Dia terlihat salah tingkah, saat aku tanya seperti itu. Sedangkan Gibran sendiri, wajahnya juga terlihat tegang. Mereka habis kelar bareng, bukannya terlihat bahagia, tapi justru sebaliknya. "Siapa yang habis menangis, Ma, hanya kelilipan aja ini." Azkia menjawabnya seperti itu. Tapi jawaban Azkia tidak membuat hati ini tenang. Aku merasa seolah dia berbohong. Tapi, entahlah."Kamu yakin hanya kelilipan?" tanyaku lagi untuk lebih memastikan. Bibirnya terlihat mengulas senyum. Tapi, aku melihatnya itu senyum memaksa yang ia berikan."Yakin, Ma. Ya udah Azkia menuju ke kamar dulu, ya." Balas Azkia terlihat memaksakan diri untuk tenang. Ya, aku menilainya seperti itu. "Yaudah kamu cuci muka dulu, ya, biar mata kamu itu nggak merah kayak gitu." Pesanku kepada Azkia, dia terlihat menganggukan kepalanya. "Gibran juga ke kamar ya, Tante, Om?" Gibran juga pamit untuk menuju kamarnya. Segera aku anggukkan kepala ini. Nggak tahu, ini perasaanku saja atau bagaimana, antara Gibran dan Azkia t
Read more