Kata-kata terakhir dari Nania itu hanya berdengung saja, tak ubahya lebah di telinga wanita paruh baya itu. Sehingga, sepeninggalan Nania, Bi Sri menggerutu, "Halah ... cucu sambung saja dituruti. Makin lama kalau dibiarkan saja, ya, makin menjadi semakin manja!""Ya elah ... perkara cuma dibilangi seperti itu saja langsung lapor ke semua orang. Tentu saja gara-gara dia, aku jadi kena omel oleh Bu Nania! Dasar keterlaluan, masa aku harus mengalah pada anak kecil, sih? Memangnya dia itu siapa?""Dulu tidak ada dia di rumah ini, aku jarang sekali kena tegur oleh Bu Nania dan Pak Guntur. Tapi, sejak kedatangan anak itu di rumah ini, malah anakku juga tidak dapat tempat di hati majikanku. Eh, sekarang ketambahan omelan!""Ternyata anak itu tidak bisa diabaikan. Lancang sekali dia mengadukanku, padahal biasanya anak kecil itu kalau dibilangi baik-baik, ya dia tidak berkata macam-macam. Apa memang didikannya dari ayahnya seperti itu, ya? Tidak bisa menyimpan rahasia! Pantas saja ayahnya jug
Read more