“Tapi apa?”“Tapi cintaaaaa banget!” ucapnya kalem, seraya tersenyum menghadap luasnya pantai yang gelap di malam hari. Jangan tanya bagaimana perasaanku kali ini saat mendengarnya, sungguh, rasanya aku benar – benar ingin mengangkat tubuh Gianira, untuk ku gendong dan ku bawa lari ke rumah penghulu terdekat sekarang juga.=============================“Bu kayaknya ada yang sudah enggak waras deh!” celetuk adikku Rima, di tengah – tengah perjalanan kami pulang menuju rumah.“Enggak waras apa sih, Rim?”“Itu lho, Bu, lihat aja dari tadi Mas Riza senyam senyum enggak jelas, Rima jadi ngeri duduk di sampingnya gini, ih menyeramkan banget!” “Jangan gitu mulutmu, Rim, nanti ditiru anak – anak, gimana?” tegur ibuku.“Tau nih, sirik aja kamu sama Mas, Rim,” sahutku menanggapi sindiran Rima.“Dih, sirik sama orang enggak waras, enggak banget, deh! Mbak Gia, saran Rima, mbak fikirin ulang deh buat nikah sama mas Riza, makin hari kelakuannya makin aneh, dulu dia sehat lho, enggak aneh kayak g
Read more