Semua Bab Kami Bisa Tanpamu Mas: Bab 91 - Bab 100

106 Bab

Bab 91 | Prank?

“Lagi mikiran apa, Gi?” tangan kekar Mas Riza membelit perutku dari belakang, meletakan wajahnya pada ceruk leherku.“Aku kangen anak-anak, Mas,” lirihku, mengusap wajahnya dengan lembut.“Tadikan sudah video call mereka? Insya Allah mereka baik-baik saja. Gimana kalau kita ulangin yang semalam lagi, yuk! Kita kasih oleh-oleh adik bayi buat mereka, pasti mereka akan senang, deh,” selorohnya, menenangkan dan menggodakan. Tangannya sudah menjelajah menelusuri bagian dalam tubuhku yang tertutup maxi dress.============= POV RizaAktifitasku dan Gianira harus terhenti di ronde ke dua karena suara ketukan dari pintu luar Villa. Menarik paksa milikku dari posisi nyaman yang teramat hangat. Gianira menahan tawa melihat wajahku yang cemberut karena belum tuntas menyelesaikan hajatku terhadapnya. Mengambil pakaian yang berserak di lantai dan memakainya, gegas aku berjalan keluar kamar, memeriksa siapa gerangan yang berani mengganggu aktifitas dewasaku pagi ini.Suara ketukan semakin keras te
Baca selengkapnya

Bab 92 | Cemburu

“Gila, lu. Mandi sana!!” teriak Mas Riza, melempar bantal sofa yang berada di dekatnya.Aku hanya tertawa mendengar candaan mereka yang selalu menjurus ke pembahasan tidak senonoh. Ah, perasaan dulu saat bersama mas Jazirah, jangankan membicaran dengan orang lain, membahasnya setelah kami berhubungan badan saja rasanya sungkan. ===========Hari ini aku dan Mas Riza di ajak untuk berkunjung ke Villa yang ditempati oleh Bapak dan Ibu Dokter. Aku mengenal mereka hanya sekilas saja, belum begitu akrab sebenarnya. Mereka berdua teman kuliah Mas Riza, Mas Dhanis dan Tiara, sedangkan aku baru tiga kali saja bertemu dengan mereka.Kuakui Bu Dokter Safeea adalah wanita yang sempurna, cantik, cerdas, seorang dokter dan memiliki suami yang begitu mencintainya. Tidak heran jika sampai saat ini mantan suaminya masih saja mengganggu dan memintanya untuk kembali rujuk.Jika aku mengikuti kisahnya, sangat disayangkan seorang berpendidikan seperti Bu Dokter mau bertahan bersama mantan suaminya selama
Baca selengkapnya

Bab 93 | Malu

“Beda, Bro, lu cemburu sama orang yang masih hidup. Gianira cemburu sama istri gue yang bahkan sudah meninggal hampir delapan tahun lalu,” sergahku, menyanggah pendapatnya.“Berarti lu enggak akan cemburu sama mantan suaminya Gianira?” pertanyaan Dhanis yang tiba-tiba membuatku terbelalak. “Maksud, lu?”“Balik aja posisinya, Bro, it easy, right?”============ Aku cukup tersinggung dengan yang Dhanis katakan, bagaimana dia bisa berfikir seperti itu. Aku dan Nirmala tidak mungkin kembali karena terpisahkan oleh kematian, sedangkan Gianira dan Jazirah bisa saja kembali bersatu, karena mereka berdua masih sama-sama ada di dunia ini.Lalu sekarang apa yang aku lakukan? Aku sudah minta maaf kepadanya, mengatakan jika Nirmala hanyalah masa laluku sedangkan dirinya adalah istriku sekarang, masa depanku, wanita yang kucintai dengan segenap hatiku.“Bro, wanita itu lembut perasaannya, dia mengutamakan hati dan perasaannya dibandingkan dengan logika. Nirmala memang sudah enggak ada, tetapi tet
Baca selengkapnya

Bab 94 | Jazirah Menghilang

“Gi, tadi mandi besar, dong?” bisik Safeea di tengah-tengah obrolan kami. Aku yang saat ini sedang minum otomanis langsung tersedak karena pertanyaannya.“Ma-maksudnya?” tanyaku pura-pura tidak paham.“Kan tadi di gr3pe Mas Riza di Café, ha ha ha,” Sungguh, rasanya aku ini menghilang dari bumi saat ini juga. Ingatkan aku untuk membalas Mas Riza nanti karena telah berhasil membuatku kehilangan muka seperti ini.============== Aku cukup terkejut dengan menu makanan yang di hasilkan para suami, kufikir rasanya akan kacau, nyatanya semua masakan yang mereka buat sangat enak dan tanpa cela. Setelah kutelusuri, ternyata baik Pak Dokter maupun Mas Dhanis sama-sama terbiasa memasak karena pernah kos saat menempuh pendidikan.Lain hal dengan Mas Riza, dirinya sebenarnya cukup bisa memasak, hanya saja tidak terbiasa, istilahnya perlu di asah terus agar terbiasa dan menjadi pintar. Namun, jika urusan meracik minuman, dirinya tidak perlu diragukan lagi. Kami di rumah bahkan jarang sekali membel
Baca selengkapnya

Bab 95 | Tawaran Riza

"Mana ponsel kamu, Mas? Aku mau pinjam untuk telpon anak-anak,” ucap Gianira seraya menyeruput tehnya.“Handphonemu mana, Sayang?”“Lowbat, semalam lupa ku charger,”Tanpa bertanya lagi langsung saja kuserahkan ponselku kepada Gianira, kemudian melanjutkan makan dimsum yang masih panas ini.“Mas kok Harsa chat kamu, katanya semua beres? Memangnya ada apa?” pertanyaan Gianira membuatku tersedak dimsum yang sedang ku kunyah. Astaga!=========== Aku merutuki kebodohanku yang tidak memastikan dulu jika Harsa tidak akan mengirim pesan apapun lagi ke ponselku. Niatku untuk menyembunyikan masalah mengenai Jazirah nyatanya kini harus diketahui Gianira karena kecerobohanku sendiri.Awalnya aku ingin mencari alasan agar tidak membuat Gianira mengetahuinya, tetapi istriku bukan wanita bodoh. Kecerdasan pada Langit dan Bumi faktanya turun dari Gen nya, jadi bisa dipastikan Gianira tidak akan menyerah sebelum aku menjawab pertanyaannya secara logis, kan?Akhirnya mau tidak mau kujelaskan apa yang
Baca selengkapnya

Bab 96 | Menjemput Anak-anak

“Ya, tentu. Tapi besok lusa. Jadi kita masih ada waktu tiga hari buat mesra-mesraan berdua,” Jangan tanya bagaimana bahagianya hatiku malam ini, mendapat janji untuk bertemu dengan anak-anak setelah tiga hari ini tidak bertemu dengan mereka semua. Tanpa aba-aba kurengkuh Mas Riza, menghadiahinya kecupan dalam di bibirnya dan tentu saja terus berlanjut hingga adegan dewasa.========= Jika kutau perihal mempertemukan Gianira dengan anak-anak kami dapat membuatnya seagresif ini kepadaku, tentu sudah kulakukan hal ini dari malam pertama kami tiba di Bali. Serangan Gianira malam ini kepadaku seakan membuat decak syukur dalam diriku tiada berhenti karena memilikinya.Bukan hanya karena pergulatan kami di ranjang, tetapi rasa bahagia Gianira karena tawaranku yang mengajak anak-anak dan ibuku menyusul ke sini menandakan cinta kasih Gianira untuk mereka bukanlah drama wanita belaka. Dia benar-benar tulus mencintai anak-anak dan keluargaku.Dua hari masa bebas bulan madu kami habiskan dengan
Baca selengkapnya

Bab 97 | Teledor

Kini, saat semuanya berubah, aku begitu bersyukur karena kedua putraku tidak pernah lagi merasakan kelaparan seperti beberapa lalu.Bukankah begitu nikmat yang diberikan Allah setelah penantian lama dalam kesabaran? Sungguh, setelah kesulitan pasti ada kemudahan, itulah janji-Nya dan Dia tidak mungkin mengingkarinya.=========== Kulihat Gianira menahan tangisnya, aku tau dirinya pasti mengingat kejadian di mana dirinya tidak memiliki uang sedikitpun untuk membeli makanan mereka. Aku pernah mendengar kisahnya, saat itu Gianira begitu kukuh keluar dari mobil untuk memberikan makanan yang harusnya kami bawa pulang, di bawah guyuran hujan deras Gianira turun dari mobil dan berlari ke arah seorang ibu dan anak pemulung yang sedang berteduh di sebuah ruko yang sudah tutup.Selain memberikan makanan, dirinya juga merogoh tasnya dan memberikan beberapa lembar pecahan lima puluh ribuan kepada mereka. Setengah kesal aku bertanya kepadanya mengenai yang dia lakukan.Aku marah bukan karena dia m
Baca selengkapnya

Bab 98 | Rekaman CCTV

“Apa, lho Dhan, kamu datang-datang sudah membuat harapan palsu untuk anak-anak, kalau benar produksi langsung berhasil, kalau bibitnya gagal dulu gimana? Bisa kecewa cucu-cucu ibu, Dhan, Dhan,” ucap Ibu yang sontak membuatku dan Mas Riza membulatkan mata bersamaan.“Ha … ha … ha, kena kau, Za, Za! Sana ngebibit yang benar makanya biar enggak gagal!” tawa Mas Dhanis menguar, membuat yang lain pun ikut tertawa.=========== Pembahasan yang sudah tidak sehat ini membuatku menarik paksa Dhanis untuk keluar dari Villa menuju kolam renang, tidak bisa kubayangkan jika pembahasan ini terus menerus dilakukan di depan ketiga anak-anakku, bisa rusak otak mereka semua, sebagai ayah tentu aku tidak menginginkan hal tersebut.Aku ingin anakku tumbuh menjadi anak baik, sopan dan bertutur kata yang baik, cerdas bisa di asah, tapi masalah adab dan sopan santun itu harus ditanamkan sejak dini, jangan sampai rusak fitrah mereka karena teracuni obrolan kotor orang dewasa di sekitarnya.Aku memang belum
Baca selengkapnya

Bab 99 | Cemburu

Mendengar penjelasan Harsa rasanya sangat kecil kemungkinan Jazirah untuk dapat menerobos masuk ke dalam rumahku dan membuat keonaran. Semoga saja segala antisipasi yang sudah Harsa lakukan bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pantas saja sejak tadi aku tidak dapat memejamkan mata, rupa ada kabar yang tidak mengenakan yang kudengar dari Harsa malam ini.=============== Setelah berdiskusi seputar rencana selanjutnya, aku memutuskan untuk melanjutkan tujuan awalku ke dapur untuk mengambil air minum. Rasa haus bercampur rasa khawatir akan hal yang akan dilakukan Jazirah terhadap keluargaku seketika hilang saat kuteguk segelas air putih dingin yang kuambil dari kulkas.Setidaknya aku masih bisa cukup tenang karena penjagaan dari Harsa dan teman-temannya. Walaupun aku belum mengetahui apa motif yang membuat Jazirah kembali mengganggu hidup kami. Kufikir ucapan telak yang Gianira arahkan untuknya saat itu mampu membuatnya malu untuk mengganggu hidup kami, tapi nyatanya sifat Jazi
Baca selengkapnya

Bab 100 | Nirmala

“Bagun, yuk! Sholat subuh dulu!” ucapku lagi masih mengusap-usap kepala mereka satu persatu.“Ibu, tadi malam ibu menangis, ya? Langit dengar suara tangisan ibu di kamar mandi, pas ibu sholat juga ibu menangis, ibu kenapa?” Degh, bagaimana bisa Langit mendengar suara tangisku? Padahal saat di kamar mandi aku sudah menyalakan keran air untuk menyamarkan suaraku.============= Aku masih diam tidak tau harus memberika jawaban apa untuk pertanyaan anakku Langit. Kufikir tidak ada yang mendengarku menangis tadi, karena sebisa mungkin kutahan tangisku agar tidak mengeluarkan suara yang jelas. Namun, ternyata Langitku mendengarnya, dia tau kalau aku menangis, tapi, mengapa dia tidak mendatangiku? “Ibu, ibu kok diam?” tanyanya lagi, mungkin masih penasaran karena aku tidak menjawab pertanyaanku.“Ibu tidak apa-apa, Sayang. Ibu tadi menangis bahagia karena kalian datang ke sini nyusulin ibu sama ayah,” sahutku sama seperti jawaban yang kuberikan pada ibu tadi. Lagipula ini tidak sepenuhnya d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status