"Emm, Gibran itu teman aku dari kecil. Bahkan dulu aku sempat mau pindah ke Malaysia, ingin satu sekolahan sama dia gitu. Tapi karena ada suatu hal, akhirnya nggak jadi. Setelah sekian lama, akhirnya sekarang bertemu lagi. Kalau dilihat dari fotonya sih, dia semakin keren daripada waktu kecilnya dulu. Tapi kan, nggak tahu ya namanya difoto sama aslinya itu berbeda apa nggak. Tapi mau seperti apapun dia sekarang, dia tetap sahabatku." Azkia terlihat menikmati saat membicarakan tentang Gibran. Sorot mata Azkia bisa aku lihat, bukan hanya rasa sahabat yang ia rasakan, tapi lebih dari itu. Ah, kenapa aku cemburu ya? Padahal aku tak kenal seperti apa Gibran itu. Lagi, aku merasa iri dengan hidup Azkia. Sedangkan aku sampai detik ini, tak mempunyai teman seperti itu. Terutama teman laki-laki. Siapa laki-laki yang mau dekat sama aku? Sedangkan orang tuaku saja terlihat berantakan. Benar-benar bukan perempuan idaman para lelaki. Berbeda jauh dengan Azkia. "Ayo kalau gitu kita berangkat. Na
Read more