Home / Romansa / Wanita Hamil di Rumah Mertua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Wanita Hamil di Rumah Mertua: Chapter 71 - Chapter 80

109 Chapters

Mama Fiona

***"Ha ... ha ... ha ...." Adinda tergelak. "Dibalik sikapnya yang sok angkuh, aku terkejut mendengar ini. Dia ... calon istrimu yang janda itu termakan sama ucapanku, iya?" Adinda lagi-lagi tertawa lebar membuat deru napas Hazel memburu. Perempuan di depannya adalah perempuan berbeda dengan yang ia kenal dulu. Sangat berbeda. Atau mungkin memang inilah sebenarnya wajah Adinda sementara selama bersama Hazel dulu hanyalah topeng semata. "Dia tidak menyadari kalau dirinya adalah bekas? Bahkan Andra sudah menikmatinya selama keduanya menjadi suami istri. Dia merajuk mengira kamu dan aku ... berbagi ranjang? Janda tidak tau diri!""Itu dua hal yang berbeda," sahut Hazel berusaha tenang. "Helena terikat pernikahan yang mengharuskannya mendapat nafkah lahir dan batin sementara kita ... Ayolah, Din, aku bahkan belum pernah menciummu. Hentikan omong kosongmu!"Brak ...!!!Adinda menggebrak meja di hadapannya. Beberapa pengunjung Cafe terlihat melirik sejenak kemudian kembali tak acuh. "Kamu
Read more

Rencana Licik

***"Ayo, masuk!" Hazel menuntun tubuh Helena memasuki rumah. Perlahan, bahu wanitanya mulai berguncang hebat diiringi sesenggukan yang menyesakkan."Bik, buatkan teh hangat ya," pinta Hazel pada Bik Asih. "Satu saja buat Helena."Bik Asih menatap iba pada sosok majikan mudanya yang tengah berada dalam dekapan Hazel. Wanita paruh baya itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Pak."Setengah berlari, Bik Asih menuju dapur dan mengerjakan apa perintah Tuannya. Segelas teh hangat beraroma melati berada di atas nampan. Dengan hati-hati Bik Asih meletakkan gelas untuk Helena di atas meja."Minum dulu, Len." Hazel mengangsurkan gelas mungil itu tepat ke hadapan Helen. "Minumlah sedikit agar lebih tenang.""Terima kasih," ucap Helena pada Hazel. "Terima kasih, Bik."Bik Asih mengangguk sendu. Sudah lama sekali perempuan paruh baya itu tidak melihat kesedihan di wajah Helena namun hari ini ... wajah muram itu kembali hadir."Kalau aku jual rumah ini bagaimana ....""Tidak akan ada yang dijual, Len,
Read more

Emosi yang tidak Stabil

***"Nit, jangan bilang kalau ...."Anita mengangguk seraya tersenyum licik. "Ya, Mas Andra yang akan melakukan itu untuk kita.""An-- Andra ... kamu yakin?""Yakin sekali, Ma. Aku tidak perduli kalau dia adalah ayah dari bayiku. Mas Andra pasti mau melakukan perintah kita karena aku tahu kalau dia berusaha kembali dengan Helena. Argh, benar-benar lelaki buaya!" Anita menggerutu. "Tapi aku tidak perduli, asalkan kekayaan Helena nanti jatuh ke tangan kita, itulah saatnya aku membuang Mas Andra. Pria miskin tidak tau diri itu."Mama Fiona manggut-manggut. Membayangkan hidupnya akan kembali berjaya membuatnya tersenyum puas. "Kamu memang selalu berani, Nit, persis seperti Mama ketika muda," puji Mama Fiona. "Ya, kita harus menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitar Helena. Kita buat dia menjadi perempuan paling menyedihkan tanpa satu pun orang yang peduli padanya. Helena akan hancur, Mama yakin sekali dia akan hancur nanti. Ha ... ha ... ha ...."Anita dan Mama Fiona tertawa bersama.
Read more

Ujian Sebelum Akad

***"Rencanamu gila!"Andra mengedikkan bahu, "Ya, terserah apa katamu yang jelas ... aku menawarkan sesuatu yang berharga untuk kehidupan kamu ke depannya. Bagaimana?"Adinda menyandarkan punggungnya di kursi Cafe. Ditatapnya wajah Andra menelisik, takut jika ternyata pria di depannya sedang merencanakan sesuatu untuk menjebaknya. "Bagaimana aku tahu kalau kamu tidak sedang ingin menjebakku?" cecar Adinda sinis. "Kau mantan suami Helena ... pasti kamu akan melindungi mantan istrimu bagaimanapun caranya.""Oh ya? Apa aku terlihat ingin melindungi Helena?"Adinda menatap Andra tajam. "Menurutku begitu, karena ... ya, karena memang begitulah seharusnya ketika seseorang begitu mencintai pujaan hatinya.""Sayang sekali, tebakan kamu salah, Din," sahut Andra sinis. "Yang aku cintai hanyalah hartanya, bukan Helena ...."Adinda mencondongkan tubuhnya ke depan. Sungguh, pengakuan mengejutkan keluar dari bibir Andra. "Bisa aku percaya semua ucapan kamu?""Tentu," jawab Andra cepat. "Dia meng
Read more

Siapa Pelakunya?

***"Pak Hazel ... kecelakaan, Bu. Sekarang sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit."Telinga Bu Nela seketika berdengung. Tubuhnya yang semula berdiri di samping Pak Prabu hampir saja luruh jika tangan Sang Suami tidak sigap menahan beban tubuh yang hampir limbung itu.Bu Nela menatap Helena dari pantulan kaca. Calon menantunya itu tidak terisak, namun air mata seakan sedang berlomba-lomba meluncur di pipinya. "Len ...." Panggil Bu Nela parau. Helena mengangguk samar. "Aku sudah tau, Ma," sahutnya setengah berbisik. "Ternyata ini jawaban dari kegelisahan hati yang kurasakan sejak tadi."Bu Nela tergugu dalam pelukan Pak Prabu. Semua yang terjadi seperti mimpi. Akad nikah yang seharusnya dilangsungkan hari ini ternyata memiliki kendala yang tidak mudah."Halo, Pak ...." Suara Danil terdengar memanggil-manggil dari panggilan telepon. Pak Prabu kembali mengambil ponselnya dari genggaman tangan Bu Nela. Benda berbentuk pipih itu kembali ia letakkan tepat di depan telinga. "Kami seg
Read more

Adinda Membual

***Helena merasakan dadanya kembali sesak. Kedua tangannya tetiba saja mengepal kuat. Bagaimana bisa Adinda ada di tempat berlangsungnya acara?Bukankah dia dan Hazel sudah mengecualikan orang-orang dari masa lalu?"Kenapa bisa kamu ada disini?" Pertanyaan Helena terdengar menohok. "Siapa yang mengundangmu datang ke acara penting kami, hah?" Helena berteriak tanpa peduli tatapan mata orang-orang yang menuju ke arahnya. "Atau jangan-jangan ...."Wajah Adinda memucat seiring dengan perkataan Helena yang mengambang di udara. Bu Nela dan Pak Prabu berulang kali mengusap bahu calon menantunya itu dengan perasaan tak kalah hancur."Katakan padaku, Din ... kau yang sudah merencanakan ini, benar kan?" tanya Helena lirih. "Kamu sengaja mencelakai Mas Hazel agar pernikahan kami gagal. Ngaku!""K-- kau gila!" hardik Adinda gugup. "Untuk apa aku melakukan itu, Len? Aku ... aku datang kesini karena ingin menyaksikan hari bahagia dari pria yang pernah mengisi hatiku. Ta-- tapi kamu ... kamu menud
Read more

Rumah Saki

***"A-- aku ....""Tenanglah, Sayang. Tenang!" Pak Prabu merengkuh bahu Helena dan menuntunnya perlahan. "Ayo, jangan lepas tangan Papa. Ayo, Ma!"Bu Nela mengusap sudut matanya dan mengangguk lemah. "Ya, ayo!"Tiga manusia beda usia itu berjalan beriringan. Helena menggenggam lengan Pak Prabu sementara tangannya yang satu menyingkap kebaya panjangnya agar tidak menjuntai."Pak!"Pak Prabu mengangguk ketika Danil memanggilnya. Di depan ruang operasi, Danil dan Mamang duduk bersebelahan menanti pintu ruang operasi terbuka."Dan, ke-- kenapa ada di depan ruang operasi? A-- apa Hazel terluka parah?" tanya Bu Nela gagap. "Katakan, Danil!"Danil bangkit. "Bu, Pak Hazel terluka parah di bagian belakang kepalanya jadi ...."Bruk ....Helena terduduk di lantai. Tidak ada tangis di matanya namun pandangannya terlihat kosong. "Len.""Non!""Helena ...."Pak Prabu dan Bu Nela panik. Keduanya membantu Helena berdiri dan membawanya duduk di kursi kosong yang tersedia di depan ruang operasi."Haz
Read more

Hampir saja

***Di depan ruang ICU, Helena masih bersandar di bahu Pak Prabu dan menggenggam jemari Bu Nela. Bajunya masih sama sekalipun hari mulai menjelang malam. Tak jarang, beberapa pasang mata menatap aneh ke arahnya. Seorang perempuan berada di rumah sakit dengan mengenakan kebaya pengantin. "Non ...."Suara Bik Asih memanggil dari kejauhan. Helena mengangkat kepala, melihat apakah benar yang barusan ia dengar adalah suara Asisten Rumah Tangganya. "Ya Allah, Non Lena," pekik Bik Asih. "Ganti baju dulu ya, Bibik bantu. Ayo!"Helena hanya menatap Bik Asih tanpa ekspresi. Melihat wajah sendu majikannya, Bik Asih sontak saja mengusap sudut matanya yang keriput. Tidak tega. Helena yang biasanya ceria berubah menjadi tanpa gairah."Non ...." Panggilnya ulang. "Bibik bantu," imbuhnya.Helena menggeleng lemah. Dia kembali merebahkan kepalanya di bahu Pak Prabu seakan-akan kehadiran Bik Asih tidak membawa pengaruh apapun dalam hatinya. "Biarkan saja begini, Bik," kata Bu Nela sambil mengangguk.
Read more

Tersadar

***"A-- apa yang kamu katakan, Len? Aku ... aku gak paham sama ....""Jangan bermain-main denganku, Adinda!" bentak Helena lantang. Beberapa pasang mata menatap bingung ke arahnya. "Katakan siapa dalang dibalik kecelakaan Hazel. Jawab!""Bu, tolong jangan bikin keributan di Rumah Sakit," tegur salah satu suster yang sedang berjaga. "Pasien ingin istirahat dengan tenang, jadi jangan mengeraskan suara kecuali jika anda berada di luar Rumah Sakit."Helena terpaku di tempatnya sambil menatap tajam ke arah Adinda. "Maafkan anak saya, Sus," kata Pak Prabu mendekat. "Len, ayo!""Aku yakin sekali dia ada kaitannya dengan kecelakaan Hazel, Pa," tutur Helena menahan marah. "Telingaku masih berfungsi dengan jelas. Dia ... bersekongkol dengan seseorang. Siapa, Din, katakan! Apa Mas Andra?"Adinda menoleh dengan cepat. Wajahnya tiba-tiba pias, namun sedetik kemudian perempuan masa lalu Hazel itu tertawa lirih dan menepuk bahu Helena seolah sedang menegaskan bahwa ia prihatin dengan kondisi Helena
Read more

Melupakan Helena

***"Din ...."Tubuh Helena menegang. Persendiannya terasa lemas ketika kedua telinganya menangkap dengar nama "Adinda" dari bibir Hazel.Bu Nela dan Pak Prabu saling pandang. "Hazel, Helena ....""Adinda," ucap Hazel lagi. Suaranya yang lirih membuat hati Helena berdenyut nyeri. Apalagi nama Adinda lagi-lagi keluar dari bibir Hazel, membuat dada Helena semakin sesak. "Din ...."Helena membuang muka. Tangannya mencengkeram erat pinggiran kebaya putih yang sampai detik ini masih ia kenakan.Bik Asih seakan paham dengan kondisi hati Sang Majikan. Wanita paruh baya itu mendekat dan menggenggam jemari Helena erat. Matanya menganak sungai, bibirnya bergetar melihat tatapan penuh luka dari kedua mata Helena."Non, kita pulang?" Ajak Bik Asih ragu. "Setidaknya ganti baju dulu, ayo, Non!"Helena bergeming. Kesadaran Hazel adalah hal yang paling dia tunggu, tapi ... siapa sangka jika calon suaminya justru mengingat nama perempuan lain. Dan Bu Nela serta Pak Prabu bahkan hanya bisa diam tanpa
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status