Sully mengangguk malas-malasan. “Benar, Bu. Sully. Ada apa ya? Saya buru-buru,” kata Sully.“Mau ke….?”“Desa suami saya. Tahu suami saya, kan? Yang tinggi besar,” tukas Sully.“Oh, iya, suami kamu mana? Baik-baik aja, kan? Sejak kejadian malam itu … suami kamu bisa aja terluka.”“Suami saya sudah di desa, Bu. Sedang rajin-rajinnya bekerja buat menyambut kelahiran anak kami nanti.” Sully mengusap perutnya dengan raut wajah dramatis. Tadi ia sangat lemas, tapi melihat reaksi Istri Kapolda, Sully merasa tenaganya diisi ulang.“Hamil?” Wajah Istri Kapolda seperti tersadar.“Iya, Bu. Kalau gitu saya permisi dulu, ya. Yang kemarin itu … itu kali pertama dan terakhir Ibu bisa cium-cium suami saya. Soalnya karena ciuman itu saya harus meladeni suami saya di ranjang sepanjang malam karena dia merasa ternoda. Makasih bantuannya kemarin. Saya permisi dulu.” Sully mengangguk pada Istri Kapolda. Dan seperti orang linglung, Istri Kapolda langsung berputar menuju lobi.Sully juga melambai pada wani
ปรับปรุงล่าสุด : 2023-02-03 อ่านเพิ่มเติม