Semua Bab Pendekar Golok Melasa Kepappang : Bab 121 - Bab 130

140 Bab

Kesetiaan Awang

"Operasi militer ke Lubuk Ruso, ternyata tak lebih dari upaya Danar untuk melenyapkanku Kak!"Candra seperti tak percaya pada cerita Tara. Sisi manusiawi Candra yang polos mengatakan, mana mungkin Danar punya niat menghabisi Tara? Apalagi selama ini Tara adalah senapati kepercayaan Danar. Hampir tak mungkin. Tapi di sisi lain, peristiwa-peristiwa keras dalam hidup yang dialami Candra selama ini mengajarkan bahwa dunia tak sebaik yang ia kira. Dunia juga dipenuhi oleh manusia-manusia penuh intrik dan kelicikan untuk mendapatkan tujuan mereka masing-masing."Apa alasan Danar menghabisimu? Belum cukupkah ia dengan sikap diam dan mengalahmu?""Tak akan pernah cukup bagi Danar Kak! Dia akan merasa cukup tenang jika ia berhasil membunuhku!"Candra diam mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Tara. Darahnya tiba-tiba mendidih."Tara! Jika itu maunya, maka aku aku dulu yang akan menghabisinya! Tak kubiarkan Danar menyentuhmu walau seujung rambut!" kata Candra geram."Tenang Kak! Aku bisa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-03
Baca selengkapnya

Dua Hal Penting

Aditya telah berada di depan gubuk Koh Bai. Ia tak menduga, gubuk Koh Bai tepat berada di samping gubuk yang ditempati oleh Vidya dan Bi Daya.Malam ini, Aditya memenuhi janji. Koh Bai minta Aditya datang kegubuknya. Baik Koh Bai maupun Aditya merasa obrolan mereka masih panjang dan perlu waktu lebih panjang."Sekali-sekali kau yang berkunjung ke gubukku ya Aditya?" pinta Koh Bai pada Aditya siang tadi. Aditya menyetujuinya.Gubuk Koh Bai sama sederhana dengan gubuk milik penduduk Lubuk Ruso yang lain. Tak ada yang istimewa. Anehnya, sejak sampai di depan gubuk Koh Bai, Aditya seperti berat untuk masuk ke dalam. Padahal pintu gubuk Koh Bai terbuka lebar. Aditya lebih suka memandang ke arah gubuk Vidya."Aditya! Kau sudah datang? Masuklah!" suara Koh Bai membuyarkan lamunan Aditya."Eh...ya Koh!" jawab Aditya sedikit gugup. Ia kemudian melangkah berat masuk ke dalam gubuk."Duduklah!" "Ya Koh," jawab Aditya pendek. "Bi Yati dan anak-anak kemana Koh?""Mereka ada di belakang. Biasa, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-04
Baca selengkapnya

Keutamaan Aditya

"Malam tadi anaknya! Pagi ini Ubaknya!" teriak Koh Bai gembira melihat kedatang Wak Baidil ke mata air. Ia buru-buru mencuci tangan dan menyambut kedatangan kepala dusun Lubuk Ruso tersebut."Ayo Wak! Kita ngobrol di sana saja!" kata Koh Bai sambil menunjukkan sebuah dangau kecil yang berada di sebelah kanan mata air. Wak Baidil berjalan ke arah dangau yang dimaksud Koh Bai. Koh Bai beralih sebentar, memberikan instruksi kepada para pemuda yang sedang giat membangun irigasi.Begitu Koh Bai telah berada didekatnya, tak sungkan Wak Baidil memuji."Memang hebat kau ini Koh! Kemajuan tanggung jawabmu begitu pesat. Tak kusangka irigasi yang kita impikan hampir selesai!"Koh Bai tersenyum. Sambil menyeka keringat ia menjawab, "Sebagian pemuda dan lelaki dewasa kuarahkan ke bawah Wak. Mereka kutugaskan mulai mencetak beberapa petak sawah.""Oh pantas aku tak melihat Muri.""Muri di bawah Wak. Ia kuminta jadi kepala pencetakan sawah. Sepertinya dia paham apa yang ku mau.""Baguslah. Kau ini m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-04
Baca selengkapnya

Vidya Jadi Guru

Setelah pertemuan pertama kali di mata air Lubuk Ruso, telah beberapa hari hingga sekarang, Aditya tak pernah lagi bertemu Vidya. Kesibukan menyiapkan benteng pertahanan membuat Aditya hampir tak punya waktu memikirkan hal lain.Tapi yang membuat Aditya jadi heran, ia selalu punya waktu untuk mengingat Vidya. Aditya sudah berusaha berkali-kali menyingkirkan Vidya dari kepalanya. Tapi gadis itu selalu muncul tanpa diminta.Malam ini, Koh Bai minta Aditya datang ke gubuk Vidya. Sudah pasti ia tak menolak. Memang itu yang ditunggu Aditya. Koh Bai minta Aditya menjelaskan pada Vidya program pendidikan yang akan dijalankan di sekolah nanti.Hari telah sore. Sebentar lagi Aditya perlu bersiap untuk menemui Vidya.Aditya merasa malam datang begitu lambat. Sejak pulang dari rawa-rawa di depan Lubuk Ruso ia gelisah menunggunya. Setelah malam tiba, giliran ia merasa langkah kakinya terlalu lambat untuk sampai di gubuk Vidya. Ia sungguh tak paham apa yang sedang terjadi pada dirinya.Langkah Adi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-04
Baca selengkapnya

Pak Cik Marah

"Kau benar-benar brengsek Aditya! Kau benar-benar keterlaluan! Kemarin kau datang terlambat! Kali ini kau benar-benar ingkar dan hilang tanpa kabar! Benar-benar tak punya tanggung jawab!" Pak Cik memaki-maki Candra dengan suara tinggi. Emosinya pada Candra tak bisa dibendung. Candra yang duduk dihadapan Pak Cik hanya diam. Tapi sama sekali tak ada rasa bersalah diwajahnya."Gila kau ini! Sudah salah, tapi kau tak merasa bersalah! Manusia macam apa kau ini Candra?" Pak Cik kembali mengamuk. "Berhari-hari aku gelisah menunggu kabar darimu, eh, begitu jumpa, kau seperti tak punya dosa! Dasar brengsek!"Tak ada jawaban dari Candra. Ia malah terlihat asyik memainkan jari-jari kaki dan membuat lukisan tak beraturan di tanah. Pak Cik makin jengkel dibuatnya. Tapi Pak Cik sudah kehabisan kata-kata dan memilih diam sambil mengatur nafas.Setelah keduanya saling mendiamkan beberapa saat, Candra bertanya pada Pak Cik."Sudah Pak Cik?"Pak Cik yang masih dikuasai amarah, langsung menyambar pertan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-04
Baca selengkapnya

Tara Menggugat

Dangau Cinta keesokan harinya. Candra sedang mengaso. Ia baru saja datang ke Dangau Cinta. Terang bintang mulai kelihatan jelas. Malam ini, mendung seperti menyingkir jauh-jauh.Malam makin merambat larut. Candra heran, mestinya Tara sudah datang di Dangau Cinta. Tapi sampai sekarang, kekasihnya itu tak kunjung muncul. Candra mulai khawatir.Ketika kekhawatiran Candra mulai memunculkan banyak spekulasi, dari jauh derap kaki kuda Tara terdengar. Candra menjadi lega."Kak, maafkan aku telat!""Tak apa Sayang. Tumben kau telat hari ini?""Ya Kak. Aku baru saja ngobrol panjang lebar dengan Awang Kak," Tara menjelaskan penyebab kenapa ia telat datang ke Dangau Cinta."Begitu? Ada perkembangan apa Tara?""Kami berdua bertemu di sebuah tempat. Awang memberitahuku jika Danar telah mengirimkan surat resmi yang berisi tentang kegagalanku menumpas pemberontakan di Lubuk Ruso. .""Itu saja?""Ada lagi Kak. Yang ini kabar yang paling mengejutkanku.""Kabar apa itu?""Danar dalam suratnya ke Mukha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-05
Baca selengkapnya

Nadir, Si Telik Sandi Sriwijaya

Tara telah kembali tenang. Ia mulai menegakkan kepala dan melihat ke arah Candra. Walau dengan rambut acak-acakan dan mata memerah, Candra melihat kecantikan kekasihnya itu makin sempurna. Gadis itu cantik luar dalam.Tapi itu tak mengurangi ganjalan di hati Candra. Ia akan menanyakan ke Tara sebentar lagi. Menunggu Tara benar-benar tenang."Tara, boleh aku bertanya lagi padamu Sayang?" Candra bertanya setelah melihat Tara telah mampu mengontrol emosinya."Boleh Kak.""Apa yang akan kau lakukan nanti setelah kau tak lagi jadi prajurit Sriwijaya?"Tara diam. Matanya menatap Candra penuh kerinduan. Itu juga yang dirasakan Candra. Setelah Tara pulang dari Lubuk Ruso, kehangatan memang seperti telah pergi dari mereka."Aku akan jadi istrimu Kak Aditya!" jawab Tara penuh keyakinan."Demi Buddha!" pekik Candra girang. "Kau jadi istriku?""Ya Kak.""Kau tak menyesal, menikah dengan laki-laki yang tak jelas masa depannya ini?""Aku yakin aku memilih laki-laki yang tepat untuk jadi pendamping
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-05
Baca selengkapnya

Hari Pertama Sekolah

Hari pertama sekolah dibuka, suasana Lubuk Ruso ramai bukan kepalang. Semua terhipnotis, tumpah ruah memenuhi setiap akses menuju sekolah. Sekolah adalah kosakata dan barang baru bagi mereka. Sampai pagi ini, mereka sama sekali tak punya bayangan utuh tentang sekolah dan apa yang dikerjakan di sekolah. Di depan gedung sekolah yang terbuat dari kayu, Wak Baidil, Koh Bai, Aditya, dan seluruh tetua Lubuk Ruso berbaris menanti murid dan orang tuanya. Sedangkan Vidya, yang pagi itu terlihat istimewa, berdiri paling depan. Vidya tampak anggun dengan kemban ketat berwarna merah. Ia makin elok dengan setangkai anggrek hutan yang diselipkan digelung rambutnya. Dari tadi, Aditya tak berkedip memandang ke arah satu-satunya guru di Lubuk Ruso itu.Para perempuan berduyun-duyun berjalan kaki, memenuhi jalan Lubuk Ruso mengantarkan anak mereka sekolah. Semua menggandeng anak masing-masing. Sedangkan para lelaki, kebanyakan melihat dari gerbang rumah. Hari itu, semua anak di Lubuk Ruso mengenakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-05
Baca selengkapnya

Persatuan Melayu

Hujan deras mengguyur Lubuk Ruso sejak sore hari. Malam belum terlalu larut, sebagian penduduk Lubuk Ruso telah terlelap dalam tidur.Sambil menikmati hujan di teras gubuk Wak Baidil, Aditya mengingat hari ini sebagai salah satu hari yang indah dalam hidupnya.Hari ini Aditya pertama kali dalam hidupnya dan pertama kali juga dalam sejarah Lubuk Ruso, mampu membantu dan membangun sebuah sekolah. Sebuah mimpi yang jadi kenyataan.Kebahagiaan itu makin lengkap. Hari ini juga, Aditya berhasil jalan beriring dengan seorang gadis yang mampu mencuri hatinya. Padahal, sebelumnya di Melayu, Mukha Upang, dan Minanga Tamwan, di kota-kota besar itu, Aditya melihat banyak gadis cantik dan terpelajar. Tapi mereka tak ada yang mampu memikat hati. Gadis yang ia damba itu ternyata malah ia temukan di sebuah dusun kecil dan terisolasi.Ketika Aditya sedang asyik dengan kebahagiaannya, Wak Bai dan Nadir yang memperhatikan perilaku Aditya sejak tadi mengendap dan tiba-tiba mengagetkan Aditya dari belakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-05
Baca selengkapnya

Gerilya Pertama

Ayunan pedang di tangan lelaki bertopeng lebih cepat dibandingkan dengan lawannya. Dalam satu hentakan, serangan si lelaki bertopeng mampu menembus pertahanan lawan tanpa mampu dielak lagi."Cras!" sebentar saja, terdengar suara batang leher dibabat tanpa ampun. Saking tajam dan cepatnya gerakan si lelaki bertopeng,membuat sama sekali tak ada jerit kesakitan. Yang terlihat hanya sebuah tubuh tinggi besar jatuh bergedebuk dengan leher memuncratkan darah. Tewas.Bau anyir darah menguap. Darah itu mengalir dan memerahi rerumput disekitarnya. Agak jauh dari tubuh lelaki yang baru saja ditebas Nadir, belasan tubuh lain yang bernasib sama. Tewas dengan tubuh penuh darah.Jika dilihat dari tanda-tanda yang dipakai oleh mayat belasan lelaki tersebut, maka semua yang melihat pasti akan menduga mereka adalah para prajurit Sriwijaya. Gelang rotan di pergelangan tangan kanan yang jadi tanda."Hoooi...Nadir! Sudah kau selesaikan komandan pengecut yang melarikan diri tadi?" seorang lelaki bertopeng
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status