Home / Romansa / Istri Nakal Mas Petani / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Istri Nakal Mas Petani: Chapter 211 - Chapter 220

281 Chapters

211. Sehari Sebelumnya

Wira baru tersadar bahwa berbalas pesan dengan Sully kemarin terhenti begitu saja. Setelah rapat di Paguyuban ia buru-buru pulang karena mengkhawatirkan Pak Gagah yang adem ayem tak ada kabar. Ketenangan bapaknya selalu membuat gelisah. Sampai di rumah kegelisahan itu bertambah dengan tidak mendapati Kartika. Ketika ditanya ke mana cucunya, Pak Gagah hanya menjawab acuh tak acuh.“Kartika pergi. Bapak enggak mau menahan-nahan anak gadis buat seharian jaga Bapak. Semua orang pasti punya kerjaan yang lebih penting. Ketimbang menyibukkan ke mana Kartika, mending kamu cerita apa yang terjadi di rapat Paguyuban.”Di telinga Wira, hal yang dikemukakan Pak Gagah bukan saran melainkan sebuah perintah untuk bercerita.“Mau diceritakan sekarang? Atau Bapak mau makan dulu? Biar aku masakin.” Wira masih berpakaian yang sama dikenakannya dari pagi.Pak Gagah terbatuk sekali kemudian menggeleng. “Enggak usah sekarang, besok pagi aja,” saran Pak Gagah.Kebetulan yang sangat menguntungkan, pikir Wira
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

212. Murka Sully

Tak menyangka sama sekali bahwa setelah sehari sebelumnya menghabiskan pagi ke sore di pabrik dan sore ke malam di Paguyuban, pagi itu Wira mendapat kejutan yang tak biasa. Sully yang tak membalas pesan dan tak menjawab teleponnya muncul di depan pintu rumah dengan bersimbah air mata.Topik pembahasan pemilihan Kepala Desa yang bahkan sampai pagi itu masih panas dibicarakan di grup pesan soal dugaan-dugaan yang akan terjadi esok hari, tersingkirkan begitu saja. Sully muncul di depan pintu.Wira merasa seperti diberondong peluru tanpa henti. Cecaran Sully tak henti-henti. Ia bahkan belum sempat bertanya teknis wanita itu tiba di Desa Girilayang. Ia belum bertanya kenapa Kartika ikut turun dari mobil?Hal yang singgah di telinga Wira berganti-ganti. Menikah lagi, Hamil tidak boleh bercerai, Sekar, lalu hal yang paling manis sekaligus menggelikan bagi Wira. ‘Bapak anakku enggak boleh dibagi-bagi.’Belasan rencana untuk menjemput sekaligus membujuk Sully yang ia pikirkan hampir setiap mal
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

213. Cerita Dari Klinik

“Udah. Lepasin. Kenapa Mas kesannya malah bela perempuan itu?” Sully melepaskan tangan Wira yang beberapa saat lalu masih memeganginya. Ia lalu beringsut dari pangkuan pria itu.“Mas enggak ada bela Sekar. Kepikiran juga enggak. Yang Mas pikirin itu kamu. Katanya hamil, tapi berantem sampai begitu. Kalau anaknya Mas kenapa-napa bagaimana?”“Tapi aku cuma sedang membela kedudukannya. Memangnya dia siapa? Ngapain dia pagi-pagi nyari suami orang? Memangnya Mas udah ngapain aja sama dia? Mas udah dicium juga?” Sully masih emosi.“Lis,” tegur Wira. Di dalam mobil yang kedap suara, suara Wira terdengar sangat jelas. Sedikit lebih tinggi dan lebih tegas. Memang bermaksud menegur Sully dari prasangka cium-mencium itu. “Mas enggak suka kalau kamu terus-terusan ngomong gitu. Mas sudah jelasin.”“Soalnya Mas akrab banget sampai sebut-sebut nama langsung. Sekar…Sekar. Lancar banget,” ketus Sully. Ia semakin beringsut menjauhi Wira.“Sedikit pun Mas enggak peduli soal Sekar. Mau ke rumah, mau engga
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

214. Dialog Calon Kades

Dalam perjalanan pulang, Sully masih banyak diam. Ia memikirkan soal banyaknya hal yang terjadi selama tak berada di Girilayang. Soal pabrik saja masih banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Wira. Ditambah lagi suaminya itu bakal menjadi Kepala Desa. Mobil berhenti di depan rumah Pak Gagah dan kali ini Wira tidak memutari mobil lagi. Ia berdiri membuka pintu dan meminta Sully untuk turun dari pintu yang sama. Di halaman, sepeda motor Ajeng sudah terparkir. Tanpa bertanya ba-bi-bu lagi, Wira menggandeng Sully masuk ke rumah melalui pintu depan. “Kamu dari mana, Gus?" Ajeng baru saja menyibak tirai pintu tengah ketika beradu pandang dengan Wira dan Sully. “Baru dari Dokter Masayu buat periksa kehamilannya….” Wira merangkul pundak Sully. “Jadi? Positif?” Mata Ajeng membulat. Wira mengangguk. “Positif. Mbak Ajeng jadi Budhe,” ucap Wira. “Senangnya bakal jadi Budhe. Tapi yang bakal jadi ibu kenapa cemberut terus?” Ajeng memijat lembut bahu Sully. “Ya karena apa lagi? Pasti karena ma
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

215. Memang Mencintainya

Oh, sekarang hidupnya nyaris sempurna. Masalah sudah selesai, dendam terbalas, ayah sudah kembali menerima ia pulang, sudah melepas rindu bersama ibu dan saudari-saudarinya. Sully memejamkan sembari menciumi leher Wira yang sedang melepaskan pengait jeans-nya. Tidak ada lagi yang kurang. Keluarga suaminya aman-aman saja. Mertuanya baik, kakak iparnya apa lagi, sangat baik. Sama baiknya dengan dua orang keponakan perempuannya. Sully memang merasa hidupnya nyaris sempurna. Ketidaksempurnaan itu hanya ia rasakan ketika memikirkan Sekar yang seenaknya berteriak-teriak memanggil Wira di depan rumah. Meski Wira tidak menggubris, tapi jelas saja ia terganggu. Sully yang sejak tadi menutup mata langsung membuka mata ketika ciuman bertubi-tubi Wira di kerenya terhenti. Ternyata pria itu sedang bertekuk lutut melepaskan kemeja dan jeans-nya. Otot-otot lengan Wira terentang jantan dan menggiurkan. Sully menggigit bibir ketika Wira ikut melepaskan semua yang ia kenakan. “Mas cinta kamu. Rindu.
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

216. Sogokan Buat Saptono

Wira masih meringis dengan tatapan mata yang menaut di mata Sully. "Udah selesai? Giliran aku, Mas." Sully menepuk lengan Wira dan meminta pria itu berpindah. Dengan tatapan kebingungan dan jelas belum sadar sepenuhnya, Wira dipaksa bergeser melepaskan bagian tubuhnya. "Kamu mau apa? Mas baru selesai ...." Wira tak mampu menyelesaikan ucapannya. Sully mendorong tubuhnya agar bersandar ke kepala ranjang. Dan Wira tak pernah memikirkan soal hal-hal seperti yang akan dilakukan Sully sebelumnya. Ia baru saja melepaskan kehangatan yang cukup melimpah ke dalam tubuh wanita itu. Dan tindakan Sully yang langsung memanjakan kemaskulinannya, membuat hasrat Wira kembali menyala detik itu juga. Tanpa sadar, Wira mengakui bahwa sosok wanita seperti Sully-lah yang ia inginkan. Cantik, suka berdandan, seksi, liar di ranjang, penuh semangat dan terlihat sulit ditaklukkan. Tidak apa-apa Sully tidak bisa memasak dan tidak melakukan hal-hal yang dulu ia bayangkan akan dilakukan seorang istri yang ting
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

217. Pergi Jajan

“Mas mau pergi sekarang?” Sully bicara sambil menarik daster dari lemari. Sesekali ia melirik Wira yang sedang menyisir rambut.“Mau pergi sekarang. Tadi lihat sendiri kalau Saptono sudah jemput ke sini. Besok pemilihan Kepala Desa.” Wira meletakkan sisir dan mengambil parfum lalu menyemprotkannya ke pangkal lengan.“Aku sendirian di rumah. Lagian kenapa mesti jadi Kepala Desa, sih? Harus ya?” Sully berpakaian membelakangi Wira dengan wajah cemberut. “Baru sampai rumah udah ditinggal.”Wira mengusapkan pangkal lengannya ke bagian depan kemeja seraya mendatangi Sully dan memeluk wanita itu dari belakang. “Kan, enggak sendirian … ada Mbak Oky. Mas menjawab permintaan warga yang kepengin punya Kepala Desa dari generasi muda. Mas, kan, masih muda.” Wira menghirup aroma sampo dari rambut Sully yang setengah basah.“Aku enggak boleh ikut ke Paguyuban?” Sully masih mempertahankan raut cemberutnya.Wira memutar tubuh Sully agar wanita itu memandangnya. “Maaf, kalau itu enggak bisa. Di Paguyub
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

218. Perusak Mood

Kalau dibilang cuma pergi mengitari desa, orang pasti tak akan percaya. Sully berdandan seperti dirinya akan dinner di café elit. Ia memakai dress, sandal rata bertali dengan batu-batu berkilap, juga tas kecil yang isinya hanya memuat sebuah ponsel.Kecepatan berdandannya pun meningkat pesat. Ia sudah rapi jali duduk rapi menunggu Wira. Acara yang tadinya dijanjikan sebagai makan malam, mendapat negosiasi dari Sully dan kini berubah menjadi makan sore.“Mau makan ke mana, sih? Di sini adanya cuma warung, kan? Kalau cuma warung kenapa enggak pergi sekarang? Kelamaan kalau sampai nunggu malam.” Begitu kata Sully.Wira pun harus serba terburu-buru mandi dan berpakaian rapi sesuai dengan ekspektasi Sully yang sejak tadi dipaparkan dengan jelas oleh wanita itu.“Aku itu kepengin makan di luar dengan apa pun lauknya tapi kita tetap serius tampilannya. Maksudku … Mas tetap rapi, aku tetap cantik. Kaya mau dinner di hotel gitu.” Sully mengatakan itu dari tepi ranjang sambil memperhatikan Wira
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

219. Masih Panas

Pecel Ayam Yu Min sebenarnya tidak benar-benar berada di tepi jalan. Letaknya sedikit menjorok mengambil sebagian kebun aren entah milik siapa. Setahu Wira warung itu sudah cukup lama dan yang berdagang selalu punya hubungan keluarga. Terletak di dekat pintu masuk desa mungkin karena si pedagang mengharapkan keramaian lalu lalang dari pendatang. Jadi, tak melulu mengharapkan warga setempat yang berbelanja.Baru saja Wira merasa lega karena Sully sedang bersemangat ingin diajak jalan-jalan, sebuah sindiran membuat langkah mereka terhenti. Detik itu Wira merasa darahnya berdesir.Perkataan Ratna langsung membuat wajah Sully berubah. Wira yang menangkap sinyal berbahaya itu langsung membawa Sully masuk ke warung melalui celah lain. Beberapa spanduk memang direntangkan sebagai penghalau debu dan panas matahari siang.“Jangan didengar,” pinta Wira menggandeng Sully.“Udah dengar. Lagian mustahil aku enggak dengar. Mulut kurang ajar. Cewe-cewe sini kenapa pada stres semua, sih? Apa enggak a
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

220. Bertemu Miss Girilayang

“Pemilihannya serentak pukul delapan pagi. Sebelum tengah hari pasti sudah selesai. Biasanya malah jam sepuluh pagi sudah tahu siapa yang terpilih. Desa ini, kan, penduduknya enggak terlalu banyak.” “Mas besok ikut milih juga?” Perhatian Sully teralihkan oleh dagu dan garis rahang yang menggelap karena rambut sisa bercukur. Telapak tangannya yang halus mulai mengusap pipi Wira. “Besok pagi-pagi sekali Mas harus sampai di Balai Desa. Kamu di rumah aja buat istirahat yang banyak.” Nada suara Wira pun semakin lembut. Ia juga terhanyut dengan belaian tangan Sully yang meraba pipi dan dagunya. Saat itu rasanya dunia benar-benar milik mereka berdua. Warung pecel lele Yu Min yang masih ramai terabaikan begitu saja. “Tapi aku mau sama-sama dengan Mas. Calon Kepala Desa lain pasti datang bareng istrinya. Masa aku di rumah aja.” “Mas berangkat duluan. Kamu tidur secukupnya. Kalau mau datang ke Balai Desa, hubungi Mas biar dijemput Asmari. Jangan datang sendiri.” “Tenda dengan kain-kain mera
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
29
DMCA.com Protection Status