"Tega amat nggak mau dekat ayahnya," keluh Mas Mirza, dengan menatap lekat ke perutku yang belum terlihat buncit.Aku dapat melihat dunianya yang berderak patah pada matanya yang kelam. Meski hati dilanda rasa bersalah, tapi, hanya bisa meringis menanggapi ucapannya, sambil mengelus perut."Sabar, ya, Yah," ujarku, mencoba menenangkan. Usia kehamilanku telah memasuki bulan kelima, dan aku masih sama, tak mau dekat dengannya. Kecuali … ."Apakah ini akan berjalan selama kehamilan?" ucapnya, serupa putus harapan.Mama mertua, yang kebetulan sedang berkunjung pun tertawa kecil, lalu berkata, "sabar, Mirza. Nanti juga normal lagi, seiring bertambahnya usia janin."Sosok berhidung mancung itu mengangguk-anggukkan kepalanya."Baiklah, aku akan sabar menunggu," ucapnya pelan."Aku bisa gila kalau lama-lama jauh sama kamu, Mbak," ucap Mas Mirza malam harinya, saat tinggal kami berdua yang terjaga. Aku mulai beradaptasi dengan perubahan kondisi tubuh, serta mood yang naik turun. Meski demikian
Last Updated : 2023-01-07 Read more