"Kamu itu sudah lama, ya, dekat sama Alina?" Ketika aku mengerutkan kening, karena Gibran tanya seperti itu. "Sudah lumayan, sih. Emangnya kenapa?" jawabku dan sengaja tanya balik. Gibran melemparkan senyum tipisnya. "Aku tanya aja. Tapi nggak tahu kenapa, aku merasa gimana gitu, kamu dekat dengan dia." Tentu saja aku semakin penasaran dengan ucapan Gibran barusan. Berusaha mencerna lebih. "Emang Kamu ngerasa gimana? Alina anaknya baik kok selama ini. Selama ini dia juga tidak pernah dekat dengan laki-laki. Emang kamu merasakan gimana, sih?" Tentu saja rasa penasaran semakin menjadi. Karena nggak tahu kenapa, hati ini merasa bagaimana gitu, saat Gibran menyebut nama Alina. "Aku kalau ngomong apa adanya, nanti kamu gimana gitu sama aku." Aku menelan ludah ini sejenak. "Ya nggaklah. Emang kenapa dengan Alina? Yang aku tahu dia sangat baik. Selama ini, dia juga nggak neko-neko." Aku berusaha meyakinkan kepada Gibran, kalau aku akan tetap bisa menguasai diriku, apapun yang akan dia k
Baca selengkapnya