"Maaf, Bu ... bagaimana lagi saya bisa mengatakan kalau saya ini memang pihak yang benar?" tanya Bi Sri berlagak sok polos sambil meremas buku-buku jarinya. Sejujurnya, Bi Sri pun sudah kepalang basah membual dan memfitnah. Wanita itu pun membatin, "Aduh, mateng aku! Semakin didesak, semakin aku tidak punya pilihan lagi untuk tidak melebih-lebihkan karanganku. Mana Raya maunya membahas terus lagi. Mbok ya sudah, kan kejadiannya sudah berlalu lama. Mana bisa kubuktikan? Seperti jaksa penuntut umum saja kelakuannya!" Raya menyelidiki ekspresi wajah Bi Sri, mencoba mencari celah yang menyiratkan perempuan itu berbohong. Lalu dia menoleh ke bawah, ke arah putri tirinya itu. Bocah kecil itu balas menatapnya dengan kedua manik mata yang berkaca-kaca. Deg! "Mana mungkin anakku yang polos begini dituduh sedemikian rupa! Kejam sekali, Bi Sri! Cahaya difitnah di depan mata kepalanya sendiri dengan ketidak mampuanku sebagai ibu membelanya, pasti melukai hatinya," batin Raya campur aduk. "Ya
Bab 249 "Ada yang gak beres dengan Bibi Sri. Aku yakin ada sesuatu yang dismbunyikannya dari kami. Dan aku harus mengetahuinya dengan mencari bukti. Lebih baik aku memasang Cctv di rumah orang tuaku untuk mengetahui apa yang disembunyikan oleh Bibi Sri sebenarnya," batin Raya setelah kejadian dimana Cahaya dituduh Bibi Sri telah menumpahkan nasinya, sementara Cahaya sama sekali menolak tuduhan itu. Jika tidak ada bukti apapun, Raya yakin, Bibi Sri akan mudah mengelak setiap kesalahan dan menimpakan kesalahannya pada orang lain. Menurutnya, Bibi Sri tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Dan Raya akan menyelidiki kebenaran secara diam-diam. Dan saat itu, Raya menyimpan rencananya dalam hati. Sore harinya, mobil Rafi memasuki halaman rumah. Suaminya baru saja pulang dari kantor. Raya yang mengetahui kepulangan Rafi, bergegas menyambut suaminya itu dengan berdiri di teras rumah. Hanya sebentar, Rafi sudah terlihat keluar dari dalam mobil, dan berjalan memasuki rumah dengan menenteng tas k
Bab 250 Setelah berdiskusi, akhirnya Raya dan Ravi pun sepakat untuk memasang beberapa kamera CCTV di sudut-sudut rumah mereka. Hal itu bertujuan untuk mengawasi pergerakan Bi Sri. Sebab, kebetulan besok Nania dan Guntur akan menggelar sebuah acara di rumah. Sehingga, pasangan suami istri itu berpikir kalau itulah kesempatan mereka. "Gimana kalau besok saja kita lakukan rencana kita, Mas?" usul Raya. "Boleh juga. Tapi, kita harus cari cara supaya bisa mengecoh Bi Sri," ujar Ravi sambil berpikir keras supaya Bi Sri tidak menyadari kalau mereka sedang berencana memasang kamera di beberapa sudut rumah. "Hmm, itu masalah gampang, Mas. Aku akan suruh dia ke pasar saja atau apalah besok." Raya yang sudah memiliki ide pun meyakinkan suaminya kalau itu bukanlah hal yang sulit untuk mengecoh perhatian Bi Sri. "Oke, jadi deal besok, ya?" Ravi bertanya memastikan kepada Raya tentang rencana yang sudah mereka susun. Raya menganggukkan kepalanya yakin. Mereka berdua pun akhirnya sepakat
Mendengar perintah dari Raya, Bik Sri lalu berangkat ke pasar, dia tidak tahu jika keberangkatannya ke pasar tersebut hanyalah sebuah alasan bagi Raya untuk menjalankan rencananya. wanita tersebut sebenarnya sangat enggan untuk pergi ke pasar hanya saja setelah dia diintrogasi kemarin oleh Raya dan Nania, Bik Sri merasa bahwa anak majikannya tersebut tengah curiga kepada dirinya, ingin mengambil hati kembali orang yang berada di rumah tersebut. "Asem tenang, sepertinya Nona Raya sudah mencurigai sesuatu, aku harus bersikap baik agar mereka tidak curiga lagi," gumam Bik Sri sembari memesan ojek online untuk mengantar dirinya ke pasar. Setelah ojek online tersebut datang, istri langsung berangkat ke pasar, dia tidak ingin berlama-lama di rumah tersebut dan menimbulkan kekesalan pada Raya. "Tak apalah Hari ini aku akan menuruti keinginannya, tapi jika ada waktu aku akan membalasnya," batin Bik Sri kesal karena waktu istirahatnya terganggu, dia tidak bisa bebas mengirimkan pesan atau
Suasana club malam itu sangatlah ramai. Suara dentuman musik terdengar menggema di seluruh ruangan bahkan begitu memekak telinga lautan manusia yang sedang asik berdansa. Tetapi bagi Nora dan teman-temannya hal seperti itu sangatlah lumrah, karena memang mereka sendiri sudah cukup terbiasa dengan tempat seperti ini. Club ibarat rumah yang begitu menyenangkan bagi Nora dan kawan-kawan. Memegang gelas berisi coctail dengan irisan buah lemon tipis yang melengkung sedemikian indahnya di sisi gelas itu, Nora menghabiskan waktunya untuk bercanda dan tertawa bersama teman-teman yang malam ini datang bersama dirinya. Tak lupa netra wanita itu sesekali menyapukan pandangan ke area sekitar untuk sekadar menebar pesona kepada para tamu yang hadir di sana. Beberapa pria menyambut tingkah jahil Nora dengan melemparkan senyum menggodanya serta sesekali memberikan kedipan mata yang hanya dibalas berupa senyum remeh dari wanita itu. Sebuah senyuman yang justru membuat para pria itu seketika merasa
Bab 253 Remasan pada pinggang Nora menjalar kebagian lebih besar dibawahnya. Remasan yang lebih kuat kini menempel di pinggul Nora. Rasa geli dan hasrat yang merambat naik dirasakan wanita yang bukan lagi wanita baru dalam urusan bercinta. Walau dirinya merespon semua getaran lewat sentuhan yang diberikan pria di depannya, namun dengan piawai, Nora bisa menahan diri agar tetap bersikap profesional. Menerima semua sentuhan tanpa membalas secara tergesa-gesa. Sikapnya telah membuat si pria semakin tergoda. "Sambut aku, Sweety. Aku akan memenuhi semua rasa hausmu dengan kepuasan malam ini." Suara mendesah mengisi telinga Nora yang hanya membalas ucapan rayu itu dengan mengerlingkan bola mata pada pria itu dan memulas senyuman menggoda pada Ardi. Sedikit mengedipkan kelopak matanya, dengan manja, Nora berbisik di telinga Ardi. "Kalau aku menyambut Om, aku yakin, Om akan pingsan dalam hitungan detik, Om Ardi." Sebuah kalimat yang menantang untuknya. Dada Ardi dibuat panas karenanya.
Bab 254"Itu masalah yang gampang, Sayang! Memangnya apa yang kamu mau? Katakanlah. Apa pun yang kamu minta pasti aku akan memberikannya padamu, sebagai gantinya kamu harus memberikan aku kepuasan dengan tubuhmu yang indah itu. Membiarkan aku menikmati setiap senti kemolekan tubuhmu. Aku akan membuatmu mengerang mendesah merasakan kenikmatan. Apa kau setuju?" ucap Ardi menyahut ucapan Nora.Ia tak peduli jika harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk bisa menikmati Nora malam ini. Bahkan, pria itu sudah menyiapkan sesuatu yang akan membuat Nora puas nanti. Ardi pun tak perlu berpikir lama untuk melakukan kesepakatan dengan Nora yang tampak sangat seksi dan menggoda dengan dress ketatnya malam ini.Nora menyunggingkan senyum manjanya pada Ardi, pria paruh baya yang kali ini menjadi pelanggannya."Ck! Kalau bukan karena puing-puing rupiah, nggak akan kubiarkan pria itu me
Nora tersenyum-senang karena sudah membayangkan akan mendapatkan bayaran yang sangat banyak dari Ardi sesuai dengan janji lelaki itu. Ardi sendiri hanya tersenyum tipis melihat sikap yang ditunjukkan oleh Nora. "Om aku mau mandi dulu ya," ucap Nora berusaha menggoda Ardi "Tentu sayang, mandi yang bersih dan wangi ya, aku sudah tidak sabar untuk bersenang-senang denganmu," jawab Ardi sembari melonggarkan ikatan dasinya. Melihat tubuh Nora yang seksi membuat Ardi tersenyum senang. "Kelihatannya dia sangar kuat, seksi dan memggemaskam" batin Ardi kemudian segera menyiapkan propertinya. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan kepuasan kepada burungnya. Sampai di sini sama sekali tidak ada kejanggalan yang dirasakan oleh Nora, dalam pikirannya dia akan bersenang-senang lalu pundi-pundi uangnya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Siapa sih wanita yang tidak suka, sudah diberikan kesenangan masih di beri uang banyak. Nora mandi sambil bernyanyi, dia merasakan euphoria yang b