Home / Romansa / Wanita Hamil di Rumah Mertua / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Wanita Hamil di Rumah Mertua: Chapter 91 - Chapter 100

109 Chapters

Bertemu tanpa sengaja

***Helena meletakkan kembali ponselnya di atas ranjang. Setelah menarik napas dalam-dalam berulang kali, dia memilih duduk di depan meja rias dan mengusap wajahnya yang mulai kembali terlihat berisi. Berat badannya kembali normal setelah dia hampir mirip seperti mayat hidup. Kurus kering karena terlalu memikirkan masalah yang ada."Kamu tahu bahwa aku tidak akan menerima alasan apapun, Hazel. Apa kamu pikir perasaanku sebercanda itu?" Di depan kaca, Helena berbicara seakan-akan Hazel akan mendengar penuturannya. "Sebelum aku memutuskan menyerah, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana hancurnya aku saat itu. Aku berusaha menerima semuanya meskipun sepertinya mustahil kamu melupakanku. Dan ternyata benar, semua hanyalah kepura-puraan semata."Helena tersenyum sendu sambil menatap matanya yang sedikit bengkak. Tidak mudah menjalani hari-harinya tanpa Hazel setelah apa yang pria itu berikan pada Helena. Perhatian, kasih sayang, waktu, semua Hazel berikan membuat Helena terlanjur nyaman. D
Read more

Bertemu

***"Non Lena ...." Bik Asih bergumam disertai dengan jantung yang berdegup kencang. "Aduh, bagaimana ini?"Hazel urung masuk ke dalam rumah. Pria itu berdiri di halaman rumah Bik Asih dengan tatapan mengiba. Berharap Helena mau memaafkan semua kepura-puraan yang selama ini dia lakukan. Berharap Helena mengerti bahwa yang sedang Hazel lakukan adalah demi kebahagiaan mereka ke depannya. Helena terpaku di samping mobil. Tangannya gemetar ketika melihat sosok yang begitu dekat dengannya selama ini tengah berdiri di depan rumah Bik Asih. Dada Helena tiba-tiba sesak. Melihat cairan bening yang menggumpal di kedua mata Hazel membuat hati Helena berdenyut nyeri."Sepertinya Bik Asih ada tamu, lebih baik nanti aku datang lagi ....""Len!" Panggil Hazel membuat ucapan Helena terhenti. "Bisakah kita bicara empat mata?"Helena menggeleng sembari tersenyum seakan-akan hatinya baik-baik saja saat ini. "Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Hazel. Aku sudah mengatakan padamu pada malam dimana
Read more

Menjelang akhir

***"Bibik takut, Pak ....""Bik Asih tau kan seberapa besar aku mencintai Helena?" tanya Hazel, "Aku melakukan itu semua hanya untuk melindungi dia. Andra bisa melakukan hal yang lebih berbahaya untuk Helena, Bik, itu sebabnya untuk sementara aku berpura-pura tidak mengingatnya. Demi Helena, Bik." Hazel memelas. Memberikan waktu untuk Helena itu artinya dia harus siap jika perempuan itu menghapus namanya untuk selama-lamanya. "Aku tidak bisa melepaskan Helena, Bik. Aku mencintainya, lebih dari mencintai diriku sendiri. Aku tidak bisa hidup tanpa Helena, Bik Asih tau itu. Butuh banyak waktu agar aku dan dia bisa bersatu, kali ini tolong bantu aku, Bik. Aku memang bodoh, tindakanku menyakitinya, tapi ijinkan aku menebus semua rasa bersalah itu. Katakan, dimana Helena tinggal saat ini, Bik Asih. Mohon ...."Bik Asih menatap Hazel ragu. Setelah menghela napas panjang, wanita yang usianya sudah tidak lagi muda itu meminta Hazel masuk ke dalam rumah dan mempersilahkan mantan calon suami ma
Read more

Menurunkan Ego

***Helena membungkam mulutnya sepanjang perjalanan pulang. Mamang yang khawatir sesekali melirik Helena dari kaca yang terletak di atas kepalanya. 'Kenapa kamu datang saat aku sudah berusaha sekuat ini merelakanmu, Hazel?' batin Helena. 'Andaipun semua yang kamu lakukan memang hanya kebohongan semata, tidak bisakah kamu lepaskan saja aku? Biarkan aku hidup dengan membawa luka hingga akhirnya cinta untukmu berakhir sudah?'Helena memalingkan wajahnya menatap jalanan melalui kaca mobil. Helaan napas berat berulang kali terdengar di telinga Mamang. Pria tua itu begitu peka dengan segala tindak tanduk Helena. "Kita langsung pulang, Non?" tanya Mamang memastikan. "Atau ada tempat yang mau Non Helena kunjungi sebelum ....""Menurut Mamang, aku harus bagaimana?" Helena menjawab pertanyaan Mamang dengan pertanyaan yang lain. "Haruskah aku memaafkan Hazel, Mang?"Mamang memelankan laju mobil karena paham jika Helena sedang ingin berbincang di jalan. Pria tua itu tersenyum teduh sambil melir
Read more

Pertemuan

***Mobil yang Helena tumpangi berbelok ke sebuah Restoran sederhana pinggir jalan. Benar saja, mobil Hazel ternyata mengikuti dari belakang seolah-olah mereka memang sedang berjanji untuk bertemu. Setelah memposisikan mobil dengan tempat parkir yang tersedia, Mamang membuka pintu mobil mempersilahkan Helena keluar. Tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, Hazel juga baru saja keluar dari mobilnya dan menatap sosok Helena dengan pandangan yang meredup. Kemarahan Helena membuat cinta yang semula menyala perlahan kehilangan cahayanya. Helena melirik bersamaan dengan Hazel yang berlari kecil untuk mendekat. "Len, sekali ini saja beri aku kesempatan untuk menjelaskan," rengek Hazel dengan air muka memelas. "Terserah kamu mau memaafkanku atau tidak, tapi tolong dengarkan penjelasanku!""Kamu mengikutiku, Mas?" tanya Helena. Panggilan yang sempat menghilang dari bibirnya kini kembali lagi hingga menuai senyum samar di bibir Hazel. "Penguntit!" Hazel menggaruk tengkuknya yang tidak gat
Read more

Titik terang

***"Itu sebabnya kamu berpura-pura tidak mengingatku?" tebak Helena. Selalu saja hatinya merasa perih mendapati kenyataan itu. "Kamu ingin menjebak Adinda dengan iming-iming sebuah pernikahan yang memang Adinda impikan?"Hazel menghela napas panjang. Digenggamnya jemari Helena dengan erat dan berucap, "Aku sungguh tidak punya pilihan lain, Len. Dalam pikiranku hanya ada cara untuk menjebak Adinda. Dia mudah luluh, aku tahu kalau dia masih menginginkanku itu sebabnya aku memilih cara yang lebih cepat. Tapi ternyata aku salah, kamu terluka dengan caraku itu," sesal Hazel. "Maafkan aku, Helena. Aku hanya berusaha melindungi kamu, kalau orang lain bisa mencelakaiku maka tidak menutup kemungkinan dia akan mencelakai kamu, juga kedua orang tuaku. Aku tidak mau itu terjadi, Len."Hazel mengecup punggung tangan Helena dengan lembut. Ada perasaan lega saat melihat air mata Helena yang mulai mengering. "Aku benar-benar minta maaf. Kamu segalanya buatku, Len, jangan pergi!" pintanya memohon. "
Read more

Perjalanan panjang

***"Ck, mau apa kamu datang kesini?" Adinda bertanya ketus. Dadanya terasa terbakar melihat Helena mengunjunginya pagi ini. Esok adalah hari persidangan dimana masa depan Adinda dan Andra diputuskan. "Mau tertawa karena aku akhirnya mendekam di penjara, hah?"Helena duduk dengan anggun. Tidak ada senyum mengejek atau kekehan mencibir. Wajahnya tanpa ekspresi menatap datar ke arah Adinda yang tengah duduk di depannya. "Kamu hanya sedang beruntung, Helena, jadi jangan besar kepala! Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Hazel buatmu!"Helena menaikkan kedua alisnya. Cukup terkejut dengan pengakuan yang Adinda lontarkan. Hazel adalah pria baik, pantas saja Adinda akan melakukan segala cara untuk bisa bersama pria itu. "Darimana kamu mengenal Mas Andra?" tanya Helena mengalihkan pembicaraan yang cukup membuat hatinya berdenyut nyeri. "Setahuku kalian tidak saling mengenal."Adinda bersedekap dada. Gambaran perempuan sombong dan pongah ada pada tindak tanduknya saat ini. "Memang kena
Read more

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya

***"Kita ke kantor dulu ya, Mang."Mamang mengangguk sambil mengacungkan jari jempolnya. "Siap, Non!"Sepanjang perjalanan Helena bernyanyi lirih seraya menggoyangkan kepala kecil. Headset yang memperdengarkan lagu-lagu barat membuatnya sejenak melupakan masalah yang baru-baru ini menimpanya. Mamang tersenyum samar melihat Helena dari kaca depan. Untuk pertama kalinya wajah Helena terlihat begitu tenang, seolah sebuah beban berat sudah berhasil dihempas. Sesampainya di depan kantor, Mamang membuka pintu untuk Helena dan mempersilahkan wanita cantik itu turun. "Mamang tunggu disini saja ya, Non," kata Mamang sungkan. "Kalau lama nanti Mamang tunggu di pos security.""Gak masuk aja?" tanya Helena memastikan. "Takut aku lama nanti, Mang.""Tidak masalah, Non. Gak perlu buru-buru, Mamang tunggu di sini.""Baiklah." Helena melangkah masuk meninggalkan Mamang di ruang security. Biasanya Mamang akan disuruh pulang oleh Helena, namun hari ini Helena hanya datang sebentar untuk memastikan
Read more

Menjelang tamat I

***Helena hampir tertawa mendengar hardikan Ibu Adinda. Jika saja dia melupakan unggah-ungguh kepada orang yang lebih tua, sudah pasti melayang jari telunjuk Helena di depan wajah kedua tamunya."Sayang sekali, seorang Ibu begitu pandai menilai orang lain namun memilih menutup mata pada keadaan putrinya sendiri," sindir Helena menohok. "Jika saya wanita jahat, lantas anak Ibu apa? Ah, ya ... pembunuh, begitu kah?"Wajah Ibu Adinda memerah. Matanya menatap sekeliling berharap tidak ada yang mendengar ucapan Helena barusan. Tapi sayang, beberapa staf yang memang kebetulan hendak makan siang justru melayangkan tatapan sinis padanya dan Sang Suami."Adinda hampir membunuh orang. Memang hampir, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa Hazel akan mati kala itu. Dia sudah melakukan tindak pidana, nyawa Hazel hampir direnggut hanya karena keserakahan yang Adinda punya, lalu Ibu datang kemari dan memaki-maki saya mengatakan saya jahat, tidak berhati? Lalu bagaimana dengan Adinda, Bu?" tutur Helen
Read more

Tante Fiona

***"Bu, ada tamu di lobby bawah."Helena menerima telepon dari sekretaris pribadinya. "Siapa?""Ehm ... Bu Fiona ...."Helena menghela napas panjang. "Baiklah, saya turun."Helena meletakkan gagang telepon pada tempatnya. Setelah memeriksa semua data yang ada di laptopnya, dia lantas menyambar ponsel dan tas kecilnya di atas meja. Sepertinya Helena harus mulai tegas. Adu mulut saja tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Helena yakin, setelah hari ini maka Mama Fiona akan datang di hari-hari yang lain. "Mel, setelah makan siang saya langsung pulang, kalau ada hal penting dan mendesak, telepon saja, oke?""Baik, Bu!"Helena melenggang meninggalkan ruangan dengan perasaan lelah. Dua hari lagi pernikahannya dengan Hazel kembali digelar, tapi orang-orang tidak tau malu itu masih saja mengejar-ngejar Helena. Usai kedatangan Bapak dan Ibu Adinda, kini Mama Fiona yang mendatanginya, semoga saja Mama Desinta dan Kamila sudah benar-benar berubah dan tidak merecoki hidup Helena lagi.Dari
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status