Home / Pernikahan / Kami Bisa Tanpamu Mas / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kami Bisa Tanpamu Mas: Chapter 81 - Chapter 90

106 Chapters

Bab 81 | Menjemput Bidadari

"Kamu buka pesan wa aku sekarang!” perintahnya, seraya menutup panggilan.Karena penasaran, aku segera membuka pesan whatsapp dari mas Riza, penasaran yang dengan apa yang dia kirimkan. Aku terkejut bukan kepalang, melihat tangkapan layar yang mas Riza kirimkan kepadaku. Dari jam nya menunjukan pukul enam sore, tandanya sudah hampir dua jam yang lalu dia mengirim pesan ini? Tapi siapa yang tega melakukan ini?===================================Aku masih menatap layar ponselku, melihat foto-foto yang mas Riza kirimkan kepadaku sore tadi, foto-foto yang membuat calon suamiku itu merajuk bagai anak remaja yang sedang dilanda cemburu buta. Setelah melihat foto ini pertama kali tadi, aku langsung menghubungi mas Riza melalui panggilan video call, yang langsung diangkatnya pada dering pertama.Nada bicaranya ketus terdengar sangat lucu di telingaku, ditambah ekspresi wajahnya yang dibuat terkesan enggan melihatku, padahal beberapa kali aku menangkap basah dirinya, mencuri pandang kepadak
Read more

Bab 82 | Kebelet Kawin

“Ibuu!!” teriak Langit dan Bumi, berhambur turun dari gendonganku dan beralih memeluk tubuh ramping Gianira, cantik, dengan berbalut gamis bercorak hijau yang dulu ibuku berikan, Gianira tampil anggun dan mempesona. Membuatku terhipnotis untuk memeluk tubuhnya juga, namun sayang, tatapan matanya yang tajam membuatku menghentikan rentangan tanganku yang hampir mendarat ke pundaknya.===================================================POV GianiraSaat ini aku, Mas Riza dan anak-anak tengah berkendara menuju rumah Mas Riza di Jakarta, karena besok kami akan menghadiri pernikahan mas Dhanis dan mbak Tiara. Setelah sebelumnya tadi kami sempat mampir ke warungku untuk menitipkan warung kepada para karyawanku, memberitahukan kepergianku selama beberapa hari kedepan.Sepanjang perjalanan, anak - anakku terlihat begitu senang, mereka memilih bernyanyi-nyanyi bersama dengan calon ayah sambungnya, Mas Riza. Aku sangat terhibur melihat tingkah konyol Mas Riza, walaupun sambil menyetir, namun dir
Read more

Bab 83 | Ayah Tiga Anak

Jujur saja, aku begitu menyukai Mas Riza dengan mood yang sekarang, terlihat lebih hidup dan ringan dalam menjalani hari – harinya. Senyuman selalu terukir di wajah tampannya, walau sesekali sifat ketusnya masih suka keluar, namun, versi Mas Riza saat ini, adalah versi terbaik dari dirinya dan aku sangat menyukai itu.“Andai besok itu pernikahan kita, Gi, pasti aku lebih bahagia lagi, deh! Hmm atau gimana kalau besok, kita numpang nikah aja di acaranya Dhanis sama Tiara, Gi? Pasti seru deh, jadi selesai Dhanis Tiara ijab qabul, terus kita ikutan ijab qabul juga, jdi pulang – pulang kita bisa sekamar, deh!” celetuknya, dengan ekspresi yang tidak bisa kujelaskan. Sabar Gia, jangan sampai kamu termakan hasutannya!=============================POV RizaLagi – lagi aku mendapat cubitan kepiting dari jari lentik Gianira, sungguh aku tidak pernah menyangka, jika Gianira yang begitu lemah lembut terhadap siapapun, bisa memiliki senjata andalan semenyakitkan ini buatku. Memang apa salahnya d
Read more

Bab 84 | Pernikahan Dhanis

“Tapi apa?”“Tapi cintaaaaa banget!” ucapnya kalem, seraya tersenyum menghadap luasnya pantai yang gelap di malam hari. Jangan tanya bagaimana perasaanku kali ini saat mendengarnya, sungguh, rasanya aku benar – benar ingin mengangkat tubuh Gianira, untuk ku gendong dan ku bawa lari ke rumah penghulu terdekat sekarang juga.=============================“Bu kayaknya ada yang sudah enggak waras deh!” celetuk adikku Rima, di tengah – tengah perjalanan kami pulang menuju rumah.“Enggak waras apa sih, Rim?”“Itu lho, Bu, lihat aja dari tadi Mas Riza senyam senyum enggak jelas, Rima jadi ngeri duduk di sampingnya gini, ih menyeramkan banget!” “Jangan gitu mulutmu, Rim, nanti ditiru anak – anak, gimana?” tegur ibuku.“Tau nih, sirik aja kamu sama Mas, Rim,” sahutku menanggapi sindiran Rima.“Dih, sirik sama orang enggak waras, enggak banget, deh! Mbak Gia, saran Rima, mbak fikirin ulang deh buat nikah sama mas Riza, makin hari kelakuannya makin aneh, dulu dia sehat lho, enggak aneh kayak g
Read more

Bab 85 | Hari yang Dinanti

Foto yang menampakan wajahku yang tengah tertawa lepas, dengan latar pantai santolo, aku tidak menyadari jika saat itu mas Riza memotretku, saat kami sekeluarga berlibur ke pantai untuk pertama kalinya.Ada sebuah tulisan tangan di bawah fotonya, yang membuat hatiku tersipu, “Calon bidadariku dan malaikat bagi anak – anakku.”=============================POV RizaAku cukup lega karena akhirnya benar – benar tiba, hari yang sangat kunantikan dalam hidupku, yaitu hari di mana pernikahanku dan Gianira akan berlangsung. Setelah keributan besar kami dua hari lalu, yang hampir saja menggagalkan rencana pernikahan yang sudah kami nanti – nantikan.Ku fikir setelah peringatanku tempo hari, mengenai jangan pernah mengusik hidup Gianira dan anak – anaknya lagi, Faiz akan sadar diri dan malu, namun rasanya semua ucapanku hanya dianggap angin lalu. Karena dua hari lalu, tepat saat kedatanganku ke rumah ibu, aku mendapati Gianira tengah berduaan dengan Faiz.Emosi yang tersulut karena cemburu, me
Read more

Bab 86 | Belum Selesai

“Baru kali ini gue datang ke nikahan orang, yang anak – anaknya juga datang ke nikahan orang tuanya. Jadi setelah ini mereka kalau lihat album nikahan kalian, enggak akan ada drama anak – anak yang menangis karena tidak diundang ke nikahan orang tuanya, ha ha ha,” seloroh Mas Dhanis, membuat kami semua tertawa.=============================Aku tidak menyangka jika acara pernikahanku, akan dihadiri banyak orang penting di negeri ini, mungkin karena pekerjaan Mas Riza sebagai seorang pengacara sukses di Ibu Kota, sehingga memiliki channel dengan orang – orang penting. Pantas saja, Mas Riza memaksa untuk dekorasi acara kami, dibuat sebagus mungkin, menurutnya itu salah satu cara untuk menghargai para tamu undangan, yang akan datang ke pesta kami.Aku hanya menurut, karena bagaimanapun, aku harus menghormati keinginannya, terbukti, hari ini begitu meriah dan ramai, semua orang terlihat bahagia, kecuali mas Jazirah. Dirinya sempat hadir bersama keluarga besarnya, aku memang sengaja mengun
Read more

Bab 87 | Keributan

Kudengar tawanya menguar begitu kencang, salah satu kebiasaan Dhanis, dirinya selalu saja menertawakan jika aku sedang mengalami kesialan, apalagi hal tersebut karena ulahnya. Namun, aku bersyukur memiliki sahabat sepertinya, banyak sekali kebaikan yang dirinya lakukan kepadaku. Mungkin aku akan memberikan hadiah juga untuknya, misalnya memberikannya keponakan baru? Ya sepertinya itu ide yang bagus, kan?============ Niatku untuk melanjutkan ritual pengantin baru lagi-lagi harus tertunda, setelah kepergian Dhanis dengan tawa puasnya, aku berniat untuk melanjutkan aksi ku, namun tiba-tiba ke tiga anak-anak ku menyerbu masuk ke dalam kamar dan memaksaku juga Gianira, untuk menemani mereka makan di salah satu restoran cepat saji, yang menyediakan menu utama ayam goreng.Ternyata memang sesulit ini untuk ku dan Gianira memiliki waktu khusus berdua, karena sudah tentu ada anak-anak yang akan selalu menuntut kami untuk bisa menemani mereka.Aku hanya bisa membuang nafas kasar, rasanya has
Read more

Bab 88 | Rapuh

Suasana semakin riuh, kulihat beberapa pegawai mencoba menenangkan pengunjung yang mulai grasak-grusuk dan tidak nyaman dengan keributan ini. Aku tersenyum puas, bisa memberikan pelajaran pada manusia-manusia sombong seperti mereka. Jangan mereka fikir aku takut dengan ancaman dan larangan mereka, sampai matipun aku tidak akan pernah berhenti mengambil hak ku yang Gianira ambil.================= Suasana semakin ribut, pelanggan rumah makan banyak yang memilih untuk meninggalkan warung makan milik Gianira. Aku tertawa puas, berhasil merusak citra baik rumah makan ini. Setidaknya setelah ini, pengunjung akan berfikir dua kali jika ingin makan di sini. “Cepat sediakan makanan dan minuman yang gue pesan, sekarang!” teriak ku lagi, setelah kulihat pengunjung terakhir meninggalkan warung.“Maaf, Pak, silahkan bapak pergi dari sini sebelum kami lapor polisi!” suara satpam lemah yang Gianira bayar untuk menjaga warungnya.“Kalau gue enggak mau, lu mau apa, hah?” “Baik kalau itu yang bapa
Read more

Bab 89 | Note

Aku senang, setidaknya Gianiraku sudah berhenti menangis dan mulai tersenyum. Kuhapus air matanya dengan sapu tangan yang selalu ada di saku celanaku. Mengecup sekilas pipi kanannya, kemudian membimbingnya untuk naik ke ruang tunggu khusus penumpang, karena pesawat kami akan segera take off.Yeah, Bali … we’re coming!! Tunggu aku dan Gianira-ku sampai sana, akan kubuat senyumnya semakin lebar dan menawan.=============== Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lima puluh lima menit, akhirnya aku dan Gianira mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Bandara ini terlihat begitu ramai, banyak sekali orang lalu lalang di sini dengan segala aktifitas mereka. Karena tidak perlu menunggu bagasi, aku dan Gianira bisa langsung melenggang keluar, mencari supir yang diperintahkan Dhanis untuk menjemput kami.Jarak tempuh dari Bandara ke Villa yang ada di resort tempat kami menginap sekitar dua belas kilometer, tidak begitu jauh sebenarnya. Namun, karena malam ini adalah malam pergantian tahun,
Read more

Bab 90 | Menikmati Malam

Kemudian Gianira membalasku hanya dengan sekali sentuhan, yang langsung membuat seluruh bulu roma kuberdiri. Dasar istri nakal, beraninya dia menyentuh bagian titik terlemahku yang bersembunyi di bawah sana.“Beraninya kamu, Sayang! Kamu sudah bangunin elang tidur, sekarang kamu harus tanggung jawab, berikan mangsa buat elangku makan! Huaawwwhh.” Aku berlari mengejar Gianira yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar, tawanya sangat keras, seakan begitu senang karena telah berhasil membuatku panas dingin karena sekali saja sentuhannya. Lihat saja, Sayang, siapa yang akan menang malam ini.=============== Aku terlambat karena Gianira telah masuk ke dalam kamar mandi lebih dulu. Tawanya masih terdengar, rupanya dia begitu bahagia karena telah membuatku tersiksa. Mengikuti feeling, segera kulepas seluruh pakaianku dan ikut masuk ke dalam kamar mandi. Gianira terkesiap, tawanya mendadak berhenti kala netra kami bertemu.Memutus jarak, kuraih tubuh setengah polos Gianira untuk masuk ke da
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status