Bab 250 Setelah berdiskusi, akhirnya Raya dan Ravi pun sepakat untuk memasang beberapa kamera CCTV di sudut-sudut rumah mereka. Hal itu bertujuan untuk mengawasi pergerakan Bi Sri. Sebab, kebetulan besok Nania dan Guntur akan menggelar sebuah acara di rumah. Sehingga, pasangan suami istri itu berpikir kalau itulah kesempatan mereka. "Gimana kalau besok saja kita lakukan rencana kita, Mas?" usul Raya. "Boleh juga. Tapi, kita harus cari cara supaya bisa mengecoh Bi Sri," ujar Ravi sambil berpikir keras supaya Bi Sri tidak menyadari kalau mereka sedang berencana memasang kamera di beberapa sudut rumah. "Hmm, itu masalah gampang, Mas. Aku akan suruh dia ke pasar saja atau apalah besok." Raya yang sudah memiliki ide pun meyakinkan suaminya kalau itu bukanlah hal yang sulit untuk mengecoh perhatian Bi Sri. "Oke, jadi deal besok, ya?" Ravi bertanya memastikan kepada Raya tentang rencana yang sudah mereka susun. Raya menganggukkan kepalanya yakin. Mereka berdua pun akhirnya sepakat
Mendengar perintah dari Raya, Bik Sri lalu berangkat ke pasar, dia tidak tahu jika keberangkatannya ke pasar tersebut hanyalah sebuah alasan bagi Raya untuk menjalankan rencananya. wanita tersebut sebenarnya sangat enggan untuk pergi ke pasar hanya saja setelah dia diintrogasi kemarin oleh Raya dan Nania, Bik Sri merasa bahwa anak majikannya tersebut tengah curiga kepada dirinya, ingin mengambil hati kembali orang yang berada di rumah tersebut. "Asem tenang, sepertinya Nona Raya sudah mencurigai sesuatu, aku harus bersikap baik agar mereka tidak curiga lagi," gumam Bik Sri sembari memesan ojek online untuk mengantar dirinya ke pasar. Setelah ojek online tersebut datang, istri langsung berangkat ke pasar, dia tidak ingin berlama-lama di rumah tersebut dan menimbulkan kekesalan pada Raya. "Tak apalah Hari ini aku akan menuruti keinginannya, tapi jika ada waktu aku akan membalasnya," batin Bik Sri kesal karena waktu istirahatnya terganggu, dia tidak bisa bebas mengirimkan pesan atau
Suasana club malam itu sangatlah ramai. Suara dentuman musik terdengar menggema di seluruh ruangan bahkan begitu memekak telinga lautan manusia yang sedang asik berdansa. Tetapi bagi Nora dan teman-temannya hal seperti itu sangatlah lumrah, karena memang mereka sendiri sudah cukup terbiasa dengan tempat seperti ini. Club ibarat rumah yang begitu menyenangkan bagi Nora dan kawan-kawan. Memegang gelas berisi coctail dengan irisan buah lemon tipis yang melengkung sedemikian indahnya di sisi gelas itu, Nora menghabiskan waktunya untuk bercanda dan tertawa bersama teman-teman yang malam ini datang bersama dirinya. Tak lupa netra wanita itu sesekali menyapukan pandangan ke area sekitar untuk sekadar menebar pesona kepada para tamu yang hadir di sana. Beberapa pria menyambut tingkah jahil Nora dengan melemparkan senyum menggodanya serta sesekali memberikan kedipan mata yang hanya dibalas berupa senyum remeh dari wanita itu. Sebuah senyuman yang justru membuat para pria itu seketika merasa
Bab 253 Remasan pada pinggang Nora menjalar kebagian lebih besar dibawahnya. Remasan yang lebih kuat kini menempel di pinggul Nora. Rasa geli dan hasrat yang merambat naik dirasakan wanita yang bukan lagi wanita baru dalam urusan bercinta. Walau dirinya merespon semua getaran lewat sentuhan yang diberikan pria di depannya, namun dengan piawai, Nora bisa menahan diri agar tetap bersikap profesional. Menerima semua sentuhan tanpa membalas secara tergesa-gesa. Sikapnya telah membuat si pria semakin tergoda. "Sambut aku, Sweety. Aku akan memenuhi semua rasa hausmu dengan kepuasan malam ini." Suara mendesah mengisi telinga Nora yang hanya membalas ucapan rayu itu dengan mengerlingkan bola mata pada pria itu dan memulas senyuman menggoda pada Ardi. Sedikit mengedipkan kelopak matanya, dengan manja, Nora berbisik di telinga Ardi. "Kalau aku menyambut Om, aku yakin, Om akan pingsan dalam hitungan detik, Om Ardi." Sebuah kalimat yang menantang untuknya. Dada Ardi dibuat panas karenanya.
Bab 254"Itu masalah yang gampang, Sayang! Memangnya apa yang kamu mau? Katakanlah. Apa pun yang kamu minta pasti aku akan memberikannya padamu, sebagai gantinya kamu harus memberikan aku kepuasan dengan tubuhmu yang indah itu. Membiarkan aku menikmati setiap senti kemolekan tubuhmu. Aku akan membuatmu mengerang mendesah merasakan kenikmatan. Apa kau setuju?" ucap Ardi menyahut ucapan Nora.Ia tak peduli jika harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk bisa menikmati Nora malam ini. Bahkan, pria itu sudah menyiapkan sesuatu yang akan membuat Nora puas nanti. Ardi pun tak perlu berpikir lama untuk melakukan kesepakatan dengan Nora yang tampak sangat seksi dan menggoda dengan dress ketatnya malam ini.Nora menyunggingkan senyum manjanya pada Ardi, pria paruh baya yang kali ini menjadi pelanggannya."Ck! Kalau bukan karena puing-puing rupiah, nggak akan kubiarkan pria itu me
Nora tersenyum-senang karena sudah membayangkan akan mendapatkan bayaran yang sangat banyak dari Ardi sesuai dengan janji lelaki itu. Ardi sendiri hanya tersenyum tipis melihat sikap yang ditunjukkan oleh Nora. "Om aku mau mandi dulu ya," ucap Nora berusaha menggoda Ardi "Tentu sayang, mandi yang bersih dan wangi ya, aku sudah tidak sabar untuk bersenang-senang denganmu," jawab Ardi sembari melonggarkan ikatan dasinya. Melihat tubuh Nora yang seksi membuat Ardi tersenyum senang. "Kelihatannya dia sangar kuat, seksi dan memggemaskam" batin Ardi kemudian segera menyiapkan propertinya. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan kepuasan kepada burungnya. Sampai di sini sama sekali tidak ada kejanggalan yang dirasakan oleh Nora, dalam pikirannya dia akan bersenang-senang lalu pundi-pundi uangnya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Siapa sih wanita yang tidak suka, sudah diberikan kesenangan masih di beri uang banyak. Nora mandi sambil bernyanyi, dia merasakan euphoria yang b
"Salah!" Ardi berteriak tidak terima tindakan di tolak oleh Nora. Cetarr! "Aauuww." Teriakan kesakitan Nora kembali menggema di seluruh kamar tersebut. Ardi menyerigai gembira mendengar teriakan Nora. "Hmm kamu sangat seksi sayang, oohhh suaramu membuatku ingin segera memberikanmu kesenangan. "Aauuww.., tidak-aku tidak mau, lepaskan, Ardi kamu bajingan.." racauan kali ini sudah tidak ada sopan santun lagi. Nora berteriak dan mengumpat kepada Ardi. Rasa sakit yang dirasai tubuhnya sudah menghilangkan akal sehat Nora. "Salah sayang, kamu salah, aku sayang kamu." Ardi menarik lingerie merah Nora dengan kasar hingga robek. "Uuhh badanmu sangat menggairahkan sayang," racau Ardi kemudian menggigit paha Nora. "Gila! kamu sangat gila, lepaskan aku, aku tidak mau." "Ehh sayang jangan seperti ini, aku suka dengan rengekanmu lho." Cetarr!! Cetarr!! Cetarr!! Aauuwww, sakit." "Bilang enak sayanh, bukan sakit," bisik Ardi ketika dia mencium belakang telinga Nora. Wanita itu menggelinj
Nora yang merasa kaget dengan sikap dan tindakan dari Om Ardi pun sontak berusaha untuk berlari menjauh, namun sayangnya baru saja dia hendak berjalan mundur dan berbalik, adanya ranjang di sana menghalangi langkahnya sehingga membuat tubuhnya berakhir jatuh dan limbung di atas kumpulan busa empuk itu. Nora pun berusaha keras untuk membalikkan tubuh dan merangkak turun dari ranjang itu, namun Om Ardi yang melihat pergerakannya dengan sigap menarik salah satu kaki Nora kemudian membawa wanita itu kembali terkungkung di bawahnya. "Mau pergi ke mana, Sayang?" tanya Om Ardi dengan suara seperti desahan menggoda namun justru terdengar begitu mengerikan di telinga Nora. Terlebih saat dia melihat Om Ardi kian mendekatkan tali yang ada di genggaman dan mengarahkan tali itu pada area tubuhnya yang lain. "Om, apa yang akan Om Ardi lakukan? Tolong, lepaskan aku. Ini salah. Kita tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini." Nora terus menggeliat untuk berusaha terlepas dari cengkeraman tubu
Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.
Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya
Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa
"Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini
Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem
Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup
Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu
Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m
Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de