All Chapters of IKRAR TALAK UNTUKKU ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU: Chapter 91 - Chapter 100
158 Chapters
90. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian B)
90. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian B)Ya Allah, sakit sekali hatiku saat mendengar ucapan Arca. Apakah aku telah salah mengambil langkah? Apakah sebaiknya aku jujur pada sahabatku itu dari awal?"Hei, kamu nggak boleh mikir seperti itu. Aya nggak ngomong sama kita, pasti ada dengan alasan yang kuat," kata Arga lembut. "Beban Aya udah banyak banget, dan kita harus selalu ada di sisi dia waktu dia lagi di bawah seperti ini," lanjut Arga lagi.Mereka berdua kemudian langsung terdiam, hingga hanya keheningan yang bisa aku dengar setelahnya. Aku merasakan kalau mobil ini berhenti, mungkin karena lampu merah karena rumahku masih jauh dari sini dan itu artinya tidak mungkin kami sudah sampai."Kamu nggak keberatan?" tanya Arca tiba-tiba.Suaranya memecah keheningan, aku kembali menajamkan pendengaranku. Jiwaku rasanya bergejolak karena ingin mengetahui jawab Arga."Keberatan? Keberatan akan hal apa?" tanya Arga lagi.Aku bisa membayangkan kalau wajahnya yang tampan saat ini pasti t
Read more
91. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU91. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian A)Sudah tiga hari semenjak kejadian aku pingsan di halaman cafe lawang, dan itu artinya sudah tiga hari pula aku tidak keluar rumah sedikitpun. Bahkan aku makan di dalam kamar, baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Alhamdulillah, untung saja ada Bi Surti yang dengan sigap melayani aku dan memberikan apapun yang aku butuhkan.Apalagi semenjak dia tahu kalau aku tengah mengandung, maka Bi Surti dengan semangat empat lima selalu memenuhi apa yang aku mau. Dan selalu bisa mencarikan apapun yang aku inginkan, karena entah kenapa akhir-akhir ini aku sering menginginkan hal yang aneh-aneh.Misalnya rujak durian, es yang dicampur dengan mayo, dan yang lebih parah aku pernah menginginkan kelapa, yang benar-benar kelapa satu biji utuh di buang kulitnya dan aku makan begitu saja.Kata Bi Surti sih, ini namanya ngidam dan kalau tidak di turuti anakku nanti akan ileran. Aku sih, tidak pe
Read more
92. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian B)
92. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian B)Aku mengernyitkan dahiku, apa katanya tadi? Senang? Faktor apa yang bisa membuatku senang dengan kedatangan mereka?"Kenapa aku harus senang?" tanyaku heran. "Kalian bukan orang yang aku tunggu, dan tidak ada faedahnya juga kalian di sini!" kataku lagi.Mantan mertuaku itu terlihat mengepalkan tangannya dengan kuat, dia menatapku tajam dan juga bengis. Tapi aku tidak peduli, dan balas menatapnya dengan tajam."Ya ampun, Dek. Kamu kok semakin berubah, sih?" tanya Mas Farhan dengan lesu. "Jangan begitu dong, Mas kangen banget loh sama kamu!" katanya lagi.Aku memutar bola mataku dengan bosan, kangen? Kangen dari Hongkong? "Lah, bukan urusan aku, Mas!" kataku ketus."Mulutmu itu makin lama makin tidak bisa dijaga, ya! Dasar yatim piatu!" ujar Mama Mas Farhan dengan sewot.. “Seharusnya kau itu bersyukur, aku dan anakku mau menginjakkan kaki di sini!” katanya lagi.“Bersyukur? Tidak salah?” tanyaku mengejek. “Aku bahkan merasakan bencana karena k
Read more
93. STATUS JANDA (Bagian A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU93. STATUS JANDA (Bagian A)"Assalamualaikum, Mas!" Aku menempelkan ponsel ke telingaku dengan terburu-buru, sambil menuruni tangga aku melihat ke segala arah untuk mencari Bi Surti.Di mana dia? Padahal aku mempunyai pertanyaan untuknya sekarang ini, huhhhhh, aku menghela nafas dengan gusar.[Waalaikumsalam, Dek? Kamu kenapa?] tanya Mas Bobby cemas. Semenjak dia tahu aku hamil, Mas Bobby semakin berlebihan dalam menyayangiku. Seolah-olah aku ini makhluk rapuh yang mudah pecah, dan dia juga selalu berusaha menjagaku dengan sekuat tenaga. "Mas bisa ke rumah sekarang?" tanyaku segan.Sejujurnya hatiku merasa tidak enak karena menyuruhnya di saat hari libur begini, padahal hari minggu adalah waktunya dia untuk istirahat tapi malah aku repotkan.Tiba-tiba aku menyesali permintaanku, bagaimana kalau aku menyusahkannya? Padahal selama satu minggu dia bekerja, dan pada waktunya dia istirahat malah aku ganggu.[Dek! Kamu kenapa?
Read more
94. STATUS JANDA (Bagian B)
94. STATUS JANDA (Bagian B)Penasaran setengah mati dengan sosok si pengirim undangan, aku tidak mempunyai banyak kenalan di sini karena dari dulu kenalanku hanyalah di ruang lingkup Mas Farhan saja. Baik itu teman kerjanya, atau keluarganya, semuanya berhubungan dengan Mas Farhan. Jadi, apakah ini undangan untuk Mas Farhan atau memang untukku?Aku duduk di ruang tamu setelah membuka pintu, agar Mas Bobby nanti tidak perlu mengetuk dan bisa langsung masuk ke dalam rumah.Setelah menyamankan diri di sofaku yang terasa sangat empuk aku langsung membuka undangan yang aku dapatkan, dan setelahnya mataku langsung terbelalak kaget melihat siapa pengantinnya.Farhan Maulana dan juga Maura Ayu Cantika.Wah, undangan mantan suami dan juga mantan sahabat ternyata. Akhirnya jadi juga pernikahan mereka, lucu sekali karena mereka menikah di saat Maura sudah hamil seperti ini. Jika aku di bulan keempat, mungkin Maura di bulan yang sama atau lebih sedikit.Mereka cukup tidak tahu malu karena berani
Read more
95. MAS FARHAN MENGHILANG (Bagian A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU95. MAS FARHAN MENGHILANG (Bagian A)Aku bergegas menghampiri Maura dan juga Arca yang kini sedang saling menjambak di depan sana, keduanya saling merenggut rambut satu sama lainnya dengan sangat erat.Pakaian keduanya berantakan dan juga terlihat kotor, bahkan dari jauh sini aku bisa melihat wajah Arca yang memerah entah karena apa. Walau Arca juga merenggut rambut Maura dan menariknya dengan beringas, tapi sahabatku itu juga sangat terlihat berhati-hati agar tidak mengenai dan menyakiti perut Maura yang sudah membesar.Sedangkan Maura sendiri nampaknya tidak memperdulikan keadaannya yang sedang hamil, karena dia masih dengan semangat meluncurkan banyak serangan dan juga pukulan hingga cakaran pada Arca yang tengah mengalah padanya. Memang gila! Dia ini tidak memikirkan akibat dari perbuatannya ini, apa dia tidak takut kalau seandainya pukulan Arca mengenai perutnya? Akibatnya bisa fatal!“Maura, lepaskan Arca!” kataku me
Read more
96. MAS FARHAN MENGHILANG (Bagian B)
96. MAS FARHAN MENGHILANG (Bagian B)"Enak?" tanya Maura dengan seringai mengejek. "Rasakan!" katanya dengan penuh penekanan."Lah, situ sehat? Bibir kamu sobek loh!" balas Arca sadis. "Enak?" tanyanya balik mengejek.Lalu kedua menggeram, ingin mengulangi kegiatan gulat mereka tadi. Aku memutar bola mata malas, tidak mau melihat adu otot part 2."Hentikan!" Aku mendesis kejam. "Ya, kamu kalau tahu apa yang dia katakan, kamu bakalan ngamuk juga! Aku yakin itu!" kata Arca dengan emosi."Emang dia bilang apa?" tanyaku pada Arca. "Kita yang waras ngalah aja, Ca. Aku bahkan merelakan suami aku buat dia, loh," lanjutku santai."Heh, jadi kamu anggap aku ini gila?!" pekik Maura emosi."Lah, situ ngerasa gila, nggak?" tanyaku lagi. "Datang-datang ke rumah orang kok hanya untuk mencari keributan, punya akal, nggak?" Aku menatap matanya dengan sangat tajam."Iya, makin nggak punya otak kamu lama-lama, Ra!" seru Arca pada Maura. "Kan, udah aku bilang kalau Farhan nggak ada di sini. Tapi kamu n
Read more
97. POV FARHAN (Tekanan dari Mama) (Bagian A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU97. POV FARHAN (Tekanan dari Mama) (Bagian A)POV FARHANAku menggerutu kesal dan menatap Mama dengan pandangan tajam, sedangkan wanita yang melahirkanku dua puluh delapan tahun silam itu malah mengerling cuek dan kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela.Dia kemudian berjalan menuju jendela, dan menatap keluar sana dengan pandangan tajam. Lalu dia menghela nafas panjang dan menoleh menatapku."Bodoh!" katanya singkat.Mama kemudian kembali menatap ke arah depan dan melipat kedua tangannya di dada, dengan gaya angkuh dia memandangi bunga-bunga indah milik Tante Mira yang tertata apik di taman samping.Kebetulan kamarku memang sangat strategis, spotnya langsung bisa melihat ke taman samping yang penuh dengan taman bunga yang bisa menyejukkan mata dan juga pikiran. Dan aku bersyukur karena mendapatkan kamar ini, setidaknya aku bisa menjernihkan pikiranku dari semua hal yang sudah berjalan diluar kendaliku.Sialan seka
Read more
98. POV FARHAN (Tekanan dari Mama) (Bagian B)
98. POV FARHAN (Tekanan dari Mama) (Bagian B)Enak saja! Karena aku mengikuti perintah Mama lah, makanya aku jadi bodoh seperti ini."Lagian kamu itu bodoh sekali, bisa-bisanya tidak sadar kalau Aya sedang hamil. Kalau tahu dia hamil kan, kita bisa mengatur strategi lebih matang!" kata Mama emosi. "Bodoh dipelihara!" maki Mama lagi.Ya ampun! Aku benar-benar ngenes melihat Mama, aku ini seperti tidak ada harga dirinya dibuat Mama. Benar-benar miris sekali hidupku ini.Lagipula bagaimana aku bisa tahu kalau mantan istriku itu sedang hamil? Dia saja tidak memberitahu aku, ya jelas aku tidak tahu lah. Lagian, bukankah seharusnya Mama yang menyadarinya? Mereka kan sama-sama perempuan, masak tidak peka.Huhhhh, hanya aku saja yang disalahkan di sini. Padahal aku juga tidak mau bercerai dengan Sayaka, aku menginginkan Sayaka dan juga Maura!“Cari cara, Han. Mama tidak mau selalu menumpang pada tantemu, malu kita, malu!” ujar Mama lagi, dia membelakangi jendela dan bersandar di sana sambil m
Read more
99. IDE KOTOR (Ternyata Bukan Warga?) (Bagian A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU99. IDE KOTOR (Ternyata Bukan Warga?) (Bagian A)Aku mengamati rumahku yang kini jatuh ke tangan Sayaka itu dengan pandangan tajam dan juga teliti, rumah ini tidak banyak berubah walaupun sudah hampir dua bulan aku tidak datang ke sini. Suasananya masih sama, tentram dan juga menenangkan dengan banyaknya bunga yang indah dan juga tanaman hijau yang menyejukkan di halaman depan, Sayaka memang sangat telaten dalam hal apapun. Dia menyukai keindahan dan dengan senang hati rela berkotor-kotoran untuk menciptakan lingkungan yang asri seperti ini.Sayaka memang sangat jauh berbeda dengan Maura, calon istriku itu tidak mau bersusah payah untuk menanam tanaman. Dia bahkan lebih menyukai bunga plastik daripada bunga asli, tapi kalau bunga bank jangan ditanya, dialah rajanya.Maura dan Sayaka benar-benar seperti dua sisi mata koin yang berseberangan, dan seperti dua kutub magnet yang tidak akan bisa disatukan. Aku sesekali melirik
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status