan mereka. "Zia hamil?" tanya Ibu Liana dengan alis bertaut dan bibir menyungging senyum. Farid dan Bik Suti tersenyum hampir bersamaan. Keduanya saling tatap beberapa detik, kemudian Farid mengangguk pelan memberi kode agar Bik Suti yang menjelaskan langsung pada sang mama. "Kalau yang Bibi lihat iya, Bu. Tanda-tanda yang terlihat seperti keluhan sama detak jantung Zia menunjukkan kalau Non Zia tengah mengandung. Cuma memang belum periksa ke dokter," jelas Bik Suti. "Alhamdulillah, semoga bener-bener hamil, ya, Bik."Ibu Liana seperti kehilangan selera makan karena rasa bahagia yang tiba-tiba menderanya. Sedetik kemudian perempuan paruh baya itu meneguk air putih dari gelas di hadapannya, kemudian beranjak. "Mama mau ke mana?" tanya Farid saat melihat mamanya beranjak. Tak biasanya ia melihat mamanya meninggalkan makanan di meja pada saat makan. Pak Darmawan menampilkan senyum si

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16

Bab terbaru

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status