หน้าหลัก / Romansa / Istri Nakal Mas Petani / บทที่ 201 - บทที่ 210

บททั้งหมดของ Istri Nakal Mas Petani: บทที่ 201 - บทที่ 210

281

201. Dia Yang Meninggalkanku

“Mas enggak bercanda, kan?” Sully terkesiap mendengar ucapan Wira. “Padahal aku baru ngomong gitu, tapi Mas langsung mau pulang sendiri.” Sully menatap Wira dengan sengit.“Nanti kita bicara lagi. Mas enggak mau ribut di jalan.” Wira melepaskan genggamannya pada tangan Sully. Sulit tetap menggenggam tangan wanita itu tanpa menimbulkan keributan selama di dalam mobil. Sully terus beringsut dengan wajah cemberut.Tiba di apartemen pun, Sully langsung meninggalkan Wira di ruang tamu. Ia melepaskan sepatunya asal dan menghempaskan tubuh di ranjang.“Mas mau ngomong,” kata Wira, menyusul masuk ke kamar.“Ngomong aja. Aku dengar, kok,” sahut Sully.“Mas mau kita bicara sambil melihat satu sama lain. Ayo, duduk.” Wira duduk di tepi ranjang menunggu Sully bangkit.Sully bangkit dari ranjang dan kemudian langsung berdiri. “Kayanya percuma ngobrol karena Mas udah memutuskan buat ninggalin aku di sini. Mas mau pulang duluan ke Girilayang, kan? Sejak awal Mas memang enggak betah di sini makanya m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-23
อ่านเพิ่มเติม

202. Uraian Oky

"Kamu ngapain ke sini? Harusnya kamu jagain suami aku di sana." Sully masih setengah tak percaya melihat Oky sudah berdiri di hadapannya."Ngapain? Kamu nanya? Itu pertanyaan yang butuh jawaban atau sekedar pertanyaan basa-basi? Aku udah cukup senang waktu Mas Wira nyusul kamu ke kampung kita. Aku udah yakin masalah kita bakal selesai dan aku bisa hidup tenang di Girilayang. Sekarang aku harus kembali ke sini karena kamu yang bertingkah enggak mau balik. Apartemen kecil sumpek dan kepunyaan orang ini akan kembali mengurung kita. Aku capek, Lis. Capek, laper, haus, kesal, dongkol, semua ngumpul jadi satu." Oky menerobos tubuh Sully di depan pintu dan masuk menghempaskan tubuhnya di sofa."Udah selesai ngomel-ngomelnya? Aku kira Mas Wira yang balik lagi.""Mustahil Mas Wira yang balik lagi. Kamu kira keputusan Mas Wira ninggalin kamu munculnya pagi ini? Dia kirim pesan ke aku sejak kemarin malam.""Apa isi pesannya? Penasaran," sahut Sully dengan nada biasa saja. Keterkejutannya sudah p
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-25
อ่านเพิ่มเติม

203. Di Dua Tempat

"Mobilnya langsung pergi? Yang turun cuma kamu aja? Sulis mana? Masih di mobil?" Pak Gagah berdiri di pagar menatap kepergian mobil yang mengantar Wira. "Kenapa enggak jawab? Sulis mana? Kamu enggak lupa Bapak bilang apa, kan? Jangan pulang kalau enggak bisa bawa Sulis."Wira melewati pagar tanpa berkata sepatah pun. Dengan koper kecil di tangannya, ia masuk ke rumah melalui pintu depan. Pak Gagah meletakkan cangkulnya dan ikut menyusul."Kamu enggak dengar Bapak ngomong?" Pak Gagah berhasil menghentikan Wira yang sudah memegang handle pintu kamar.Wira menarik napas dan berputar. "Sulis masih ada urusan di ibukota. Katanya sabar sedikit lagi. Urusannya penting.""Urusan apa? Urusan apa yang sebegitu penting sampai kamu berani ninggalin istrimu sendiri?""Sulis enggak sendiri, kok. Aku minta Mbak Oky datang buat menemani. Bapak jangan marah-marah, nanti malah sakit.""Itu berarti Oky pergi nemuin Sulis? Ke kota? Kemarin kamu jemput Sulis di mana? Ngobrol dulu sama Bapak. Duduk, Gus!"
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-27
อ่านเพิ่มเติม

204. Yang Dilakukan Sully

"Ingat ya, Ky. Kamu cuma perlu duduk di sini dengan santai dan waspada mengarah ke pintu masuk. Aku percaya kalau kamu enggak bakal merusak semua yang udah aku rencanakan." Sully melihat jam di layar ponselnya, kemudian berdiri merapikan roknya. "Andrew udah di kamar. Aku naik dulu. Awas kalau kamu nelfon Mas itu sekarang." Setelah mengacungkan tinju pertanda ancaman, Sully melenggang menuju lift di grand lobby Hotel Kempingski. Ia meninggalkan Oky yang duduk dengan wajah tak santai mengamati pintu kaca raksasa yang harus terus dipantaunya.Sully menekan angka 16 di papan tombol lift. Ia berusaha santai meski aslinya sedikit berdebar. Di tangannya masih tergulung bungkusan hitam berisi tiga ratus juta rupiah dalam pecahan seratus ribu. Artinya bungkusan itu cukup berat untuk dibawa-bawa.Sully menarik napas ketika langkahnya tiba di kamar 1602. Ia merapikan rambut, membusungkan dada, juga mengangkat dagunya sebelum menekan tombol di sebelah pintu. Ia tahu kalau Andrew akan mengintip
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-27
อ่านเพิ่มเติม

205. Gengsi Keduanya

Sully yang tadi tertawa dengan setengah berlari, tiba-tiba melambatkan langkahnya. Dengan satu tangan merogoh tas, tangannya yang lain menekan tombol lift."Siapa?" tanya Oky, melirik Sully yang menggeser kursor ponselnya dengan wajah cemberut."Mas itu," kata Sully."Pasti ngajakin pulang, kan?" Oky langsung menebak karena melihat perubahan di wajah Sully."Siapa bilang? Lihat ini." Sully menunjukkan isi pesan Wira pada Oky.'Jangan terlambat makan. Jangan tidur terlalu malam. Jangan masuk club malam lagi.'"Oh, mungkin enggak lama lagi Mas itu pasti bakal minta kamu pulang." Oky mempercepat langkahnya menuju sedan hitam yang mereka sewa sejak kemarin. “Ngomong-ngomong … Mas itu jangan sampai tahu kalau kamu udah lihat anu cowo lain. Bisa syok dia. Mas itu kayanya polos banget dibanding kamu.” Wajah oky menunjukkan keprihatinan mendalam.Sully tiba-tiba tergelak. “Mas itu udah tahu kalau aku pernah lihat anu cowo lain selain dia.” Sully masih tertawa saat melanjutkan, “Ingat folder v
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-30
อ่านเพิ่มเติม

206. Pak Gagah Yang Selalu Gagah

"Bapak sekarang lagi sakit. Aku enggak akan pergi sebelum bawa Bapak ke klinik. Aku minta Asmari siapkan mobil lebih dulu.""Enggak usah, Gus. Enggak usah. Bapak enggak sakit aneh-aneh. Cuma perlu istirahat. Sudahlah, pergi aja sana." Lagi-lagi Pak Gagah menepis tangan Wira dan meninggalkan anaknya itu di halaman belakang.Wira yang hari itu jadwal pekerjaannya sudah menumpuk, menatap punggung Pak Gagah dengan sorot tak berdaya. Tak ada yang bisa dilakukannya selain menelepon sang kakak agar membantunya di rumah itu."Mbak, Bapak demam. Kalau enggak sibuk bisa bantu aku jagain Bapak? Aku sedang banyak pekerjaan," kata Wira di telepon.Di seberang telepon Ajeng terdengar sedikit panik. Pak Gagah bukan tipe orang tua yang gampang sakit. Meski kegiatan fisiknya banyak, namun Pak Gagah selalu terlihat segar bugar. Demam, batuk, pilek, bukan penyakit Pak Gagah."Mbak masih masak, Gus. Saraswati sekolah, Kartika ada di rumah. Dia aja yang jaga Bapak ke sana, ya. Kamu tunggu sebentar. Jangan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-30
อ่านเพิ่มเติม

207. Kabar Berita

“Kami semua sepakat kalau Kepala Desa; pemimpin yang akan mengatur, mengawasi dan mengembangkan Desa Girilayang adalah Bagus Prawira. Bagus putranya Pak Gagah.” Pak Mangun kembali menegaskan kesepakatan yang didapat dari kelompoknya.Pak Jusman dan segelintir pria yang duduk di dekatnya bertukar pandang satu sama lain. “Desa ini harus dipimpin oleh orang yang berpengalaman. Jangan dilihat dari apa sekolahnya, apa gelarnya, tapi lihat dari kemampuannya memimpin. Memimpin apa? Memimpin mulai dari kelompok terkecil. Keluarga. Apa pengalaman yang dimiliki Bagus dalam memimpin keluarga? Sudah menjadi desas-desus kalau rumah tangga saudara Bagus sedang tidak baik-baik aja. Hayo, Bagus … benar, kan, apa kata saya? Informasi dari Sekar enggak mungkin salah.” Suara Pak Jusman menggelegar ke seluruh penjuru ruangan. Wira menunduk dan memijit dahinya. Hendro yang baru sampai di pintu karena baru tiba menghentikan langkah. Saptono seketika berdiri dari kursi dengan gesture tangan menahan Pak Jus
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-01-31
อ่านเพิ่มเติม

208. Nasib Sully

Wira tiba di rumah hampir pukul sepuluh malam. Seruannya memanggil Kartika sudah terdengar mulai dari pagar. “Kartika … Kartika!”Suara Wira nyatanya tidak memancing seorang pun keluar rumah. “Tunggu di sini. Siapa tahu bapak saya mau dibawa berobat ke klinik,” pesan Wira pada Asmari. Dalam bayangannya sudah melintas macam-macam hal. Tapi setiba di dalam ia malah dikejutkan dengan Pak Gagah yang sedang berdiri di dapur menyeduh tehnya. “Kartika mana? Bapak harusnya istirahat. Jangan mengerjakan apa pun sementara ini.”“Kartika sudah Bapak minta pulang. Hampir seharian di sini. Dia juga perlu mandi dan istirahat.”“Tapi Bapak enggak boleh sendirian.”“Kenapa enggak boleh sendirian? Pada akhirnya kita semua harus sendiri. Sewaktu kamu kuliah dan kerja di Riau, Bapak juga terbiasa sendiri. Kenapa kamu baru khawatir sekarang?” Pak Gagah tak menunggu jawaban Wira lagi. Dengan secangkir besar teh di tangannya ia pergi masuk ke kamar. Meninggalkan Wira yang gusar menyugar rambutnya.Di tempa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-02-01
อ่านเพิ่มเติม

209. Tegur Sapa

Kartika terdiam di tempatnya. Berdiri sambil menatap bingung pada Sully yang meraung-raung. Ia tak menyangka berita yang dibawanya bisa membuat Sully sehisteris itu. Ia serba salah. “Udah, Lis. Udah …. Berdiri,” kata Oky, memegangi bahu Sully dan membawa temannya itu menuju sofa. “Jadi … gimana? Kita telepon Mas itu sekarang?” Oky mengeluarkan ponselnya. “Dia harus tahu. Jangan sampai belum apa-apa udah kawin lagi. Harus tahu pokoknya.” Suara Oky ikut geram. “Tunggu, Ky. Tunggu. Jangan telepon dulu. Aku mau tanya Kartika dulu soal tiga hari itu.” Sully memandang Kartika yang masih berdiri canggung di tempatnya. “Tika … Tika harus jujur sama Bulik. Paklik Wira mau resepsi, maksudnya mau menikah lagi? Siapa calonnya? Gadis muda yang belakangan sering datang ke rumah nyari Paklik?” Sully mulai kembali menangis. Kulitnya yang memang berwarna pucat, semakin terlihat pucat. Kartika bergerak gelisah. Tujuan ia datang ke ibukota adalah memenuhi permintaan Pak Gagah yang menyampaikan maklum
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-02-03
อ่านเพิ่มเติม

210. Bertemu Lawan Yang Gigih

Sully mengangguk malas-malasan. “Benar, Bu. Sully. Ada apa ya? Saya buru-buru,” kata Sully.“Mau ke….?”“Desa suami saya. Tahu suami saya, kan? Yang tinggi besar,” tukas Sully.“Oh, iya, suami kamu mana? Baik-baik aja, kan? Sejak kejadian malam itu … suami kamu bisa aja terluka.”“Suami saya sudah di desa, Bu. Sedang rajin-rajinnya bekerja buat menyambut kelahiran anak kami nanti.” Sully mengusap perutnya dengan raut wajah dramatis. Tadi ia sangat lemas, tapi melihat reaksi Istri Kapolda, Sully merasa tenaganya diisi ulang.“Hamil?” Wajah Istri Kapolda seperti tersadar.“Iya, Bu. Kalau gitu saya permisi dulu, ya. Yang kemarin itu … itu kali pertama dan terakhir Ibu bisa cium-cium suami saya. Soalnya karena ciuman itu saya harus meladeni suami saya di ranjang sepanjang malam karena dia merasa ternoda. Makasih bantuannya kemarin. Saya permisi dulu.” Sully mengangguk pada Istri Kapolda. Dan seperti orang linglung, Istri Kapolda langsung berputar menuju lobi.Sully juga melambai pada wani
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-02-03
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status